Aku sangat menyayangi Clarissa, sahabatku. Kami sudah bersahabat sejak Taman Kanak-Kanak. Hal itu membuatku sangat akrab dan tidak bisa dipisahkan darinya. Kata orang, kami seperti anak kembar. Memang, kalau dilihat-lihat wajah kami mirip, tapi mungkin karena kami selalu bersama setiap harinya.
Selain itu, Clarissa selalu memberikan advis yang baik padaku kalau aku dilanda masalah. Seperti saat ini. Tadi siang aku bertengkar dengan kakakku karena aku melarangnya untuk berpacaran dengan perempuan yang disukainya. Kenapa? Karena aku tidak suka dengan perempuan itu. Perempuan itu sepertinya ingin memanfaatkan kakakku saja.
"Lo boleh kalo mau ngasih pendapat soal hubungan kakak lo sama pacarnya. Tapi, bicaranya pelan-pelan. Jangan sampe yang lo ucap malah bikin kakak lo tersinggung," kata Clarissa sambil memelukku. Sedaritadi aku terus menangis karena mengingat wajah marah kakakku.
"Gue kayak gitu kan demi dia, Clar. Gue sayang banget sama dia," ucapku sambil terus menangis. Clarissa menghela napas panjang. Tapi, dia tetap diam sambil terus memelukku.
Setelah tenang, dia baru kembali berucap, "nanti lo harus minta maaf sama kakak lo. Bagaimana pun, lo udah salah bilang kayak gitu ke dia."
Aku mengangguk. Lalu berterima kasih padanya. Kalau tidak ada Clarissa, entah bagaimana aku bisa menghadapi semua masalahku. Dan aku adalah gadis yang beruntung bisa mempunyai sahabat seperti Clarissa.
KAMU SEDANG MEMBACA
31 Days Writing Challenge
CasualeKumpulan cerita pendek yang akan di update setiap hari pada bulan Desember 2016 dengan keywords yang berbeda setiap hari nya. #31DaysWritingChallenge