14

3.3K 362 53
                                    



[Warning 18+ Content]

"Kau tidak perlu khawatir soal diriku Sehun.." Aku memejamkan mataku rapat-rapat. Berusaha mencerna baik–baik dalam pendengaranku soal perkataan wanita dihadapanku. Bagaimana? Bagaimana bisa hanya dengan mendengar beberapa kalimat permintannya aku merasakan seolah sebuah pedang sedang menikamku, semakin dalam – dan semakin dalam?

Ku pegang dadaku seketika saat perasaan asing –sesak dan sakit- datang bersamaan. Lalu merasakan kepalaku mulai berdenyut dan sialanya, aku tidak bisa bernafas. Udara di sekitarku seolah menguar entah kemana. Ku buka bibirku mencoba mengambil nafas dari sana, saat mengetahui hidungku sudah mulai tidak bisa bekerja dengan baik.

"Aku.. hanya meminta.."

"Hentikan.." ucapku pelan. Sejenak aku tersentak ketika merasakan nada bicara yang keluar dari bibirku terdengar begitu asing. Ya, aku merasakan asing pada seluruh organ tubuhku sendiri. Kakiku yang sudah tidak bisa menahan beban diriku akhirnya membuatku jatuh terduduk diatas lipatan kedua kakiku. Kemudian aku mendengar derap langkah kaki menghampiriku. Tubuhku bergetar saat kedua permukaan telapak tangan yang lembut itu menyentuh lenganku. Seolah berusaha memberiku energi untuk menjadi kuat.

"Sehun?"

Ya

"Kau baik-baik saja?"

Tidak – sepertinya aku akan mati.

"Sehun?"

Clarisa.. apa yang harus kulakukan?

"Jawab aku Oh Sehun!"

Aku sudah menjawabmu. Aku sudah menjawab semua pertanyaanmu.

"Ya Tuhan.. Ya Tuhan. Kumohon katakan sesuatu. Jangan seperti ini, jangan, ku mohon.." aku mendengarnya mulai terisak. Tapi aku tidak bisa membuka mataku, aku juga tidak bisa menggerakkan bibirku sepenuhnya. Benar yang kukatakan tadi. Aku mati rasa.

Perasaan lega kemudian kurasakan saat dia menarikku ke dalam pelukan hangatnya. Mengusap punggungku dengan lembut. Aku mendengar gumamannya seiring dengan pergerakkan tangannya mengusap punggungku.

"Aku disini.. Aku disini."

Dan saat itu pula aku merasakan cahaya putih menyeruak dalam penglihatanku yang gelap sejak tadi. Pekikkan Clarisa lah yang terakhir ku dengar saat cahaya putih itu semakin membawaku masuk ke dalamnya. Baiklah, sepertinya memang aku akan mati.

...

"Apa dia baik-baik saja?"

Suara itu? Clarisa? Jadi aku masih hidup?

Aku mencoba membuka mataku tapi nihil, sekeras apapun aku mencobanya saat itu juga aku merasakan denyutan di kepalaku. Oh, jangan katakan jika aku mengalami fase sakarotul maut?

"Aku tidak tahu Clarie, kuharap dia cepat sadar.."

Itu Nathan. Hey. Nat. Tolong aku. Kau bisa mendengarku kan? Nat. Nat!

Sial. Aku sudah gila pasti mencoba untuk bertelepati dengannya. Memangnya aku ini manusia serigala yang bisa berinteraksi dengan kawanannya hanya dengan bertelepati? Huh.

"Aku mengkhawatirkannya Nath. Ini.. Ini salahku.."

Ya Tuhan. Apa yang terjadi sebenarnya denganku? Apa aku memang sudah mati? Atau aku masih dalam ambang batas kematian? Atau.. atau.. sial.

Tangisan Clarisa melolong di telingaku membuat darahku berdesir. Aku ingin bangun, aku ingin membuka mataku. Aku ingin memeluknya dan mengatakan bahwa aku baik-baik saja. Tapi tidak bisa. Aku tidak bisa melakukan itu sekarang meski aku sangat ingin.

Scattered (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang