Chapter 2: DAMN! YOU FOOL!

129 11 2
                                    

Nggak terasa, ujian tengah semester berakhir, dan akan menunggu ujian akhir semester nanti. Hari ini lagi nggak ada kegiatan lebih di kampus, karenanya kini aku tengah duduk di kantin jurusan, menunggu Jevin mendatangiku kemari. Hehehe, dia sudah disini, wajah tampannya kembali pancarkan senyum yang seminggu ini tak kelihatan.

"Eh, senang amat, Ada apa Jevv?" tanyaku sambil senyum padanya. "Kencan kamu berhasil ya?" tebakku, berharap ia akan mencerikan hal yang hebat.

"Yap! Berhasil." katanya singkat, namun wajahnya sesaat menahan senyuman tadi, "And then?" tanyaku penasaran. Yaa.. aku penasaran, "Aku masih takut." Katanya mengatubkan bibirnya, dia terlihat lucu. "Takut? Takut kenapa?" tanyaku lagi.

"Takut dia nolak kalau nantiku tembak." akunya, aku pun tertawa lepas di hadapannya, aku ingin membuang jauh-jauh perasaan takutnya, "Tenang aja Jevv.. yakin aja. Dia pasti terima kamu. Kamu-kan the best!" aku menyemangatinya sambil mengajukan jempolku. Jevin mengangguk mantap. Wajahnya kembali bersemangat. Aku senang jika dia juga senang.

Seperti biasa dia kemudian memesankanku secangkir kopi kesukaanku. Tak lama, ponselku berdering. Clara meng-smsku.

"Kak Ell, aku pengen ketemu kakak. Ada waktu?" tanyanya.

"Iya ada dek." Balasku singkat, aku tahu kemana pembicaraan ini akan berlanjut.

"Di perpus kampus, jam dua siang ini?" balasnya.

"Oke!" balasku.

Ponsel di tanganku kini ingin rasanya kucelupkan dalam cangkir cappucino di atas meja yang ada di depanku. Wajah memerahku pasti terlihat di mata Jevin, ia melihatku dengan heran.

"Kenapa Ell? Siapa yang sms?" tanyanya.

"Uhmm, bukan siapa-siapa, cuma telkomsel." aku berbohong, sepertinya Jevin tahu kebohonganku, "Kamu sekarang udah mulai bisa nge-balas sms telkomsel ya.. keren!" nada mengejeknya itu disusul tawa.

Aku hanya mengikutinya tertawa. Agar kenyamanan ini tak hilang, "Ya bisalah, nggak ada yang smsin sih. Haha" kataku, Jevin tertawa kecil mendengarku.

-oOo-

Tepat pukul dua siang, di perpustakaan kampus, aku janjian dengan Clara. Adik tingkat yang disukai Jevin. Clara melambai ke arahku, setelah mataku menemukannya sedang duduk sendirian di kursi pojokkan dekat dengan rak buku bertulis "pengetahuan umum"

"Ada apa Cla." Tanyaku datar padanya setelah tubuhku nyaman duduk di kursi empuk ini, gadis di depanku ini menggigit lembut bibir bawahnya, "Gini kak, aku mau tanya tentang kak Jevin." Jawabnya, pendengaranku menjadi jelas mendengar nama Jevin. "Iya Cla, tanya aja."

"Kak Jevin itu orangnya gimana kak?" tanyanya seperti seorang anak kecil yang sangat ingin tahu, "Uhmm, Jevin itu cowok baik, dan penurut, penuh tanggung jawab dan perhatian." balasku memuji pria yang kusukai.

"Aaa.. aku tahu dia pasti baik." Clara mangguk-mangguk, "Tanya apa lagi Cla?" tanyaku datar, Clara mulai mencondongkan tubuhnya ke depanku, "Kak Jevin punya pacar nggak kak?" tanya Clara lebih serius lagi.

Ahh! Benerankan. Ini akan menjadi sebuah pembicaraan paling danger sedunia. Please hatiku, tahan amarahmu saat ini.

"Uhm.. setahu kakak dia nggak punya. Kan dia dekatin kamu." balasku datar, datar banget, "Oya?!" pekik Clara ceria, "Kenapa Claa?" tanyaku terkaget.

"Aku suka kak Jevin!" teriaknya kecil, penuh semangat dan bergairah ia mengucapkannya.

See! Hatiku hampir retak. Gadis ini menyukai Jevin. Akhirnya, aku membantu kedua sejoli ini saling jatuh cinta. Clara menggigit lembut bibirnya.

"Kak!" pekiknya memanggilku. "Apa aku bisa bilang ke kak Jevin tentang ini?" tanyanya.

Aku diam nggak bisa jawab apa-apa selama beberapa detik, ini sangat mengagetkanku, "Iya boleh Claa. Itu hal yang normal." balasku berusaha tenang, namun nafasku kini tak beraturan, ada sesak di dadaku yang tiba-tiba saja datang entah darimana, rasanya akan memuncak.

"Oke kak, aku nanti bakalan bilang. Tapi nggak apa-apa bilang duluan kak?" tanyanya kembali.

Akh! Tak dapatku tahan sesak ini, "Katakan apa yang kamu rasakan Cla, kalau nggak dia akan berpaling dari perasaannya. Dia juga suka kamu. Jadi bilang aja yang sebenarnya. Sebelum dia pergi." kataku menaikkan nada suaraku, yang kuyakini ini keluar beserta emosional yang menyesakkan dadaku.

Clara menatapku kaku, matanya melihatku sayu. Aku sadar nada suaraku sepertinya sedang marah. Namun, aku berusaha terseyum semanis mungkin di hadapan Clara, meyakinkan padanya bahwa perkataan tadi adalah nasihat yang baik untuknya. Sepertinya dia mencerna kata-kataku dengan baik, Yup! Dia mengangguk mantap, lalu berusaha memelukku. Segera setelah itu aku meninggalkan Clara, tak dapat kutahan kepenatan di dadaku, Akh! Sudah berapa kali aku memekik dalam hati hari ini.

-oOo-

Malam ini, kepalaku serasa dipenuhi banyak kata-kata yang harus kutuangkan dalam tulisan tangan ini untuk tugas kuliahku, cukup membinggungkan awalnya, namun bisa kuatasi. Tak lama, pikiranku melayang mengingat Jevin dan Clara yang saling menyukai. Aku harus pertemukan mereka karena perasaan mereka, dan ini masih pukul delapan malam, nggak ada salahnyakan, memanggil keduanya. Kukirimkan pesan untuk ketemuan di kafe favoritku dan Jevin, kepada keduanya.

Empat puluh lima menit setelah itu, kami bertemu di parkiran motor, di depan kafe. Clara terlihat terkejut melihat kehadiran Jevin. Nggak pake lama, kuajak kedua sejoli itu masuk ke dalam kafe dan memilih meja paling strategis untuk keduanya. Kami bertiga pun duduk di meja bundar biasanya khusus untuk tiga orang. Clara dengan wajah herannya, terlihat bercampur dengan gugup sepertinya mulai ingin membuka pembicaraan, namun kuhalangi niatnya itu, aku yang akan memulai pembicaraan ini.

Kutepuk punggung tangan Jevin, yang masih diam, "Jevin, kamu mau ngomong apa ke Clara?" tanyaku to the point. Jevin terlihat kaget lalu melihat ke arah Clara yang masih diam, mereka saling memandang. "Ngomong? Ngomong apa?" tanya Jevin malah heran, bergantian melihatku dan Clara.

"Yaa. Tentang yang tadi siang." kataku, Jevin masih dengan wajah herannya,"Ellisa, maksud kamu apa? Aku nggak paham Ell." kata-kata Jevin terdengar ketus, keningnya mengerut sedikit membuat alis mata tegasnya mendatar, Jevin akhirnya berdiri dari tempat duduknya, tiba-tiba menggapai pergelangan tanganku, menarikku keluar pintu. Genggaman tangannya sangat erat saat ini, tanganku terasa hangat bercampur perih, tapi bisa kutahan.

"Apa maksud kamu Ell? mempertemukan aku sama Clara seperti ini?" tanya Jevin sedikti berbisik namun tegas, dia masih menggenggam erat pergelanganku, "Aku Cuma mau kamu ungkapin perasaan kamu aja, dia juga suka kamu Jevv.." balasku jujur.

"Apa? Clara suka sama aku?" tanyanya, wajahnya seketika senang saat itu, namun memudar sedetik kemudian, "Kenapa Jevv? Ada apa sama ekspresi itu?" tanyaku heran.

Jevin kemudian melepaskan genggamannya, begitu dilepasnya genggaman ini, jemariku menghangat sedetik, dia lalu membawaku masuk kembali ke dalam. Wajah Jevin yang serius tadi berubah menjadi pria tampan di depan Clara. Ada apa dengan ekspresi tadi? Pertanyaanku tak dijawabnya. Inginku bertanya kembali. Namun, Jevin sepertinya berusaha mencairkan suasana dengan mengajak Clara mengobrol seputar kegiatan kampus. Aku hanya ikut memerhatikan, berbicara dan menanggapi jika aku mengerti. Ada yang aneh dengan Jevin, Nggak!. Ada yang dia sembunyikan, apa dia punya waktu tersendiri untuk menyatakan perasaannya pada Clara?

Damn! Aku baru sadar betapa bodohnya aku! Jevin seorang pria yang pasti butuh waktu yang tepat untuk menyatakan perasaan pada gadis yang ia sukai. Terus, sekarang ini, kau salah Mempertemukan mereka? Apa aku sekarang ini kemungkinan saja menggagalkan rencana Jevin untuk menyatakan perasaanya sendiri pada Clara? Nggak! aku nggak mau terlihat jahat di depan Jevin. Jujur, kusesali perbuatanku malam ini.

Aku sangat berharap malam seperti ini nggak bakalan terulang lagi. Jelas aja tadi sebelum pulang saat di parkiran tadi, Jevin bilang kalau dia punya waktu dan rencana sendiri untuk hal seperti ini, dia memintaku menunggu. Akh! Dia mau aku jadi saksi cinta antara dirinya dan Clara. Malam ini cukuplah sampai disini, aku nggak akan mengganggu privasi Jevin, lagi.

First Love, Maybe... [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang