Ternyata

393 6 0
                                    


"Pak dokter, bu dokter mari masuk," ucap Tia sopan. Melihat sikap Tia, Hana langsung merasa bersalah. Jika mereka ada hubungan, tentu gadis itu tidak akan sesopan itu, pikir Hana. Hana mulai memenuhi pikirannya menjadi positif. Ia tidak mau salah sangka.

Reyhan duduk di sebelah Hana.
"Baiklah. Mungkin ini waktu yang tepat. Sayang, Tia ini pasienku yang sebatangkara. Orangtuanya sudah tidak ada " ucap Reyhan.

"Tia sakit jantung?" Tanya Hana hati hati.
"Iya bu dokter. Akhir akhir ini saya merasa payah, mudah lelah. Padahal saya harus mengurus bayi saya," jawsb Tia berkaca kaca.
"Suamimu?" Tanya Hana.
Tia menghela nafas lalu berdiri menghadap jendela memandang ke arah jalan.
"Saya merasa sangat kotor bu dokter," Tia mulai terisak.
"Saya pernah bekerja sebagai sekretaris di perusahaan yang sedang berkembang. Dan saya....saya....," Tia makin sesegukan.
Hana menghampiri Tia. Mengelus kepala dan punggung Tia. Sementara Reyhan entah sejak kapan sudah berada di luar. Ia ingin memberi kebebasan pada Tia mengeluhkan perasaannya.

"Katakan apa yang ingin kau katakan. Menangislah jika itu membuatmu lega. Mbak akan mendengarkan apapun yang Tia ingin keluhkan," ucap Hana trenyuh. Hana sengaja mengubah agar Tia memanggil mbak padanya.

"Mbak Hana, saya telah berbuat zina dengan atasan saya yang sudah menikah dan punya seorang anak. Bahkan saya mendengar putra mereka meninggal lantaran pertengkaran mas Vino dengan istrinya. Saya....saya....," tangis Tia pecah lagi.
Hana menunggu dengan sabar sampai Tia bisa menceritakan semua.

______________

Sudah jam dua siang Hana dan Reyhan baru sampai rumah. Dalam perjalanan mereka hanya diam, larut dalam pikiran masing masing. Menyelesaikan masalah orang lain sudah sering terjadi. Mana mungkin Hana atau Reyhan berdiam diri melihat permasalahan ini.

Reyhan patut bersyukur memiliki Hana yang berjiwa besar dan tidak banyak menuntut. Mereka berdua seolah sepaket. Sama sama punya kepekaan sosial cukup tinggi.

Reyhan duduk disamping Hana yang sedang menyusui Syifa. "Aku bersyukur, kehidupan kita jauh lebih bahagia," kata Reyhan. Tangannya melingkar dipinggang Hana dengan dagu disenderkan di bahu Hana, sementara tangan satunya mengelus kepala Syifa.
Syifa yang asyik menetek sesekali melirik papanya. Reyhan sesekali menoel noel pipi Syifa ,membuat Syifa tertawa sesekali sambil menetek.
" Mas, dagu kamu itu lancip, sakit nih pundak aku," kata Hana.
Bukannya menjauhkan kepala Reyhan malah memajukan bibirnya ke pipi Hana. " Geli maaas. Mas Reyhan...geli. kumisnya itu tajem tajem," ujar Hana sambil mengeliat geliat.
Mereka tertawa bersama.

"Sayang, kapan kita akan memberitahu tetangga kita tentang Tia," ucap Reyhan.
"Nanti saat yang tepat. Aku perlu mendekati mbak Susi untuk bicara pelan pelan agar bisa menerima kenyataan," ucap Hana.

"Mas, kadang aku tidak habis fikir. Mengapa ada manusia yang dengan sadarnya berbuat yang jelas jelas salah. Parahnya dia tau sekali itu salah. Apa memang sebegitu kuat pengaruh syetan, sampai logika diterjang," ucap Hana.
" Kamu pernah dengar nggak sebuah ayat yang intinya bahwa syetan itu menjadikan indah perbuatan buruk bagi orang yang mengikuti keburukan itu sendiri," kata Reyhan.
Hana mengangguk.
" Iya mas. Bahkan syetan itu mempermainkan kita seperti kita memainkan bola," kata Hana bergidik.
"Makanya mas, ketika pikiran buruk melintas, aku berusaha meredakan hatiku sendiri. Aku takut dipermainkan oleh syetan," kata Hana.

"Han,"

"Hmmm,"

"Sayang nggak,"

"Sama siapa,"

Sama akulah,"

"Hmmm,"

"Kok hmmm,"

Hana mengerling dengan senyum manisnya.

"Mas,"

"Hmmm,"

"Sayang nggak,"

"Sama siapa,"

"Sama akulah,"

"Hmmm,"

"Kok hmmm,"

Reyhan tertawa renyah.

"Kok kita kayak orang pacaran ya?" ucap Hana.
"Loh, kita kan memang pacaran sekarang," kata Reyhan.
"Baru kali ini aku ngrasain jatuh cinta,"ucap Reyhan lagi.
"Hah," Hana mengeryit.
"Trus kemarin kemarin? Perasaan cool, jaim gitu," kata Hana. Syifa sudah diletakkan di box bayi sejak tertidur setelah menetek tadi. Wildan dibawa eyangnya, katanya mau dibelikan mainan eyangnya.
Jadilah Reyhan dan Hana punya kesempatan berduaan. Bi Ina barusan juga pamit ke pasar.

"Ya, aku aslinya ya gini Han," ucap Reyhan.

"Aaaa, mas Rey...," pekik Hana.
Tiba tiba Reyhan membopong Hana dan membawanya ke kamar mereka.




Enaknya pacaran sebelum menikah atau pacaran setelah nikah ya?
Ada yang bilang pacaran buat memilih yang bener bener pas.
Cuma kalau liat banyak kejadian kejadian patah hati, males juga ya pacaran?
Sakitnya ampun.ampunan.

Pernikahan itu memang seperti taruhan. Bahagia atau tidak itu pilihan.

Oke, makasoh yang udah baca, apalagi voment...





Aku Ingin Mama Seperti Bu GuruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang