4

34.5K 1.2K 25
                                    

Harap bijak dalam membaca.

________________________


MEMANDANGI jalanan yang sedang padat sepertinya menjadi kegiatan yang kupilih seharian ini. Jalanan yang sedang semraut itu persis dengan isi kepalaku yang sedang berbelit-belit.

Seharian ini bahkan aku lewati hanya dengan mengurung diri di kamar. Setelah kebersamaanku dengan Martin kemarin, sekarang aku kembali uring-uringan. Semuanya tentu saja karena Bang Rian. Aku tidak tahu harus bersikap bagaimana di hadapannya nanti. Rindu, tapi juga masih sangat kesal padanya.

Aku tahu Bang Rian sudah di kota ini sekarang. Tadi malam Martin membocorkan rahasia bundanya tentang kedatangan Bang​ Rian.

Mbak Nisa pasti sengaja merahasiakan tentang kedatangan Bang Rian dariku karena tahu aku pasti akan mencari cara untuk menghindari lelaki itu seperti sebelum-sebelumnya. Kalau sudah begitu, aku pasti lebih memilih tidak bertemu dengannya daripada menghadiri pesta Nina. Memang dibandingkan dengan Martin, aku tidak terlalu dekat dengan keponakanku yang satu itu tapi, Nina pasti tetap akan kecewa seandainya aku tidak datang.

Aku sedang dilema, bingung memilih antara harus memikirkan hati orang lain atau harus mengkhawatirkan kondisi hati dan perasaan sendiri yang sedang kacau balau.

Telpon dan ponselku berbunyi bergantian. Aku dapat menebak siapa yang menelpon.

Mama dan Papa juga sudah sampai di kota ini sejak kemarin, tapi aku belum berniat bertemu mereka. Aku hanya berusaha sebisa mungkin menghindari mereka.

Tapi sampai kapan?

Aku masih merasa aman karena sampai hari ini mereka tidak mendatangiku ke kafe. Mereka juga pasti tidak tahu di mana apartemenku. Selama ini aku hanya mengatakan kalau aku tinggal di lantai tiga dari bangunan kafe ini. Aku memang sengaja merahasiakan kalau aku memiliki tempat persembunyian lain. Walau akhirnya ketahuan juga oleh Mbak Nisa dan Martin, memang tidak ada rahasia yang bisa disembunyikan dari Duo Kepo itu.

Bosan, kata yang mewakili perasaanku karena tidak ada yang menarik hatiku, semua terasa hambar. Sebenarnya aku tidak pernah betah tanpa melakukan apa-apa seperti ini. Aku yang sudah terbiasa sibuk dengan pekerjaan, tapi hari ini malah jadi orang yang tidak produktif sama sekali. Bahkan aku tidak bisa menikmati belanja on-line-dalam kondisi normal bisa kulakukan berjam-jam tanpa bosan. Separah inikah efek Bang Rian mempengaruhi mood-ku?

Besok sudah acara ulang tahun Nina, aku memutuskan untuk tidak datang saja ke pesta itu. Biarlah. Aku bisa memberikan hadiah ulang tahun Nina kapan saja. Papa dan Mama juga pasti bisa mengerti kalau aku tidak menemui mereka, baru bulan lalu aku mengunjungi mereka. Tidak mungkin mereka tidak mencari-cari aku.

Aku yakin otakku bermasalah karena saat jam sibuk cafe seperti ini aku malah memanggil Rudi, karyawanku yang ganteng itu ke kamar. Aku merasa perlu dipijat. Rudi memang sudah sering memijatku sejak ia sendiri menawarkan diri untuk memijatku.

Tangannya benar-benar mujarab menghilangkan dan meregangkan otot yang tegang. Tentu saja aku akan memberikan bayaran yang sesuai nanti, walau Rudi selalu menolak setiap kali aku ingin membayarnya.

Tok, tok, tok

"Ini gue, Bos. Boleh masuk?" suara berat Rudi terdengar di balik pintu.

"Masuk saja." Aku menjawab dengan hampir berteriak.

Hari ini aku benar-benar butuh relaks, makanya aku meminta dipijat seluruh tubuh. Aku hanya memakai pakaian dalam. Ini memang tidak biasa dan tidak seharusnya. Selama ini Rudi hanya memijat bagian leherku saja dengan masih menggunakan pakaian lengkap, itu pun di ruangan kerjaku. Belum pernah aku berbuat nekat apalagi sampai mempertontonkan tubuhku di depan cowok seperti ini.

Kita Nikah?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang