| 1 | Pagi

1.2K 27 3
                                    

Time is slipping by way to fast

Somehow we'll forget this anyway

So, won't today be the same as always ?

Pagi ini dinginnya udara subuh masih terasa menusuk tulang. Lebih jelasnya ini masih terlalu pagi untuk bersiap pergi ke sekolah, dan aku sebagai siswa SMA yang baik tentu akan datang ke sekolah tepat waktu, bukannya datang kepagian dengan bangun kepagian pula. Kalau kesiangan masih mungkin kulakukan, karena katanya manusia pasti pernah melakukan yang namanya khilaf bukan ?

"Suaraaa... dengarkanlaah akuu..."

"Joness... joness... nasib jadi jomblo ngeness..."

"Cintaku klepek-klepek sama dia, Sayangku klepek-klepek sama diaa..."

"Sekali ku telah berjanjiii... Tak kan ludah ku telan kembaliii..."

Aku mengerang kesal sambil menarik sisi selimutku makin tinggi menutupi telingaku dengan sekuat tenaga karena sisi lain selimutku juga ditarik kuat-kuat oleh makhluk jadi-jadian yang sekarang sedang berdiri di atas ranjangku sambil menggoyangkan pinggul dengan buas. Entah sudah berapa menit berlalu sejak makhluk jadi-jadian itu tiba-tiba menaiki ranjangku dan berdiri di atas kasurku sambil bernyanyi-nyanyi seperti orang gila.

Satu tangannya terus saja menarik-narik selimutku sedangkan tangannya yang lain memegang sisir milikku yang ia temukan entah dimana dan dijadikan mike pengganti. For your information, suaranya itu gede melengking kaya' ayam keselek biji duren meski tanpa mike.

"Sambala sambalabala sambalado... terasa pedas, terasa panas... ah, ah, mulut bergetar, lidah bergoyang"

Tanpa ampun. Suaranya pun dibuat mendesah-desah sedemikian rupa, cukup membuat sirene daruratku menyala-nyala.

"Wanyeeenngg ! Daniel Kurnia ! Stop it !" jeritku akhirnya karena kegelian plus jijik juga.

"Bara Yudhistira !! Bangguuunn !!" jeritnya tidak mau kalah. Ditariknya selimutku dengan sekuat tenaga dan sengaja kulepas tarikanku sehingga Niel jatuh terjelengkang ke belakang dengan pantat lebih dulu beradu dengan karpet bulu motif zebra.

"Sial lu ! aset gua lo banting" Niel mengaduh-aduh di atas karpet sambil mengusap-usap pantatnya yang baru saja beradu dengan karpet dan lantai.

"Sebodo ! Gila loe ya, pagi-pagi gini ngisruh rumah orang dan sekarang masih jam..." aku menoleh ke arah jam dinding yang digantung di atas meja belajarku dan seketika itu juga rasa kantukku hilang karena syok "Masih jam 4 pagi ! Niel !"

Niel masih meringis sambil terkekeh geli. "Nggak usah sewot gitu napa ah, bangun pagi bikin sehat kok. Buruan sono ganti baju, atau mau kubantu ganti-in ?"

"Lo mau ngapain pagi-pagi gini, geblek ?!"

"Basket kek, apa kek, main gitu"

"Hei, mas, bro, liat jam ! Basket pagi-pagi gini ?! Loe tuh gila apa sarap ?!" aku memijat-mijat pelispisku dengan jari telunjuk dan ibu jari.

"Ya, ya ? Aku tadi telpon ajak Rio sama Raka juga kok"

Aku mengernyit tidak percaya. Pagi-pagi begini ? Mau main basket ? Ada yang salah dengan 3 manusia ini.

Aku diam agak lama dan Niel dengan tampang bodoh-nya itu tiba-tiba bersorak

"Sip, ayo berangkat ! Sini tak-gantiin bajunya biar cepet" serunya. Aku bahkan tidak mengatakan apa-apa dan dia seenaknya menganggap aku setuju dengan ide gila-nya.

"Ogah ! Pergi sana ! Keluar kamar !" usirku galak sambil menendang-nendang Niel yang masih berbaring dan asyik berguling-guling di atas karpet bulu kamarku setelah berhasil membangunkanku dengan caranya yang brutal dan menjijikkan.

Our Box of FigureWhere stories live. Discover now