Revan menatap gadis bergaun peach itu dengan tatapan kagum. Gaun itu membalut tubuh mungil gadis itu dengan pas. Membuat gadis pujaannya menjadi tambah gandes.
Huh! Sudah berapa lama ia mengagumi gadis itu diam-diam?
"Coba dong samperin. Jangan diliatin doang," goda Edo, sahabat Revan.
Revan mendengus. Ia terlalu pengecut untuk mendekati gadis itu.
"Sheva! Sini deh!" teriak Edo. Revan yang kaget bahwa Edo memanggil gadis itu hanya bisa bergumam kesal. Punya sahabat yang bermulut ember memang harus menerima risiko seperti ini.
"Ya, kak?" Wajah Sheva memerah. Bahkan gadis itu tak berani mengangkat kepalanya.
"Ada yang mau kenalan, nih. Revan, sini lah." Seringai jahil muncul di bibir Edo.
Setelah itu, Edo pergi meninggalkan Revan dan Sheva yang duduk bersisian. Sheva memainkan ujung gaunnya gugup dan Revan mengusap tengkuknya beberapa kali. Awkward.
"Kamu Sheva, ya? Aku Revan." Revan mengulurkan tangannua canggung. Uluran tangan itu di sambug baik oleh Sheva.
"Iya, aku Sheva. Aku udah tau kok kalo nama kakak itu Revan," jawab Sheva sambil tersenyum manis. Revan tertegun melihat senyum manis itu. Ia tak salah memilih gadis ini.
Setelahnya, obrolan mengalir begitu saja sampai mereka lupa bahwa waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam.
"Shev? Pulang, yuk? Dah malam. Aku antar," tawar Revan. Sheva tertawa pelan, lalu mengiyakan. Kemudian, mereka berjalan bersisian menuju mobil Revan.
KAMU SEDANG MEMBACA
31 Days Writing Challenge
AléatoireKumpulan cerita pendek yang akan di update setiap hari pada bulan Desember 2016 dengan keywords yang berbeda setiap hari nya. #31DaysWritingChallenge