Tigabelas

519 51 0
                                    

"Terkadang yang terlihat itu tidak sesuai dengan dengan kenyataan nya"

-------

Derap langkah seseorang di lorong rumah sakit, terdengar begitu nyaring. Apa lagi suasana di sekitar nya masih terlihat sepi, karena memang masih menunjuk kan pukul 05 pagi.

Berjalan dengan sangat terburu, menuju sebuah ruangan yang sudah satu bulan ini menjadi tempat ia melepas kan keluh kesah nya.
Dia lah Ali, sudah satu bulan ini setiap hari ia selalu mengunjungi rumah sakit. Karena sang kakak yang sangat dia sayangi, belum juga membuka mata dari tidur panjang nya.

Setelah kejadian yang menimpa sang kakak satu bulan lalu, tepat nya dimana hari itu adalah hari bahagia untuk nya. Yang ternyata adalah sebalik nya, karena Tuhan berkehendak lain. Bahkan sampai saat ini, ia belum menemukan keberadaan gadis nya. Ah apakah pantas ia menyebut sebagai gadis nya, setelah ia melukai hati gadis itu .? Ali bahkan mengutuk diri nya, yang tidak mau mendengar kan penjelasan Illy. Karena saat itu ia lebih percaya dengan apa yang ia lihat, walaupun hati kecil nya tidak sejalan dengan fikiran nya.

Semua sudah terjadi, tidak ada yang perlu disesali. Karena menyesal pun sudah tidak ada guna nya lagi, saat ini Ali berusaha mencari keberadaan Illy. Namun sampai sekarang ia belum menemukan titik terang nya. Khawatir.? Tentu Ali sangat khawatir pada Illy. Ia terlalu bodoh sehingga mengeluar kan kata-kata yang tak seharus nya ia lontar kan. Bagaimana bisa ia tidak percaya pada Illy, dan lebih mementingkan ego.? Ali yakin semua itu bukan karena ulah Illy, ia juga sudah meminta bantuan Alya untuk menyelidiki khasus ini.

Ceklekk

Ali membuka pintu ruangan sang kakak dengan perlahan, ia tersenyum menatap dokter cantik di ruangan tersebut.

"Selamat pagi dok" Sapa Ali ramah.

"Pagi kembali, pak" balas dokter cantik tersebut, yang dijas kedokteran nya ber name tage Fatmayani.

"Bagaimana dok kondisi kakak saya.? Tadi suster Ayu telpon kata nya kak Uli ada tanda-tanda akan segera sadar" Tanya Ali menatap tubuh sang kakak, yang tergeletak di bangsal dengan mata terpejam.

Dokter Fatma tersenyum, ia menepuk pundak Ali pelan. "Bapak yang sabar ya"

"Maksud dokter apa.?" Kini wajah Ali berubah cemas.

Dokter Fatma bingung harus berbuat apa, ia lalu menatap Uli yang terpejam kemudian menatap beralih Ali. "Nanti saya jelas kan, saya permisi dulu ada jadwal operasi" pamit dokter Fatma tergesa.

"Terimakasih dok.?" ucap Ali tersenyum, yang dibalas dokter Fatma dengan anggukan sebelum dokter cantik itu berlalu.

Ali kemudian duduk di kursi samping bangsal sang kakak, perasaan nya semakin tak menentu. Apalagi tadi dokter Fatma tidak menjelas kan kondisi kakak nya seperti biasa.

"Kak bangun.! Ali kangen, please bangun bantu Ali kak,!" lirih Ali menggenggam tangan Uli erat, ia bingung dan tidak tahu lagi harus berbuat apa.

"Kak gara-gara kebodohan Ali, Illy pergi ninggalin Ali. Ali sudah cari kemana-mana tapi enggak ketemu" Ali menunduk kan kepala nya, tidak terasa cairan bening itu meluncur bebas begitu saja.

"Kamu memang bodoh.!" Ali terkejut mendengar suara itu, ia mendongak dan menatap sang kakak yang tengah terpejam damai seperti biasa nya.

"Bahkan saking kangen nya, aku sampek denger kakak ngomong. Buruan bangun kak, Ali butuh kakak" Ali semakin mengerat kan genggaman nya.

"Sakit pea.!" Ali mendongak menatapnya tidak percaya, detik berikutnya Ali mengembangkan senyumnya.

"Kakak udah bangun,? Sejak kapan.? Kok Ali enggak tahu.? Apa ada yang sakit kak.? Kak jawab Ali, kok kakak diem aja.? Kakak enggak lupa kan sama Ali..?" Ali memberondong pertanyaan kepada Uli, saat Ali melihat mata sang kakak terbuka sempurna.

Don't Let Me Down ( Completed )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang