Insiden Di Hari Pernikahan

584 11 0
                                    


Reyhan Pov

Hari ini hari pernikahanku dan Hana. Banyak rekan dokter yang datang ingin melihat kebahagiaan kami, dokter jomblo terakhir. Semua rekanku sudah tahu Wildan adalah putra kakakku yang meninggal beberapa tahun lalu.

"Dasar wanita murahan...!!!" Kudengar suara berteriak di dekatku. Aku menoleh, innalillahi....bu Susi menatap penuh kebencian ke arah Hana.
Aku segera menarik Hana ke pelukanku untuk melindunginya.
"Dia merebut suamiku...!!! Jalang murahan!! Aku akan membunuhmu!!! Teriak bu Susi dengan kilatan kemarahan di wajahnya.
Jantung Hana berdegub kencang terasa di dadaku. Dia memperhatikan ke arah bu Susi prihatin.
Bu Susi terus mengomel tidak jelas sambil berteriak teriak dengan tangan dan tubuhnya di cekal beberapa teman dokter dan perawat.
Rio segera menelepon dokter Dany yang berdinas di rumah sakit jiwa.

Aku bergidik ngeri melihat bu Susi yang berantakan. Mengingat selama ini Wildan juga dekat.

Setengah jam kemudian dokter Dany datang dengan beberapa perawat membujuk bu Susi.
Ternyata bu Susi kabur dari rumah sakit jiwa.
Kisah hidupnya ternyata tragis.
Ia diselingkuhi suaminya, dan anak satu satunya dibunuh.
Jika ada duda dengan anak satu, ia selalu menganggap itu keluarganya.

---------------

Akhirnya selesai juga. Kami sudah berada di kamar. "Mas Reyhan mandi dulu, aku udah siapin handuk dan bajunya, " kata Hana sambil mengoleskan pembersih muka ke wajahnya.

Aku perhatikan istriku yang baru aku nikahi pagi tadi. Baru kali ini aku memandanginya dengan intens, seolah tidak mau melewatkan pemandangan indah.
Wajahnya manis dan cantik juga, hingga rasanya tidak bosan memandanginya. Kulitnya kuning langsat, benar benar seperti putri keraton.

Merasa aku pandangi, Hana menoleh. "Mas, kok belum mandi sih. Awas ya...jangan pegang pegang aku," katanya tersenyum.

"Eh, cerewet juga ya istri aku. Coba kemarin kemarin....jaimnya minta ampun. Kalau udah mandi berarti boleh dong...." godaku sambil mengecup pipi kanannya lalu berlalu ke kamar mandi.

"Mas Reyhan......!" Gerutunya yang kudengar di balik pintu kamar mandi.

Setelah mandi aku mengajak Hana duduk di ranjang. "Han, sini! " ajakku sambil menepuk tempat sebelahku.
" Aku pingin memberitahukan sesuatu,"ucapku.
Hana duduk sebelahku, aku membalikkan tubuhku menghadap Hana. Memperhatikan mata hazel dengan bulu mata lentiknya.
"Han, kamu nggak keberatankan mengasuh Wildan?" Ucapku lembut tapi serius. " Aku kan bersedia menikah dengan mas Reyhan, itu artinya aku juga harus menerima anak mas Reyhan," katanya meyakinkan.
"Han, kasihan Wildan, mama papanya meninggal dalam kecelakaan pesawat saat ia baru belajar berjalan." Kataku.
Hana terkejut.
"Apa mas! Jadi Wildan....?" Katanya menggantung.
"Iya, Wildan putra kakak kandungku Han," kataku sendu.
Hana memelukku erat sambil mengatakan," Maafin Hana mas, Hana kira Wildan anak mas Reyhan dengan wanita masa lalu. Hana juga sempat ragu apakah mas Reyhan akan bisa menjadi imamku," kata Hana sambil berkaca kaca.
" Maafin mas juga ya, baru memberitahumu," ucapku dambil memeluknya.
Tiba tiba aku dikejutkan suara Hana." Hei..itu artinya aku menikah bukan dengan duda dong!" Senyumnya. Kami tertawa.
Suasana hening sejenak.
Berdekatan seperti in membuatku ingin......" ketika wajahku ku dekatkan ke wajah Hana....tiba tiba...
" Mama...papa.....bukain pintunya, Idan pengen tidur sama mama papa!" Teriak Wildan.

Ayo.....mana kritiknya....

Aku Ingin Mama Seperti Bu GuruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang