Gadis itu duduk di atas sofa, merenung sambil menatap langit yang masih gelap. Tidak ada bayangan orang lain selain gadis itu dan tampaknya ia cukup menikmati kesendiriannya. Ruangan tempat gadis itu berada sangat luas dengan mayoritas perabotnya adalah sofa dan dipan. Di satu sisi ruangan tersebut terdapat meja resepsionis yang kosong dan di pojok atasnya tergantung televisi besar. Terdengar suara deru AC yang pelan dan tercium aroma lavender yang mengisi setiap sisi ruangan menambah nilai kenyamanannya.
Gadis itu sedikit menuduk dan memejamkan matanya rapat-rapat, menggelengkan kepalanya cepat dan membiarkan rambut panjangnya terkibas melewati pundaknya.
"Tolong aku"
Gadis itu kembali menggelengkan kepalanya selagi bibirnya komat-kamit merutuki sosok anak perempuan yang mengenakan gaun biru muda di dekat meja resepsionis. Meski gadis itu sedang memunggungi meja resepsionis, ia bisa dengan langsung mengenali dan melihat sosok anak perempuan bergaun biru muda itu di dalam kepalanya. Anak perempuan itu memiliki rambut sepundak yang bergelombang dengan hiasan jepit rambut tanduk rusa. Tidak hanya sosoknya, bahkan bayangan masa lalu anak perempuan itu dan permintaan minta tolongnya tergambar jelas di kepalanya.
"Tolong aku..."
Suara yang mengiba itu terdengar sangat lirih meski ada secuil nada yang mengingatkannya pada suara riang seorang gadis cilik yang sangat-sangat dikenalnya. Gadis cilik yang dulu begitu bodoh dan bersikap masa bodoh dengan hidupnya sendiri.
Gadis itu tidak lagi menggelengkan kepalanya dan kini beralih memijat-mijat pelipisnya, berusaha mengusir pening yang tiba-tiba dirasakannya.
"Dengar, aku sakit. Aku tidak bisa menolongmu dan seharusnya kau bisa mengerti"
Suara cicit burung gereja menariknya kembali dari atmosfer dingin yang tadi menyelimuti gadis itu. Mata gadis itu terbuka dan baru menyadari kalau langit gelap yang tadi dilihatnya sudah berubah warna jadi semburat warna merah dan kuning emas, menampilkan sosok fajar yang dengan gagahnya mencuat dari ujung horizon menyombongkan kekuasaannya.
Gadis itu menoleh ke belakang dan mendapati anak perempuan bergaun biru muda itu sudah menghilang.
YOU ARE READING
Our Box of Figure
Teen FictionTerjebak dalam sosok arwah gentayangan membuat Bara Yudhistira kebingungan. Pasalnya ingatannya sebelum menjadi arwah hanya membekas separuh di kepalanya, apalagi arwahnya terikat dengan seorang anak perempuan indigo sakit-sakitan bernama Amethyst D...