Bahagia dan Duka

440 5 0
                                    


"Mamaaaa! Wildan kangeeen mama!" Teriak Wildan berlarian menuju pintu ruang tamu. Hana yang mendengar suara mobil berhenti di depan rumahnya tergopoh gopoh menuju ruang tamu. "Wildan....sayang, kemana aja, kok nggak bilang mama Wildan perginya," Hana berkaca kaca memeluk Wildan.
"Idan diajak tante Susi ma, jalan jalan, beli mainan banyak," celoteh Wildan seolah tidak ada apa apa.
"Wildan, lain kali....," suara Hana terpotong oleh suara seseorang dari balik pintu ruang tamu.
"Saya yang salah, maafkan saya," Susi mengucap lirih.
"Saya membawa Wildan tanpa ijin, saya khilaf, saya terobsesi ingin memiliki Wildan, saya....," ucapan Susi kali ini dipotong oleh Hana.
"Cukup mbak! Yang penting Wildan sudah kembali. Tapi saya tidak akan memaafkan mbak, jika ini terulang lagi. Saya dan mas Rey pontang panting mencari anak kami," ucap Hana tegas. Air mata Susi semakin deras menetes. "Maaf...tolong maafkan saya," ucap Susi berbisik menahan deras tangisnya.
"Sudahlah, mbak Susi segera istirahat. Bukannya rumah mbak Susi di depan rumah kami. Mbak Susi bisa berteman dengan saya, dan mengunjungi Wildan kapanpun mbak Susi inginkan. Asalkan tidak diam diam membawa kabur Wildan. Saya sudah mengerti kisah mbak Susi dan kesedihan mbak Susi. Tapi mbak, tidak ada gunanya selalu berada di masa lalu, bangkitlah untuk memperjuangkan masa depan mbak. Jangan sia siakan hidup mbak Susi meratapi kesedihan yang sudah terjadi," ucap Hana menatap lembut Susi.

Susi mengusap airmatanya dan mengangkat kepala yang sejak tadi tertunduk. Sungguh, ia malu. Hana memang lebih muda dari Susi, tapi pribadinya sungguh baik. Pantas saja Rey mencintainya.

"Makasih dik...." Susi menggantung. "Hana...."senyum Hana.
Sekali lagi terimakasih atas pengertian dik Hana, Wildan dan Rey pasti bahagia memiliki dik Hana. Saya pamit dulu, sampaikan maaf saya kepada Reyhan," ucap Susi sambil memeluk Hana.
Hana membalas pelukan Susi lalu mengangguk.
"Assalamu'alaikum," ucap Susi dengan beranjak keluar ruang tamu Hana.
"Wa'alaikumussalam warohmatulloh," jawab Hana seraya mengantar Susi keluar pintu pagar.
Baru saja Hana ingin menghubungi suaminya, ponselnya berdering tiba tiba. Tertera nama My Hubby, segera ia menjawab telepon.
" wa'alaikumussalam, iya mas......

============

Barusan mas, mas segera pulang ya....

============

Nggak usah khawatir, aku dah bicara panjang dengannya, dan Alhamdulillah dia mengerti.

===============

Wa'alaikumussalam warohmatulloh, hati hati sayang,"

Klik

Hana meletakkan ponselnya dan bergegas mencari Wildan. Ia sudah sangat rindu padanya.

_____________

Hari sudah menjelang sore. Jika tidak macet, seharusnya Reyhan bisa sampai rumah pukul 3 sore.
Hana memperhatikan jam, 15. 05.
Rey suaminya belum juga muncul. Sambil mengelus perut buncitnya, Hana berucap lirih," Semoga papa selamat ya nak."

Hana membangunkan Wildan yang tidur mulai jam 2 siang tadi untuk membujuknya mandi agar ketika papanya pulang Wildan sudah wangi.

Bi Inah sudah memandikan Wildan. Ia duduk di depan TV sambil menunggu papanya pulang. "Ma, jam berapa papa pulangnya," tanya Wildan.
"Sebentar lagi sayang," jawab Hana sambil mengarahkan matanya ke jam dinding di  ruang keluarga.
Jam sudah menunjukkan pukul 16.09. Hana mulai tidak tenang.

Tiba tiba ponselnya bunyi. Hana segera mengangkatnya tanpa melihat layar ponsel. Ia berharap itu adalah khabar dari suaminya.

"Wa'alaikumussalam, iya...

============

Innalillahi wa inna ilaihi roojiuun...

============

Seketika lemas tubuh Hana. Airmatanya berlomba lomba berdesakan keluar dari mata indahnya yang sekarang sedang menatap sayu ponselnya.

Seketika kenangan bersama orang yang dicintainya berputar di kepalanya. Namun sekarang...ia telah pergi meninggalkannya.
Hana mengusap airmatanya.

Buummm.....buummmm...

Hana berlari keluar dan memeluk orang yang keluar dari mobil itu.





Sesungguhnya Alloh menguji dengan sedikit ketakutan dan kelaparan.



Aku Ingin Mama Seperti Bu GuruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang