Chapter 7: Clara Make all Complicated.

67 6 0
                                    

Setelah pertemuan kedua sahabat lama, Jevin dan Fadli, Jevin kembali bersikap biasa padaku. Sifat Jevin seperti itu, jika ada masalah sepertinya gampang sekali dia melupakannya, terus berpura-pura tidak terjadi apa-apa. Aku akan memaklumi hal itu, karena aku ini sahabatnya.

Setelah kuliah tadi siang, Jevin datang ke ruangan kuliahku. Dia ngajakin makan siang di kantin nggak jauh dari kampus, jam empat sore ini pintanya. Aku sekarang masih nungguin dia, daannnnn... ada Clara sekarang sedang berjalan kearahku.

"Kak Ell !!" teriaknya riang memanggilku.

Aku melempar senyumku padanya, menyesal telah menabrak pandangannya. Dia yang kini sudah berdiri di depanku, langsung duduk di sampingku. What?! ada pemandangan kurang mengenakkan di hadapanku, si pria berkaca mata. Oh God, Claa... aku mau makan siang sama Jevin. Kenapa bawa pacar sih. Ugh! Aku diam-diam mengumpat dalam hati, Clara sepertinya akan menganggu acara makan siangku.

"Kakak mau makan ya, aku sama Kak Edo mau makan juga disini, nggak apa-apakan kak?" tanya clara.

Aku menggangguk membalasnya, entah apa yang harus kukatakan lagi. Aku hanya akan diam. Tapi.. Jevin. Kuambil ponselku lalu mengirimkan pesan pada Jevin. Meminta agar dia tak datang. Semenit berlalu, tak ada balasan Jevin. Clara dan Pacarnya sudah mulai menyantap makanan mereka. Sedangkan aku, masih belum memesan makanan. Hanya segelas green tea yang kuteguk sedari tadi.

Sepuluh menit berlalu, sosok Jevin tengah memarkirkan motornya di halaman kantin. Dia melangkahkan kakinya, lalu tepat di depan pintu dia mencari-cariku. Akumenoleh ke belakang, melambaikan tanganku untuknya. Jevin tersenyum, lalu melangkah ke arahku, langkahnya terhenti sedetik, mungkin dia baru saja menyadari kehadiran Clara. Hanya dengan melihat tengkuk Clara. Aku khawatir Jevin akan berbalik, namun tidak. Dia melangkahkan kakinya, malah kini dia telah duduk tepat menghadapku. Dia duduk disamping Edo.

Clara terkaget melihat kehadiran Jevin "Eh, kak Jevin?" katanya, "Kakak makan yaa. Aku bentar lagi selesai kok." lanjut Clara, aku sedikit heran dengan ucapan Clara, "Pelan-pelan Cla.." sambungku.

Jevin hanya diam, senyuman dibibirnya membuat dia tampak tak mengkhawatirkan apa-apa, "Iyaa Claa, kakak makan kok. Kamu makan yang banyak." kata Jevin lembut.

Aku pikir, Jevin tak akan mengeluarkan sepatah katapun. Clara terlihat gelisah dengan makannya, ia menyelesaikan makanannya secepat yang ia bisa. Edo sudah selesai dari tadi sebelum Jevin datang. Tak lama pesananku dan Jevin datang. Clara malah tiba-tiba ijin meninggalkan kami. Aku hanya mengangguk, begitupun dengan Jevin.

Clara sepertinya menghindari Jevin. Yang kulihat seperti itu. Tak ingin kupikirkan hal tadi untuk sejenak, aku hanya ingin menikmati makan siangku. Jevin tak berkata semenjak Clara keluar dari kantin.

Setelah beberapa menit kami menikmati makan. Jevin melihatku dengan intens, "Ell, jalan yuk entar malam? Nonton?" katanya, aku tersentak kaget. "Hah? Nonton? Tumben..." balasku.

"Iyakan, lagi ada film baru."

"Iya deh iya, jam berapa?"

"Jam 6 aku jemput."

-oOo-

Jam enam, hanya satu jam waktuku di rumah. Jevin sebentar lagi akan menjemput. Menurutku penampilanku dengan T-shirt dan Jeans akan cocok untuknya. Atau.. aku ganti saja. Ganti aja deh..

Ting tong ting tong, ada yang menekan bell pintu rumah, pasti Jevin. Aku pun membuka pintu. Yaap! Jevin ada didepan pintu dengan setelan yang menurutku cocok dengan apa yang aku kenakan ditubuhku.

"T-shirt?" Jevin tertawa kecil, "Kamu lucu juga ya pakain T-shirt gitu..biasanya pakai blush.." lanjutnya, "Lagi pengen pakai T-shirt, nggak mau yang ribet-ribet." balasku, "Iyaa deh, kamu cantik." di terdengar memuji.

Kutatap intens matanya setelah ungkapan terdengar sepertinya sebuah pujian ini,"Makasih Jevv.." balasku, "Oke, yuk!" Jevin menarik lenganku, lalu mempersilahkan aku masuk ke mobilnya.

Setelah itu mobil Jevin melaju pelan menuju bioskop. Sesampai kami disana, sayangnya aku dan Jevin nggak dapat tiket nonton yang ia inginkan, akhirnya kami keluar dari bioskop dengan sia-sia. Kini, di dalam mobil Jevin masih sibuk dengan ponselnya, dia mencari informasi tentang film yang akan tayang dijam delapan nanti, di bioskop lain. Mungkin dia tak ingin pergi dengan sia-sia lagi.

Nyatanya, bioskop yang ada dikota ini semua tiket yang mau kami tonton terjual habis. Hanya ada tiket flm yang tak ingin ditonton. Jevin menghela nafas keras. Ia melihat kearahku dengan tatapan lesu.

"Kita ke kafe ice cream aja." katanya, aku hanya tersenyum melihatnya, "Ehmm.. kita kemana ?" tanyanya lagi, aku senyum, "Gimana kalo kita ke mini market, terus beli ice cream.. kita ke kolam deket taman kota. Gimana?" saranku pada Jevin. Jevin terlihat mengerutkan kening, lalu ia melihatku dan tersenyum.

"Oke! Kita berangkat." Ucapnya sambil mengangguk.

Mobil yang kami tumpangi pun melaju menuju minimarket dekat perempatan jalan di depan. Setelah mobil terparkir, Jevin langsung turun, ia tak mengajakku turun bersamanya. Aku hendak keluar dari mobil ia melihatku intens di depan mobil. Aku hanya melihatnya.

"Tunggu aja didalam mobil." Katanya dangan suara yang tersengar samar, Aku mengangguk mantap meresponnya dari dalam mobil. Tak lama Jevin kembali masuk kedalam mobil dan membawa se-kotak ice cream berukuran besar.

"Oreo.." katanya menaruh kotak itu di bangku belakang mobil, "Up!" balasku, Jevin tersenyum.

Kami pun kembali kejalan, dan menuju kolam dekat dengan tanaman kota. butuh lima belas menit untuk menuju kesana.

"Jevv.." panggilku pada Jevin yang sedang fokus menyetir, "Iyaa Ell." Balasnya, melihat sesaat kearahku lalu kembali melihat jalanan, "Ice creamnya.. nggak bakalan cairkan?" tanyaku tak jelas, Jevin melihat kearahku, kemudian tertawa kecil, "Kamu kenapa Ell? Khawatir banget sama ice creamnya." katanya lalu tertawa.

"Enggak apa-apa Jevv. Kan nggak enak kalo cair." balasku, "Enggak bakalan cair kok. Kamu kan tahu sendiri kalo ice cream yang sering aku ambil jarang banget cepat meleleh, Ell." Jelas Jevin, aku tahu... aku hanya binggung mau membahas apa Jevin.. "Ohh iya ya." balasku.

Jevin kembali fokus menyetir, pandangan mataku hanya fokus kearah jalan. Pikiranku saat ini tak memikirkan apa-apa, hanya menunggu mobil yang kini kunaiki memarkir dengan baik. Setelah mobil terparkir dengan baik, Jevin melihat kearahku, dia senyum.

"Yuk turun." katanya, aku membalasnya dengan anggukan. Kini aku dan Jevin duduk di pinggiran taman, menatap ke tengah kolam yang ada air mancurnya, berhiaskan lampu berwarna gold pada pinggiran semen memberikan pesan mewah. Jevin membuka penutup ice cream dan mulai menyendoknya, aku yang melihatnya pun dengan sigap menyendoki juga.

"Ell, perasaanku ke Clara udah nggak se-semangat dulu." ucapnya, aku mendengarkan kembali ucapannya, tak ingin kuganggu pembicaraannya, "Secepat itu ya pudarnya Ell." lanjut Jevin lagi, seraya menikmati ice creamnya, "Padahal, kemarin-kemarin aku cemburu banget sama dia." katanya lagi, menghela nafasnya sesekali.

"Jadi, kamu mau gimana Jev? Ngelanjutin perasaan kamu? Apa kamu diamin aja?" tanyaku, tak tertahankan, "Aku mau bilang ke dia kalau aku pernah suka sama dia Ell.."

"Jev, dia sih, udah tahu kalau kamu itu sukanya sama dia aja. Kamu aja yang belum nyatakan prasaan kamu."

"Enggak tahu deh Ell, aku ragu buat ngomong ke Clara tentang perasaan aku ke dia. Rasanya sia-sia Ell.."

"Jadi kamu mau gimana? Diam aja, atau tetep ngungkapin ke dia? Daripada perasaan kamu ngegantung begini."

"Tapi dia udah punya pacar Ell, masa iya aku jujur sama dia. Malu lah.."

"Jevv.. nggak ada salahnya. Yang penting itu hati kamu, kamu harus lega dulu sama perasaan kamu."

Jevin menghembuskan nafas keras, "Iya okee. Aku nyatain ke dia." jawabnya tegas.

Aku tersenyum bangga pada Jevin, kutepuk punggung tangannya. Ia menatapku intens, seperti memikirkan sesuatu entah apa. Aku hanya membalasnya dengan senyuman yang kubuat seindah mungkin untuknya. Setelah pembicaraan panjangku dan Jevin berakhir, dan ice cream tadi juga telah habis. Aku meminta Jevin mengantarku pulang, dia menyetujuinya.

"Oyaa Ell, besok temani aku buat ketemu sama Clara ya." pinta Jevin, sambil fokus menyetir, "Oke, siap!" balasku semangat.

First Love, Maybe... [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang