12

3.2K 379 32
                                    

"Jangan pergi. Aku mencintaimu."

Aku tertawa sinis. Lelucon apalagi ini?

"Jangan bercanda Oh Sehun." Desisku. Aku memang sudah mengutarakan perasaanku padanya. Tapi tidak, sial aku sama sekali belum siap jika pernyataanku sebelumnya dilempar balik ke mukaku. Aku belum siap. Dengan keras aku menyentak kedua lengannya yang masih berada di perutku. Aku mendengarnya menggeram.

"Kau tidak mencintaiku. Jangan main-main dengan perasaanku Sehun!" Sehun membalikkan tubuhku dengan kasar dan kini sudah menghadapnya. Dia menekan tubuhku ke pintu, hingga membuat pintu itu kembali tertutup.

"Aku sudah mengatakan cinta padamu. Bukankah semua wanita hanya perlu pria yang mengatakan bahwa dia mencintai wanita itu? Apa lagi yang kau perlukan?"

Sialan, dugaanku benar. Dia tidak serius dengan perkataannya

"Apa yang kau inginkan dariku?" tanyaku balik. Dia mencengkram bahuku dengan kencang membuatku lagi-lagi meringis.

"Kau tinggal disini bersamaku. Biarkan aku menjagamu. Itu yang ku inginkan." Ucapnya.

"Kenapa?"

Dia mengumpat. "Sialan, karna kau sedang mengandung anakku, itu faktanya."

Benar- karna aku sedang mengandung anaknya, aku terlalu berharap.

Aku mendesah, aku lelah berdebat dengannya sungguh. Jadi, jika dia menginginkan aku tinggal disini. Aku akan mengabulkannya.

"Baiklah, aku akan tinggal disini bersamamu. Tapi dengan satu syarat." Aku menatap tajam kearahnya. "Jangan pernah mengatakan kau cinta padaku. Aku.. aku belum siap jika kau melempar balik pernyataanku yang kemarin kepadaku."

Dia mengangguk, lalu menuntunku kembali ke kamar yang tadi ku tempati.

*

"Kau baik-baik saja?" aku tersenyum tipis mendapati Kyle berdiri di ambang pintu. Dibelakangnya Nathan mengekor. Kyle melangkah lebar-lebar mendekatiku lalu duduk di samping ranjangku.

"Aku baik, Kyle. Bagaimana kabarmu?" tanyaku. Kyle tidak menjawabnya melainkan memeluk tubuhku dengan erat. Tubuhnya bergetar, aku tahu dia menangis. Dia selalu sensitif, itu yang kuketahui.

"Aku tentu saja baik. Aku ingin bertemu denganmu sejak kemarin, tapi Sehun melarangnya. Dia mengatakan kau perlu istirahat. Lihatlah Clarisa, dia bersikap seolah dia suamimu." Aku ingin tertawa mendengar kalimat terakhirnya. Suami, seandainya memang dia benar suamiku. Aku mungkin akan bahagia. Mungkin.

Aku mendongak menatap Nathan. Dia tersenyum. "Bagaimana kabarmu, little sister?"

Aku mengangguk. "Kenapa kalian kesini?"

"Sehun harus pergi menemui Irene. Jadi.. dia menyuruh kami menemanimu sebentar." Mendengar nama Irene, tubuhku lagi-lagi menegang. Tidak seharusnya aku merasakan perasaan kurang ajar ini. Seharusnya Irene-lah yang terancam dengan keberadaanku. Bukan sebaliknya. Aku mendengar Nathan berdehem, dia kemudian berdiri di dekatku, membelai lembut kepalaku.

"Mom, sudah menceritakan semuanya padaku. Kau membencinya?" aku diam. Enggan menanggapi Nathan yang mencoba mengganti topik pembicaraan. Aku memejamkan mataku merasakan hangatnya telapak tangan Nathan ketika membelaiku. Tapi satuhal yang menjadi pertanyaanku sejak aku bertemu dengan wanita itu kemarin. Apa Nathan anak kandungnya?

"Aku adalah anak kandung Jung Seo Yoon. Ibu angkatmu. Dulu, dia menikah dengan pria bule, itu ayahku. Kemudian dua bulan setelah kematian ayahku, dia menitipkanku di tempat bibinya. Kemudian aku dibawa ke sini. Sampai akhirnya Mom kembali. Dan dia menikah dengan ayah Sehun."

Scattered (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang