Chapter 20 : This Love make me strong..

31 4 2
                                    

Aku kini tengah berada diantara orang-orang banyak, yang memiliki tujuan yang sama denganku. Menunggu kemunculan orang yang ditunggu dari dalam ruangan penumpang yang sudah turun dari pesawat. Aku menunggu kehadiran Aldi disini, dengan membawa kerta HVS A4 bertuliskan "Well, Come Aldi. ELLISA" sengaja kutulis demikian, agar berbeda dengan tulisan orang-orang yang sama halnya memegang kertas sepertiku.

Konyol kelihatannya, saat kedatanganku kemari beberapa waktu lalu, aku dan Daniel langsung saja menuju taksi di depan airport dan menuju ke alamat rekomendasi dari kampusku. Kenapa kini Aldi repot-repot menyuruhku menjemputnya? Tidak merepotkan sih, aku hanya tidak mau menjadi tourguidenya selama disini.

Tak lama, kulihat sosok Aldi berjalan mendekatiku. Dia terlihat berbeda dari sebelumnya. Dia terlihat sedikit kurus dari waktu terakhir kali kami ke festival makanan waktu itu. Dia tersenyum semringah ke arahku, dan langsung memelukku tanpa sungkan. Seolah dia pernah melakukan ini berkali-kali, pernah sekali. Sudah lama sekali, kenapa dia berani memelukku? Mungkin wajah heranku ini cukup menunjukkan ketidak sukaanku dengan perlakuan tadi.

Dia malah merangkulku dari samping, membuatku berjalan beriringan dengannya. Apa yang dia fikirkan? Kami belum menyapa satu sama lain sejak tadi. Dia sedari tadi sesekali melihatku sambil tersenyum.

"Ada apa kedatanganmu kemari?" tanyaku tanpa basa-basi, keherananku bertambah dengan menyadari dia tidak membawa koper hanya tas ransel yang melekat dipunggungnya, "Datang sebentar atau lama?" tanyaku lagi.

Dia tersenyum tertunduk, apa maksudnya itu bukannya menjawab. Aku menghentikan langkahku membuat dia mau tak mau ikut berhenti. Dia seketika melihatku dan kembali memelukku, "Aku merindukanmu Ellisa. Tidak bisakah kamu senang dengan keberadaanku disini? Hem?" katanya dibalik kepalaku.

Aku mengangguk tersenyum dibalik tubuhnya, aku setara tinggi dengannya karena weedges yang kukenakan, aku tidak mau terlihat rendah berjalan dengannya. Dia mendapatiku tersenyum lalu mengelus kepalaku, dia tetap Aldi yang kukenal hangat dan perhatian. Aku memanggil taxi dan segera membawa kami keluar dari halaman airport yang megah itu.

"Kamu akan tinggal di hotel mana? Aku bisa merekomendasikanmu tempat untuk tinggal." dia terlihat terkejut mendengar pertanyaanku, kemudian menatapku sendu. Dia menarik datar bibirnya dan menghela nafas panjang, "Tidak bisakah aku menetap di rumahmu beberapa hari saja selama aku disini?"

Pintanya, wajah memelas itu kembali kulihat setelah sekian lama ini. Aku mengangguk menampakkan wajah senyum padanya. Aku tidak ingin dia tinggal di rumah bersamaku, lebih baik dia di hotel. Aku tidak keberatan menjemputnya jika dia ingin pergi.

"Terimakasih Ellisa."

Sesampai di rumah, aku langsung menyeduh cokelat hangat untuknya, dan sepiring cookies oreo buatan Sera kemarin tersajikan di atas meja. Aldi masih menatapku tanpa berpaling, sedikit membuatku salah tingkah dengan tatapannya itu.

"Sudah lama aku tidak melihat mata dan wajahmu. Aku kemari untuk melihatnya, dan sekalian berlibur disini." katanya.

Apa-apaan dia, bilang saja ingin liburan tidak dengan menjadikanku alasannya.

"Jadi? Tapi aku masih ada perkuliahan besok.. kamu nanti kemana?" tanyaku mengingat aku ada percobaan di laboratorium kampus besok, "Yaa. Mau gimana, aku bisa ikut? Kan itu kuliah mahasiswa internasional, tidak ada salahnya kalau aku ikut."

Jika dipikir dia benar juga, tidak ada salahnya. Waktu semakin malam, aku tidak menyediakan bahan makanan di kulkas. Mau tak mau aku harus mengajak Aldi makan diluar.

"Kamu lapar nggak? Disini ada restoran khas Indonesia, kalau kamu mau kita kesana." kataku menawarkan sambil menuju ke kamar mengambil kunci mobilku yang tergantung dengan tas miniku dan jaket.

First Love, Maybe... [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang