| 4 | Keluarga

386 21 1
                                    

Gadis itu tidak melakukan apa-apa, hanya duduk diam di atas sofa sambil memangku dagunya di atas bantal bersarung putih yang membuatnya nyaman. Ruangan tempatnya berada lebih kecil dibandingkan ruangan tempatnya berada saat subuh tadi. Ruangan yang ditempatinya saat ini hanya berisi perabot-perabot yang bahkan tidak mengurangi kesan luas ruangan 5x5 meter itu. Di sudut tembok ruangan bertengger televisi hitam yang tidak mununjukkan tanda-tanda kehidupan. Tepat di hadapan gadis itu ada ranjang pasien dengan roda di setiap kaki ranjangnya sementara di sisi kanannya terdapat Almari kayu yang dibiarkan terbuka setengah memperlihatkan pakaian-pakaian yang asal dilempar begitu saja.

Satu-satunya suara yang terdengar berasal dari laptop putih yang terbuka di hadapan gadis itu, sibuk memamerkan kegagahannya menayangkan sosok-sosok 3 dimensi di dalam body-nya yang langsing tanpa sedikitpun merubah ekspresi Gadis itu.

-Amethyst, jangan cemberut terus dong, ayo dek, senyuum-

-Nggak mau ! Kak Garnet tuh yang mulai duluan !-

-Adek jangan jauh-jauh-

-Kakak tuh nakal !-

-Kak, udah dong jangan digodain terus adeknya-

Sepasang manik hitam milik gadis itu tidak lepas dari layar laptop yang menayangkan video berlatar belakang taman berumput hijau yang luas. Gerakan video itu tidak beraturan menunjukkan si pengambil gambar hanyalah seorang yang amatir, meski demikian kesan hangat dari video itu cukup untuk menghipnotis siapa pun yang melihatnya, membuat orang yang ikut melihat video itu akan terbawa suasana hangat yang terpancar dari video itu.

-Hahahaha-

-Kak Garnet ! Nggak lucu, ah !-

Anak perempuan berponi dalam video itu menggembungkan pipinya ngambek sementara kakak laki-lakinya yang memakai topi bertuliskan 'BOY' tertawa puas sambil memegang seekor belalang sembah di tangan kanannya.

-Kakak, jangan gitu ah, nanti kamunya yang nangis karena dipukul adek- lerai sebuah suara lembut yang sosoknya belum tampak di dalam rekaman video.

-Ma ! Aku nggak pernah nangis !- elak si kakak sambil ikut menggembungkan pipinya marah, jadilah dua bersaudara dalam video itu sama-sama memasang wajah cemberut.

-Lho ? nangis kok, adek kamu malah lebih garang ketimbang kakaknya-

-Mama ini niat bela adek apa ngeledek ?- protes si gadis cilik berponi.

-Lha, tomboy-nya adek kan nurun dari Mama, ibu sama anak sama-sama petakilan- tambah si kakak tidak mau kalah.

-Kakak !- seru si adik dan Mama-nya kompak.

Rekaman video itu mulai bergerak-gerak karena si perekamnya sedang tertawa keras dengan suaranya yang berat. Sosok ibu muda dengan potongan rambut bob mulai memasuki layar dan memasang wajah cemberut ke arah kamera atau lebih tepatnya kepada suaminya yang sedang memegangi kamera.

-Bedanya adek sama Mama cuma adek yang masih betah pakai rok, ya kan ?-

-Papa kok nggak belain Mama, sih ?!-

-Eh, emang bener kan ? Waktu pertama ketemu Papa dulu Mama lompat dari jendela lantai 2 terus manjat pohon buat turun... adududuh !-

Sudut pandang video itu berubah jadi miring dan terdengar suara grasak-grusuk dan selipan tawa juga cekikikan sebelum akhirnya kamera perekam itu berpindah tangan ke si gadis cilik berponi yang saat ini sedang merekam aksi cubit mencubit Papa dan Mama-nya sambil tertawa cekikikan.

Sudut-sudut bibir gadis itu tertarik membentuk seulas senyum saat menyaksikan kekonyolan pria dan wanita dalam video yang bisa diduga adalah orangtua dari si gadis itu sendiri. Gadis cilik berponi dalam video itu sudah tumbuh besar menjadi gadis jelita dengan rambut panjang lurus yang masih menyisakan poni di keningnya yang lumayan jenong, tidak jauh berbeda dengan sosoknya saat masih kecil.

Entah sudah berapa kali gadis itu memutar ulang video yang tengah ditontonnya, membiarkan dirinya terhanyut dalam suasana hangat dalam video tersebut. Matahari sudah beranjak dari singgasananya dan kembali ke peraduannya meninggalkan hanya kegelapan di dunia. Entah, gadis itu sadar atau tidak dengan kegelapan yang perlahan menyelimuti dirinya.

"Amethyst, kupikir kau sedang tidur. Kenapa tidak dinyalakan lampunya ?"

Sebuah suara menyentak si gadis dari dunianya sendiri dan memaksanya untuk mendongakkan kepala melihat siapa gerangan yang tiba-tiba masuk ke dalam ruangannya dan menyalakan lampu. Matanya reflek menyipit karena silau, butuh 2 detik baginya mengenali siapa yang kini berdiri di hadapannya.

"Sudah lapar belum ? ini makan malamnya dihabiskan ya"

Seorang suster berseragam biru muda masuk sambil membawa nampan berisi piring nasi dan tiga mangkok yang dilapisi plastik wrapping. Suster itu meletakkan nampan itu di atas meja lipat yang dikeluarkannya dari sisi kasur.

"Aku nggak la..."

Gadis itu tertegun. Kedua manik matanya bergerak-gerak saat menatap sosok di hadapannya. Bukan suster berseragam biru muda yang tengah ditatapnya, melainkan sosok anak perempuan bergaun biru muda yang samar-samar berjalan di belakang si suster.

"Amethyst, ada apa ?"

Amethyst diam seribu bahasa. Lidahnya tiba-tiba kelu dan dirasakannya bulu kuduknya berdiri.

Sosok anak perempuan bergaun biru muda itu menghilang tepat sebelum Amethyst buka mulut. Suster di hadapannya membalas tatapan Amethyst dengan raut wajah bertanya dan Amethyst hanya bisa menggigit bibir menahan rasa takut dengan apa yang baru saja dilihatnya. Dia datang lagi.

 #Alohaaa

Author FAALIA disini ^^

Please leave a trace, I'll appreciate any vomment 

Te~hee ^v^

Our Box of FigureWhere stories live. Discover now