| 9 | Violet

204 13 3
                                        

And in the middle of my chaos,

There was you...

Hamparan rumput hijau dan pohon beringin sebagai pusatnya langsung menyapa siapapun yang datang ke taman rumah sakit. Taman itu tidak seluas taman alun-alun, toh juga namanya taman di dalam rumah sakit, taman ini hanya berfungsi sebagai pelepas jenuh, tempat orang-orang bersantai outdoor di rumah sakit yang tentunya kental sekali dengan bau etanol.

Ada kolam ikan di bawah lantai rumah sakit yang menyerupai rumah panggung. Kulihat ada banyak ikan koi di sana, kelompok ikan koi itu berenang berputar-putar di satu titik. Entah apa yang mereka lakukan, aku juga tidak bisa bahasa ikan untuk bertanya.

Amethyst tertawa geli saat kusebut 'bahasa ikan'. Diangkatnya kamera DSLR merah di tangannya untuk memotret fenomena ikan koi itu. Aku berjalan mendekati kolam ikan dan seketika itu juga ikan-ikan itu berpencar lari kesana-kemari.

"Kata orang hewan bisa lihat makluk-makluk halus itu beneran ya" ucapku sambil menggaruk tengkuk-ku yang yang tidak gatal "Maaf, aku mengacaukan objek fotomu"

Amethyst terkikik sambil menggelengkan kepalanya "Ada banyak objek foto disini, bukannya kamu sendiri yang bilang akan ada banyak hal yang harus kulakukan hari ini, berburu foto juga salah satunya kan ?"

Aku mengendikkan bahu lalu membalas senyum Amethyst. Siapa sangka, Amethyst memiliki hobi yang sama denganku. Gadis itu asyik sekali berkeliling taman dan memotret berbagai macam objek yang menurutnya menarik, seperti anak kecil pasien rumah sakit ini yang sedang bermain dengan teman sebayanya, seorang manula yang sedang melambaikan tangan ke arahnya, seekor kucing yang bersembunyi di balik semak-semak saat melihatku, dan lain sebagainya.

"Udah ah, berhenti ketawanya dong"

"Habisnya... bisa-bisanya kucing tadi lari jauh banget waktu kamu dateng, mana sambil ngeong-ngeong aneh pula"

Aku merengut saat diriku dianggap sebagai makhluk halus yang mengganggu kedamaian dunia. Bukan mauku juga menakut-nakuti kucing tadi. Meski kuakui badanku transparan tapi seluruh anggota tubuhku masih menempel lengkap, aku juga nggak berdarah-darah. Jujur saja, aku nggak seseram itu kan ?

Amethyst mengusap sudut matanya yang basah oleh air mata saat ia tertawa tadi. Aku menggigit bibir bawahku sambil mengalihkan tatapanku. Pipinya yang biasa tampak pucat kini bersemu merah muda, senyum bibir tipisnya yang memikat. Kenapa kamu harus bertingkah manis tanpa aba-aba, sih ?. Amethyst tentunya bersikap cuek bebek dengan apa yang kulakukan, atau bahkan tidak sadar dengan perubahan tingkahku (?) dan kembali membidik foto dengan kameranya. Targetnya kali ini adalah patung ibu dan anak yang ada di rumah sakit.

Melihat itu aku jadi teringat. Dimanakah orangtua Amethyst ?

"Ame"

"Hmm ?"

"Apa orangtuamu bekerja ?"

Amethyst berhenti membidik foto dan menatapku lama dalam diam. Ah, apakah aku baru saja menginjak ranjau ?

"Oh, well... Papa work as a pilot and Mama is a costume desainer. Both are really busy right now" jawabnya dengan suara yang pelan. Senyumnya berubah sendu dan itu secara tidak langsung membuatku kesal entah kenapa. Aku tidak suka senyumnya itu.

"Oh... Ngomong-ngomong apa saja yang sudah kaupotret ? Boleh kulihat ?"

Amethyst tersenyum. Ditatapnya layar LCD kameranya untuk melihat hasil potret-nya dan menekan-nekan tombol navigasi untuk menggeser foto. Aku bergerak mendekat di sampingnya dan ikut melihat hasil foto yang tersimpan di memori card kameranya. Ada bermacam-macam foto di sana, termasuk foto yang diambilnya sebelum bertemu denganku.

Our Box of FigureWhere stories live. Discover now