| 7 | Bom

264 18 1
                                    

At last tomorrow is the "world's last" birthday

At that fact told by the blue sky's thunder

People panicked and danced sadly

Unable to do anything, I simply prayed

|The World's Lifespan and The Last Day (translated)|

Sudah 24 jam lebih aku terjebak dalam sosok arwah penasaran dan aku belum juga menemukan clue untuk kembali ke tubuhku semula. Sempat terbesit di kepalaku, kalau jangan-jangan aku sudah mati.

Masih segar di ingatanku, bayangan truk pengangkut barang di hadapanku yang melaju ke arahku. Tapi aku tidak bisa ingat rasa sakit saat tertabrak, di dalam ingatanku juga tidak ada detik-detik saat diriku tertabrak truk itu, jadi ingatanku masih vague antara aku memang tertabrak atau aku berhasil lolos. Tapi kalau pun aku berhasil lolos, aku tidak mungkin berada di sini, dengan sosok seperti ini.

Selama 24 jam ini, ada juga hal lain yang kupelajari, entah kenapa roh-ku seolah terikat dengan Amethyst. Setiap kali aku berusaha menjauh dari Amethyst, jarak terjauh yang bisa kucapai hanya 10 meter dari Amethyst, lebih dari itu aku seperti menabrak dinding tak kasat mata.

Berkali-kali aku mencoba untuk mendobrak batas itu tapi hasilnya selalu nihil. Akhirnya aku menyerah dan terpaksa untuk tetap berada di sisi Amethyst sampai saat ini. Amethyst pun tidak banyak komentar, toh dirinya juga menyaksikanku saat aku menabrak dinding batas 10 meter yang tak kasat mata itu.

Saat ini aku duduk sambil bersandar di atas kursi lipat tepat di samping Amethyst yang sedang duduk di atas ranjangnya sambil membaca buku novel yang dibawakan Opal pagi tadi. Meski kukatakan sedang duduk, lebih tepat kalau kukatakan aku sedang berpura-pura duduk bersandar. Tubuhku tidak bisa menyentuh apa pun, tentunya duduk pun aku hanya akan menghempaskan pantatku menembus kursi. Beruhubung tubuhku menjadi super ringan, pura-pura duduk pun kini jadi persoalan yang mudah.

Kulirik kakiku yang tidak benar-benar menjejak lantai. Seperti arwah yang biasa kulihat di buku bergambar dan film-film, sosok arwah milikku juga bisa melayang. Jujur saja, aku merasa aneh karena aku bisa menerimanya dengan biasa tanpa sedikit pun rasa panik.

Selagi perhatianku sedang terpaku pada kodisi tubuhku, di sampingku Amethyst duduk di atas ranjangnya, sibuk mencurahkan seluruh perhatiannya pada buku di tangannya dan bersikap seolah-olah aku tidak lagi berada di dalam satu ruangan yang sama dengannya. Dingin sekali

"Hei, Bara"

"Apa ?" aku menoleh. Kupikir aku tidak akan diajaknya bicara hari ini.

"Sekolah di SMA itu bagaimana ?"

Aku tidak langsung menjawab pertanyaannya. Kuperhatikan saja Amethyst yang masih saja konsen membaca buku novel terjemahan di tangannya tanpa sedikit pun menoleh padaku.

"... kenapa kau tiba-tiba bertanya ?"

"Ingin saja"

Aku memiringkan kepalaku sedikit untuk melihat judul buku yang sukses merebut 100% perhatian Amethyst dariku, lawan bicaranya. Percy Jackson, Titan's Curse. Rick Jordan. Ah, Kak Kaze juga suka novel ini, meski aku belum sempat membacanya. Memangnya ada adegan sekolah di dalam buku itu ?

"Tempat masyarakat mengumpulkan anak-anak yang berpotensi bermasalah dan tempat para orang dewasa mencoba mengatur mereka" jawabku

"Heh..."

Aku memberengut karena kesal mendengar dengusan meledek Amethyst dan cengiran sinisnya. Amethyst sama sekali tidak melihat ke arahku saat berbicara denganku. Setidaknya lihatlah lawan bicaramu saat berbicara !.

Our Box of FigureWhere stories live. Discover now