Dokter, Kapan Menikah

737 15 0
                                    

Reyhan pov

Tiba tiba saja hari ini aku sakit kepala.temen temen di rumah sakit tempat aku bertugas beberapa orang mengakhiri masa lajangnya dengan menikah.
Jadilah aku bahan ledekan mereka, katena di usiaku yang 27 ini aku belum menikah.

Ah menikah....ya...siapa yang nggak mau. Tapi keputusan menikah bagiku tidaklah mudah.
Bagaimana dengan Wildan, putra kakakku yang meninggal beserta istrinya dalam kecelakaan pesawat tiga tahun lalu. Ah...mereka betul betul sehidup semati.

Wildan masih belum mengerti apa apa. Ia hanya tahu akulah papanya. Itula sebabnya ia biasa memanggilku papa Rey.

Setiap hari memang ada yang membantu mengurus Wildan, yaitu bi Inah. Tapi untuk pengganti papa, tentu aku yang ambil alih. Untungnya Wildan ini cukup cerdas dan penurut.

Usianya yang 4 tahun, membuatnya semakin kritis dan banyak tanya.

Yang jadi masalah kalau ia menanyakan kapan mama pulang dari syurga.
Ah...kasihan sekali anak itu. Apalagi di sekolahnya teman temannya kadang di jemput papa mamanya.

Hei....tiba tiba terlintas sosok guru yang sering diceritakan Wildan. Hana....iya...bu Hana namanya. Aku taksir usianya sedikit di bawahku.
Penampilannya anggun dengan kerudung yang menutup dadanya. Sederhana tapi terlihat berkelas.

"Assalamu'alaikum sobat, ngelamun aja sih dari tadi...makanya cepet cari mama buat Wildan...." goda dr. Rio yang baru sebulan lalu menikah.

Aku tetkejut tepukan dr. Rio di pundakku. Tuh kan ngledek lagi....hhh.

"Eh Ri, menurut kamu jika aku menikah kira kira wanita yang aku nikahi bisa terima Wildan nggak ya." Kataku khawatir.

"Rey...Rey....ya kamu carilah yang bisa menerima Wildan. Coba kamu teropong teropong Wildan deket sama siapa aja sekarang ini?" Kata Rio.

Pikiranku langsung ke bi Inah."Masa aku menikah dengan bi Inah Ri...yang bener aja!" Protesku.
"Ye...bukan bi Inah juga kali....."gerutu Rio kesal.
"Ri...aku ingat sekarang, Wildan sering menceritakan salah seorang guru play groupnya, namanya Hana. Tapi aku ragu...jangan jangan dia sudah punya calon. Cukup cantik, bisalah kalau disandingkan dengan dr. Reyhan..." kataku tak bersemangat.
"Jangan lesu gitu bro, eh jam berapa kamu mau jemput Wildan, aku mau ikut...biar ku lihat seperti apa yang namanya Hana itu...gimana?" Kata Rio bersemangat.

----------------

Aku memarkir mobil nissan juke ku, kemudian diiringi Rio yang sengaja membuntutiku. Huh...kayak buronan aja.

"Assalamualaikum Wildan, bu guru." Rey menyapa Wildan sambil mengangguk kepada Hana.

"Wa'alaikumussalam warohmatulloh....papa....
Papa, lihat nih...Idan bisa bikin perahu...diajarin sama bu guru, bu guru...kalau liburan boleh nggak Idan main ke rumah bu guru...."celoteh Wildan yang disambut anggukan oleh Hana.

"Hai Wildan, anak papa Rey makin ganteng aja...tos dulu dong...." ucap Rio sambil tos ke Wildan.

"Eh....bu guru....saya Rio temen papa Wildan, salam kenal." Sambung Rio.
"Hana....." sambil mengangguk bersalaman jarak jauh dengan meletakkan kedua tangannya di depan dada.

"Oh iya...papa Rey...di dalam tas ada buku penghubung yang berisi pemberitahuan jadwal renang anak anak, mohon dilihat nanti." Kata Hana.
Papa Rey.....ah dia memanggilku dengan papa Rey....kenapa aku jadi kaya anak abg saja salah tingkah begini.

" Makasih Hana, kami permisi dulu, assalamualaikum..." what!!!aku keceplosan memanggil namanya saja, aduh malu rasanya, sok akrab banget.

----------------

"Fiuh....itu bukan gadis biasa Rey, bodoh kamu kalau melewatkan gadis seperti itu begitu saja, lihat aja wajahnya....huh...menyejukkan, penampilannya juga terjaga.....yah beda beda tipislah dengan istriku..." cerocos Rio seteleh Rey melajukan mobilnya.
"Hei...kenapa kamu yang heboh sih? Semua kan butuh proses...nggak asal tembak aja." Gerutuku.
" Ya udah tunggu apa lagi Rey, kamu juga udah mapan, wajah cukup ganteng, pekerjaan lumayan....apalagi coba?" Rio dengan semangatnya.

Aku pikir pikir betul juga sih. Lebih baik aku minta bantuan mama buat mencari tahu siapa Hana. Yap...mama.

########


Penampilan seksi dan terbuka belum tentu lebih menarik.
Seperti makanan yang terbuka dan yang dikemas, tentu lebih mahal yang dikemas.

Aku Ingin Mama Seperti Bu GuruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang