Chapter 32 : This is the same.. like a fool.

29 4 0
                                    

Tidak! Aldi cukup.. aku sedang tidak bisa membahas yang seperti ini. Aku bahkan tidak bisa leluasa mengatakan apa yang ingin kukatakan sepertimu.

"Kamu dan Jevin sudah bersahabat begitu lama. Tidak akan ada perasaan ingin memiliki disana.." Aldi masih saja berbicara, "Aldi.. sudahlah. Cukup. Aku sedang tidak ingin membicarakan tentang hati." suaraku meninggi ditengah senja, "Mau sampai kapan kamu begini? Ijinkan aku membuatmu terkagum setiap hari Ellisa.."

"Aldi! Cukup.," bentak-ku kasar.

"Ellisaa.. Jevin sudah tidak ada harapannya untuk mu. Pernahkah kalian membahas tentang perasaan? Atau dia memberi perhatian lebih padamu?" suara lembut dan berat Aldi masih tidak berubah, setelah bentakan kasarku.

Aku- aku bahkan tidak tahu.. aku tidak bisa membedakan jika dia memberikan perhatian lebih apa tidak padaku. Dia biasa saja.

"Jika tidak, mungkin tidak sama sekali. Berhentilah berharap pada Jevin.."

Aku tidak berharap dia tahu perasaanku. Aku tidak mengiginkan dia lebih. Aku sudah nyaman dengan perasaan ini, walaupun hanya aku yang merasakan. Aku nyaman dengan itu.. aku menyukai dia, dan aku nyaman dengan itu. Tidak ada salahnya. Berkali-kali aku meyakinkan, aku nyaman dengan itu.

"Ellisa.. perasaan itu ada batasnya. Ada batas kadaluarsannya.. aku tidak ingin itu terjadi pada perasaanku padamu Ellisaa.. kumohon terimalah aku.."

"Aldi! Cukup. Aku sudah tidak mau mendengarkan mu.." aku menangis perih menahan sesak d idadaku, "Aku bahkan tidak bisa mengatakan perasaanku sama Jevin, kamu! Kamu dengan leluasanya mengatakan perasaamu? Tidak kah kamu berfikir itu bisa membuat sebuah hubungan pertemanan akan hilang?"

"Tidak Ellisa.. buktinya. Setelah empat tahun lalu kukatakan aku menyukaimu, tapi kamu menolaknya. Kita masih berteman, kedua kalinya aku mengatakan hal yang sama kita masih berteman. Tidakkah itu sebuah penerimaan untuk mu?"

"Aku tidak tahu apakah Jevin akan seperti-ku jika tahu aku memiliki perasaan padanya berdasarkan persahabatan kami. Aku tidak bisa sama sekali, aku tidak berani menyakitinya dengan egois mengatakan perasaanku begitu saja."

Aku menangis begitu saja, air mataku membasahi pipi dengan ria. Aku bahkan menyentakkan dadaku beberapa kali menahan sesak dan sakit menahan air mataku tadi. Ini benar-benar menyedihkan, aku terlihat menyedihkan. Sial! Aldi membuatku terlihat menyedihkan. Sesaat tubuhku dirangkul Aldi, dia mendekapku dari samping. Entah kenapa aku seperti pengecut tidak mendorongnya, aku menaruh beban dari kepalaku ke pudak Aldi. Aku benar-benar rapuh..

"Jika kamu bilang cinta adalah kuatmu untuk bertahan sampai saat ini.. aku tidak bisa meminta lagi padamu.. tapi, kalau hatimu sudah tidak ingin menyukai Jevin lagi, cobalah untuk menerimaku, aku siap membuatmu bahagia.."

Dia berbicara lagi, All.. Shit!

"Sudah Aldi.. aku paham."

Gombalan mu itu sudah tidak mempan. Dia tertawa kecil, aku ikut tertawa tak berarti didepannya. Aku hanya ingin tertawa saja.. seperti orang bodoh. Aldi mengikuti tawaku. Gila! Dia gila! Bisa saja sama gilanya denganku.

First Love, Maybe... [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang