"Mah, ini 2013! Masa iya mama mau ikutin tradisi kuno, sih? Jodoh-jodohin aku gitu aja, gak!" Seorang lelaki berwajah tampan terlihat mengekor di belakang ibunya dengan tatapan kesal.
"Handi Morgan Winata. Ini kan udah jadi wasiat Almarhum kakek kamu. Mama cuma jalanin amanat, itu aja..." ujar bu Eliz, mama Morgan dengan santainya.
"Ma, please... Aku udah punya pacar... Kalo enggak, jodohin aku sama salah satu pacar aku aja, ma... Ups!" Morgan menutup mulutnya cepat.
"Emang pacar kamu berapa?" tanya mama Morgan menyelidik. Morgan diam dan akhirnya cengar-cengir sendiri.
"Tiga, mah..." jawabnya malu-malu.
"Putusin semua, sekarang juga!" titah mama Morgan, Morgan membelalakan matanya.
"Maa..." Morgan masih meminta mamanya untuk tidak melakukan amanat almarhum kakeknya yang menjodohkan Morgan dengan kerabat dekatnya sewaktu hidup. Kakek Morgan adalah seorang konglomerat. Ia memiliki teman yang amat dekat dan sudah seperti saudara. Hingga keduanya membuat perjanjian untuk menjodohkan cucunya saat berusia 17 tahun jika cucunya berbeda gender. Dan kini, Morgan mau tak mau harus mengikuti semua itu. Padahal, konyol! Masih jaman ya 2013 jodoh-jodohin anak? Hell, yeah!
"Anne, baju Morgan udah siap, kan?" teriak mama Morgan menanyakan orang kepercayaannya yang menjadi tata busana khusus keluarga.
Seorang wanita paruh baya masuk ke dalam kamar Morgan membawa satu stel jas resmi lengkap dan menyerahkannya pada mama Morgan.
"Dibuat dari bahan yang berkualitas, nyonya." ucap Anne sambil menunduk. Mama Morgan tersenyum melihat jas yang akan Morgan pakai sangat bagus.
"Tanpa basa-basi, pakai baju ini. Jam 7 kita berangkat sama nenek dan papa." Mama Morgan lalu keluar setelah menyerahkan jas pada Morgan.
"Jadi kawin muda lo, kak!" Thomas adik Morgan menyembulkan kepalanya di daun pintu. Morgan melemparkan tatapan kesalnya dan menutup pintu kamarnya kasar sampai terdengar cekikikan Thomas diluar kamarnya.
Tinggal Morgan sendirian dengan muka sebal, kusut dan malas. Ia mengambil jas yang harus dipakai malam nanti dan bergumam "Tuhan, mudah-mudahan ceweknya mirip Sandra Dewi."
***
Rumah mewah ini sudah ramai. Rangkaian bunga memenuhi ruangan. Kelap-kelip lampu hiasan indah menjadi penyejuk mata. Orang-orang sibuk lalu lalang menyiapkan acara kecil-kecilan namun elegan untuk si bungsu yang cantik.
Gadis cantik itu sudah siap dengan gaun merah marunnya. Rambut panjangnya digerai indah. Tapi, mukanya tidak menyiratkan kebahagiaan.
"Nenek... Kenapa harus aku sih yang dijodohin?" tanya gadis cantik itu pada neneknya. Nenek yang bernama Lois itu tersenyum melihat cucunya yang masih tak mau dijodohkan.
"Karena kamu special. Calonnya ganteng, loh..." ujar neneknya menghibur.
"Iya, Aelke sayang... Calonnya gagah, ganteng, cocok buat kamu.." kakek dari gadis yang bernama Aelke tiba-tiba datang dan duduk disamping Aelke.
"Tapi ya, kek... Ganteng itu gak cukup. Gimana kalo dia orangnya nyebelin? Jahat? Galak? Cerewet? Kakek mau aku hidupnya menderita?" ujar Aelke panjang lebar. Kakek dan neneknya hanya tersenyum.
"Kamu tuh belum apa-apa udah mikir yang enggak-enggak. Nih sepatunya pake!" Mama Aelke datang memberikan sepatu hak tinggi kepada Aelke.
"Ih mama.. Sepatu apa sih tinggi begitu.." Aelke menolak memakai sepatu high heels, ia lebih nyaman mengenakan sepatu yang datar.
"Ma, aku mau Ujian Nasional... Kok dijodoh-jodohin sih... Mama mau aku berhenti sekolah??" Aelke.
"Kan ini baru mau ngomongin lanjutan jodoh-jodohannya, terus tunangan. Entar kalo udah selesai sekolah baru nikah, sayang..." jelas mama Aelke. Aelke mengerucutkan bibirnya sebal. Apapun yang ia katakan untuk membatalkan perjodohan ini sia-sia. Ia tetap harus menjalaninya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BABY TWINS
RomancePerjodohan mungkin dianggap tabu di zaman modern seperti saat ini. Namun itu terjadi pada Morgan Oey dan Aelke Mariska yang harus menerima dijodohkan oleh orang tuanya karena permintaan dari mendiang kakek Morgan yang sudah meninggal. Morgan dan Ael...