Chapter 12 : He's Miss me (?)

56 5 0
                                    

Seperti permintaan Jevin, ketemuan di kafe biasa, dimana aku dan dirinya sering bersantai. Aku selalu mengambil tempat duduk yang sama, di dekat dinding kaca yang bisa melihat keluar dengan leluasa. Aku penasaran dengan apa yang akan Jevin berikan, namun pasti, tidak kurang dan tidak lebih adalah pemberian persahabatan. Bukan?.

Memang kenyataannya, seperti inilah hubunganku dengan Jevin. Berkali-kali aku katakan, aku bahagia dengan posisiku di sampingnya sebagai sahabat. Walaupun dengan bodohnya, aku kadang berharap lebih dan lebih terhadapnya. Mungkin aku terlalu agresif mengiginkan dia dalam diam.

Tapi sebenarnya, aku pernah bilang ke dia kok, kalau aku suka dengannya. Sebenarnya dia duluan yang nanya "Ell, kamu suka nggak sama sifat aku?" Yaa... aku jawab, "Iya aku suka kamu Jev, apa adanya." itu aja. Selanjutnya, dia cuma tersenyum. Dia mungkin nggak menanggapi pengakuanku dengan baik waktu itu. Ahhh,... biarlah. Aku cukup senang dia masih mau bersahabat denganku.

Jevin terlihat sedang memarkirkan mobilnya, aku dengan jelas dapat melihat sosoknya dari kaca ini. Sepertinya dia menyadari aku memerhatikannya, dia tersenyum lebar melihatku dari kejauhan itu. Perasaan gugup selalu saja menghampiriku, jika dia datang padaku. Entah kenapa rasa gugup ini selalu saja ada.

Bunyi bell dari pintu kafe berdering, Jevin membuka pintu kaca itu, dan melihat ke arahku. Senyumannya itu, bak pangeran tampan yang menunggangi kuda. Apaan sih aku, mengkhayalkan yang aneh-aneh. Dia duduk tepat menghadapku, senyuman di bibirnya tak pudar sedikit pun. Ada apa dengannya, senyuman itu seperti sebuah label di bibirnya.

Aku sengaja tak membuka pembicaraan, sedari tadi dia duduk. Aku membuat senyuman di bibirku, barusaha tulus membalas senyumannya yang belum pudar itu. Dia belum menyapaku dari tadi. Kenapa sih dia? Senyum-senyum sendiri aku kebingungan karenanya.

Ampun Jevv!! aku malu, sangat malu kamu tatap seperti ini. Ingin sekali rasanya melayangkan pandanganku. Tapi mata ini, senyuman ini, terpaku karenanya. Ell, tahan-tahan-tahan jangan memalingkan pandanganmu.

"Ell..." panggilnya, memecah asyiknya pandanganku padanya, "Umm.. yaa Jev.." balasku, malu-malu. Kenapa denganku?

"Kamu cantik hari ini." katanya.

Ya Tuhan!!! pujian itu, membuatku ingin melayang. Benarkah aku cantik baginya? Jangan-jangan hanya gombalan.

"Terimakasih Jev.." balasku, hanya itu yang bisa kukatakan, "Karena aku sudah lama tak melihatmu Ell, kamu cantik." katanya.

What?! itu alasanya. Aku tertawa kecil, dasar Jevin.

"Ohh yaa, aku pikir memang karena aku cantik." kataku dengan nada kecewa.

"Kamu memang cantik Ell." tambahnya.

Aku hanya tersenyum canggung di hadapannya. Pujian itu kembali kudengar. Terakhir ia mengatakan aku cantik saat hari gagal nonton, lumayan lama, Jevin dia membuatku malu.

"Ohh iya, aku bawa ini nih.." Jevin seraya menyodorkan paper bag berukuran sedang berwarna salmon kepadaku, "Apa ini?" tanyaku, gugup dan penasaran jadi satu, Jevin merongoh sesuatu didalamnya, dia tersenyum padaku sambil mengeluarkannya, "Ini apa Jev??" tanyaku sekali lagi, pada benda berbentuk silinder berukiran unik ditangannya, "Ini tabungan, untuk kamu. Rajin-rajin nabung yaa.." katanya, lalu menyerahkannya padaku.

Tabungan ini berbentuk silinder, dengan warna dasarnya berwarna salmon, dan berukir-ukir unik. Disana terukir namaku dengan indah, Ellisa Daniel. Aku menyukainya, tulisan ini berwarna merah maroon kesukaanku. Senyum-senyum sendiri aku melihatnya.

"Kamu suka?" tanyanya, memecah kesenanganku, "Iyaa, aku suka Jevv.. suka banget." jawabku penuh riang, dia menarik nafas lega, dia senyum, "Makasih Jevv.. aku suka ini, aku bakalan rajin nabung kok." kataku tertawa kecil.

First Love, Maybe... [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang