Chapter 13 : Family Time..

46 5 0
                                    

Sore tiba, sayup-sayup kudengar suara-suara dari lantai dasar, ruang tamu rumahku. Mama dan Papa pasti sudah pulang. Aku segera mengenakan jaket tipisku dan turun menuruni tangga. Kudapati sosok Mama yang sedang asyik duduk di sofa membuka-buka paper bag besar yang ada di hadapannya.

Mama menyadari suara kaki kecilku yang berlari, dia berbalik dan langsung memelukku. Pelukan ini, ahhh lama sekali tak kurasakan.

"Ell kangen Mama.." kataku senang, masih kupeluk erat tubuh Mama.

Papa berdehem, dia terlihat kaku melihatku yang hanya meluk Mama dengan mesra. "Ell juga kangen Papa kok.." kataku, lalu berlari kecil menuju ke Papa yang berdiri dari sofa. Membalas erat pelukan mesraku padanya.

Mama menggerutu sejenak, melihat paper bag di depannya berantakan, "Dimana paper bag yang satunya?" tanya Mama, sambil menghitung-hitung paper bag yang ada dihadapannya.

"Mama belanja sebanyak ini untuk apa Ma?" tanyaku, setelah melihat isi paper bag Mama yang berisi pakaian semua.

Papa melihatku, "Kamu lupa ya sayang, Mama belanja semua pakaian itu untuk disumbangkan kepanti asuhan, inikan pertengahan bulan, masa iya kamu lupa." jelas Papa.

Aku mengangguk mengingat Papa menjelaskan. Dikeluargaku, setiap pertengahan bulan, jika ada waktu luang Mama dan Papa mengajakku pergi ke panti asuhan yang ada di kota ini. Ada enam panti asuhan tempat biasa aku, Mama dan Papa pergi. Sudah tradisi keluarga ini untuk membantu yang lebih membutuhkan.

Papa keluar rumah, dan kembali membawa paper bag cokelat. Mama mengambilnya, isinya kotak-kotak cantik yang sudah dihiasi. Mama pasti akan memasukkan pakaian-pakaian itu, dan menamai setiap kotak untuk setiap anak yang akan diberikan nanti. Besok akan menyenangkan, jalan-jalan bersama mama dan Papa.

-oOo-

"Gimana penelitian kamu Ell?" tanya Mama, sambil menaruh sesendok sayuran bayam ke piringku, Aku mengangguk, "Aman Ma.. Minggu depan Ell ujian hasil Maa.."

"Loh, katanya udah ujian hasil di.. dimana?" tanya Papa, "Di laboratorium Pa..." sambungku, "Iyaa, itu maksud Papa.. kok ujian lagi?" tanya Papa kembali, "Iyaa itu untuk di tempat penelitian Paa.. kalau yang minggu depan ini untuk dikampus. Untuk ujian skripsi Ell.." Jelasku pada Papa. Dia hanya mengangguk sambil mengunyah makanannya.

Mama dan Papa tidak paham jika aku menceritakan penelitianku. Aku hanya memberitahu mereka aku akan wisuda sebulan setelah ujian hasil penelitianku. Mereka terlihat sangat senang, dan wajah lega mereka terlihat sekali. Akupun lega melihat mereka.

"Berarti, Ell sudah bisa langsung kerja di perusahaan Papa.." lanjut Mama, aku berhenti mengunyah makananku, dan berusaha menelannya, "Maa... Ell akan bekerja di perusahaan Papa kalau nanti sudah selesai S2." kataku memelas, "Loh, kan bisa aja setelah lulus Sarjana ini.. Iyaa kan Paa.." tanya Mama mengarah ke Papa yang sudah selesai dengan makanannya.

Papa mengangguk. "Di perusahaan nanti kamu bisa mengantikan Papa sebagai Direktur utama."

Aku mengernyit kaget. "Direktur Utama? Paa... kan Papa belum masa pensiun. Kenapa mesti Ell yang gantiin Papa?"

Papa hanya tersenyum. Mamapun tersenyum.

"Maa.. Paa.. kan Masih ada Daniel. Dia kan bisa gantikan Papa diperusahaan. Kok Ell sih? Ell nggak paham yang begitu-begitu. Maksud Ell, Ell nggak bakalan bisa mimpin perusahaan besar begitu. Bukan direktur utama yang Ell kejar Paa.."

"Ell.. Adik kamu si Daniel itu, belum bisa apa-apa. Dia belajarnya teknik mesin kok, nanti dia belum bisa mimpin perusahaan."

Mama membuatku menggaruk tengkukku yang tak gatal.

"Ma.. kan Daniel bisa belajar, atau kan dia bisa ngambil S2 manajemen, atau apalah.. tentang perusahaan gitu."

"Kamu juga pasti bisa Ell, mimpin perusahaan Papa. Nanti bakalan ada training direktur buat kamu. Papa yang ajarkan." Lanjut Papa.

Senyum lebar Papa membuatku, tersenyum lelah. "Paa.. Ell mau buka laboratorium di perusahaan Papa. Biar Papa enggak perlu bekerja sama dengan perusahaan lain yang ada labnya."

Papa mengatur posisi duduknya, lalu melipat kedua tangannya dan menahan dagunya dengan sikunya melebar diatas meja.

"Jadi? Kamu enggak mau jadi Direktur Utama, tapi mau jadi Direktur Laboratorium diperusahaan Papa?"

"Ya."

"Lalu?"

"Tapi Ell, Lanjutkan S2 dulu Paa.. Biar bisa buka Lab di perusahaan Papa. Ell ada baca persyaratan cabang perusahaan di buku perusahaan punya Papa yang ada diruangan kerja Papa."

Papa terlihat berfikir dan menimbang-nimbang perkataanku. Dia melihat kearah Mama. Mama menganggkat bahu seraya tersenyum. Papa akhirnya tersenyum lebar kembali melihatku, ini pertanda baik. Papa mengangguk mantap. Yeaaasss!!!! ini yang aku harapkan.

"Oke! Papa suka caramu berbisnis. Harusnya dari awal kamu masuk Agribisnis saja. Biar belajar pertanian sekalian bisnisnya."

"Ihh., Paa.. sama aja. Toh hasil pertaniannya ke bisnis jugakan?"

Papa menganguk-ngangguk tanda setuju.

"Perusahaan Hortikultura Papa bakalan maju internasional kalau kamu yang mimpin perusahaan. Tapi, Papa bangga kamu mau belajar pertanian. Daripada belajar yang lain. Setelah wisuda, kamu harus mulai Papa latih diperusahaan. Sambil kuliah S2 kamu, bisa?"

Aku mengangguk mantap, "Siap Paa.." aku memakan makanann terakhir dipiringku dengan semangat.

Makan malam kali ini membuatku bersemangat. Papa sebenarnya sedang mencari penggantinya diperusahaan, tapi tidak ada pegawai yang masuk dalam kriteria Papa. Bahkan sekretarisnya sendiri, tidak masuk kriterianya untuk menjadi Direktur Utama. Dan juga, Direktur di dua Perusahaan Cabang juga tidak masuk kriteria Papa. Papa awalnya sangat mengharapkan Daniel mengantikannya diperusahaan suatu saat nanti. Tapi ternyata, Daniel lebih memilih Kuliah diluar negeri dan mengambil jurusan teknik mesin.

Papa juga mengharapkan aku setelahnya, karena aku yang berkuliah dijurusan pertanian. Tapi, bukan direktur utama yang kukejar. Lebih dari itu, aku ingin membuka laboratorium diperusahaan Papa.

Sudah beberapa tahun ini, Perusahaan Papa bekerja sama dengan perusahaan yang memiliki Lab untuk mengelolah hasil pertanian perusahaan Papa. Tentunya dengan hasilnya akan dibagi dua. Sangat tidak menguntungkan. Maka dari itu aku mengambil jurusan pertanian, berharap akan memperbaharui perusahaan dengan menambahkan laboratorium pengolahan hasil pertanian di perusahaan Papa.

Sempat terfikirkan, Jevin akan bekerja bersamaku diperusahaan Papa suatu saat nanti. Hmmm. Hanya terfikirkan sejenak, belum saatnya Ell. Jevin mungkin punya keinginan sendiri masuk dijurusan pertanian. Ehh.. Wait deh, kalau dipikir-pikir aku belum pernah menanyakan itu sama Jevin. Kenapa dia ngambil jurusan pertanian. Ahh.. akan kutanyakan nanti, kalau ada kesempatan untuk bertemu dengannya.

First Love, Maybe... [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang