13

3.2K 413 83
                                    


"Kyle, apa aku ada jadwal lagi setelah meeting ini?" aku menatap Kyle yang berdiri dihadapanku. Sejenak aku tertegun, dia cantik. Wanita ini memang selalu cantik. Pantas Nathan cinta mati padanya.

"Eng, Kurasa tidak, kau free setelah meeting ini. Ada apa?"

Bagus!

Aku tersenyum padanya, seraya menepuk bahunya. "Aku akan pulang. Wanita-ku sudah menungguku di rumah."

Bisa kulihat Kyle membelalakan matanya kearahku. Aku tertawa pelan melihat reaksinya.

"Okey Sir!. Aku tidak akan mengganggumu hari ini." Dia berbalik dan berjalan meninggalkanku. Dia memang paling mengerti diriku.

...

Aku masih duduk di dalam mobil yang terparkir disebuah halaman luas. Pandanganku terarag pada gedung berwarna putih yang sudah kelihatan tua di depanku. Tadi, ketika aku sampai di basement, Suster Anna menelfonku. Dengan nada paniknya, dia mengatakan jika Irene tiba-tiba berteriak histeris kemudian pingsan.

"Sehun, Irene.. dia.. dia.. histeris memanggil namamu. Dia.. sekarang berada di ruang perawatan. Dia pingsan. Kumohon, sekali lagi temui dia. Dia membutuhkanmu."

Aku mengusap kasar wajahku. Bayangan Irene yang lemah dan Bayangan Clarisa yang menungguku di Apartemen silih berganti memenuhi pikiranku. Tapi aku mengambil keputusan, dan disinilah aku berada. Clarisa bisa menungguku lebih lama lagi, tapi tidak dengan Irene. Dia membutuhkanku.

...

"Dimana dia?" tanyaku pada Suster Anna. Aku bisa melihat matanya yang memerah wajahnya yang basah. Dia menangis, aku tahu jika Suster Anna tulus menyayangi Irene. Tapi baru aku tahu sekarang bagaimana ketulusannya. Dia menangis memikirkan Irene. Suster Anna berjalan mendahuluiku, aku mengikutinya. Kami berhenti di sebuah kamar bertuliskan ruang perawatan. Ku hela nafas sebelum membuka pintu bercat putih itu.

"Rene.." dia tidak menghiraukanku, tetap asik dengan dunianya. Memandang langit-langit dinding yang bercat putih. Aku mendudukan diriku di atas ranjang. Seminggu yang lalu, seminggu yang lalu aku telah berjanji akan meninggalkannya, membiarkan Irene tidak terikat padaku. Tapi sekarang lihatlah, melihat dirinya seperti ini aku sungguh tidak tega.

"Donghae.."

Sialan!

"Ya, ini aku. Kau baik-baik saja?"

"Aku - Aku merindukanmu.." dan detik berikutnya aku merasakan dia memeluk tubuhku dengan erat, seperti yang dia lakukan dulu. Aku selalu merasa bahagia ketika dia memelukku, tapi tidak. Tidak setelah dia mengatakan dia lebih mencintai kakak-ku. Dan kini dia memelukku karna mengira aku adalah Donghae. Sialan!

"Aku juga.." balasku seraya mengusap punggungnya. Hampir lima menit kami bertahan dalam posisi berpelukan. Lalu aku mendengar deru nafasnya mulai teratur, dia tertidur. Aku tersenyum tipis melepaskan pelukannya lalu membaringkannya di kasur. Aku merapihkan anak rambut yang menutupi wajahnya. Dia masih cantik.

"Maafkan aku Rene, Aku harus meninggalkanmu, aku berjanji.. setelah ini aku akan kembali padamu. Kau harus sembuh. Kita akan menikah, kita akan memulai kehidupan baru. Untuk saat ini, kau harus terbiasa sendiri.. kau akan bahagia. Kau mau berjanji padaku kan?"

Hening.

"Aku menyayangimu, Rene.." ucapku sambil mencium keningnya. Dan beranjak meninggalkan ruangan itu. Saat aku keluar, aku bisa melihat pandangan Suster Anna yang memandang ku dengan tatapan dinginnya.

"Jadi kau akan meninggalkannya?" tanya Suster Anna. Aku menghela nafas lalu mengangguk.

"Sebenarnya apa yang ada dalam pikiranmu Sehun? Dia istrimu. Kau meninggalkannya demi wanita lain? Kau gila."

Scattered (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang