"Ini udah tiga bulan, kenapa Illy belum juga ketemu Li.?" Tegur Uli menatap Ali, yang baru saja pulang dari kantor dengan masih menggunakan pakaian kerja lengkap.
"Ya sabar kak, Jakarta kan lebar. Ini juga Ali udah berusaha semaksimal mungkin" balas Ali datar, karena ia terlalu lelah selalu di kekang sang kakak. Ali menyandar kan punggung nya di sofa, tanpa melepas sepatu terlebih dahulu. Ia begitu lelah dengan hati dan otak nya.
Uli terdiam, ia menerawang kejadian tiga bulan lalu. "Coba aja dulu ..."
"Stop kak.! Ali capek, iya Ali sadar semua ini terjadi karena kesalahan Ali. Ali juga sedih kak, khawatir terjadi sesuatu sama Illy. Ini juga Ali udah berusaha terus buat nyari Illy" seru Ali dengan suara meninggi, Ali memotong ucapan Uli yang sudah sangat Ali hafal. Karena selama tiga bulan terakhir, kalimat itu terus yang Uli ucapkan.
Uli terdiam membeku, Uli sadar tidak seharus nya ia selalu menyalah kan sang adik. Uli juga tahu jika sang adik lebih tersiksa, karena belum juga menemukan orang yang di cintai nya.
Uli berjalan mendekati Ali yang tengah menyandar kan tubuh lelah nya disofa, Uli menatap sang adik yang memejam kan mata. Air mata Uli pun menggenang di pelupuk mata nya, kala melihat pipi Ali yang semakin tirus itu. Sesakit itu kah yang di rasa kan Ali.? Seberat itu kah beban yang Ali tanggung.? Tak terasa air mata Uli menetes tepat saat Ali membuka mata.
"Maafin kakak dek.? Kakak terlalu egois sampek enggak mikirin perasaan adek sendiri" sesal Uli dengan air mata yang berlinang.
"Sudahlah kak, enggak papa kok Ali kuat,! Ali juga akan berusaha lebih keras lagi, supaya Illy cepat di temukan." Ali memeluk sang kakak, Ali sangat tidak bisa jika melihat air mata sang kakak. Karena bagi nya itu sama saja, ia telah menyakiti ibu nya sendiri.
"Kakak yakin Illy pasti ketemu kok dek" lirih Uli masih dalam pelukan sang adik.
"Aku juga begitu kak.! Kakak doain Ali ya.?" Ucap Ali yakin.
"Pasti.! Ya sudah kamu istirahat sana, nanti kakak buat kan makan malam." Titah Uli melepaskan pelukan sang adik, lalu menghapus sisa air mata di pipi chubby nya.
"Enggak usah kak, nanti Ali mau keluar" tolak Ali halus.
"Jangan bilang mau balap liar lagi.?" Tebak Uli yang mendapat senyuman manis dari Ali.
"Ali penasaran sama Queen Drag Race yang baru kak, apa bener dia mampu ngalahin Ali." Desis Ali sangat percaya diri.
"Jangan sombong dulu dek, nanti kalah gimana.?"
"Enggak mungkin lahh kak, selama ini enggak ada yang bisa ngalahin Ali. Derry aja sampek berkali-kali nantangin, tapi ya gitu tetep aja kalah" ucap Ali berbangga diri.
"Iya udah terserah, yang penting hati-hati.! Berangkat begini pulang pun harus begini, kakak enggak mau adek kakak pulang enggak ada kuping nya sebelah" canda Uli membuat sang adik terbahak.
"Ok dehh siap kakak, Wulan mana kak.?"
"Ada di kamar, baru pulang juga dia nya"
"Oh ya udah, Ali ke kamar dulu ya kakak ku sayang" Ali mengecup pipi Uli, sebelum ia berlalu menuju kamar meninggal kan sang kakak sendiri di ruang tamu.
Uli menatap punggung sang adik yang semakin menjauh, dengan perasaan yang sulit di artikan. Uli sangat tahu jika sang adik tidak dalam kondisi hati yang baik-baik saja, namun Ali begitu pandai menutupi kesedihan nya itu.
Saat Ali melewati kamar sang kakak yang sedikit terbuka, ia pun memasuki kamar tersebut karena ia tahu jika di dalam sana ada sepupu cantik nya.
"Nyuk ntar malem ikut gue ya.!" seru Ali mengejut kan Wulan, yang tengah asik dengan laptop di pangkuan nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Let Me Down ( Completed )
FanfictionKehidupan tidak selama nya berjalan dengan mulus begitu pun perjalanan hidup seorang CEO tampan pecinta mobil sport ini, harta yang melimpah ternyata tidak bisa menyembuh kan rasa trauma nya akan sebuah penghianatan yang dilakukan oleh seseorang yan...