Panti Asuhan

353 7 0
                                    


Kebaikan yang kita tanam kepada anak kita sejak kecil, akan senantiasa dikenang sampai ia besar.

#

#

#

Hana dan Reyhan beranjak dari tempat tidur Wildan setelah dirasa Wildan nyenyak.
Setelah sesi membujuk, menjelaskan dan memberi pengertian akhirnya Wildan mau mengerti. Sebetulnya Hana dan Reyhan ingin memberitahu tentang orangtua Wildan setelah ia sekolah menengah, tapi ternyata Wildan sudah mengetahui jauh lebih awal.

Awalnya Wildan marah dan ingin pergi, tapi akhirnya ia menerima dan tetap tinggal bersama Reyhan dan Hana. Sebegitu pentingnya orangtua kandung buat anak. Padahal Reyhan sebagai adik dari orangtua kandung Wildan telah merawat sejak usia Wildan 1 tahun.
Sementara ada orangtua kandung justru tidak menginginkan anaknya.
Atau ada juga orangtua kandung yang menerima tetapi mengabaikan kebutuhan kasihsayangnya.

_______________

"Udah siap sayang," Hana menghampiri Wildan yang berpakaian rapi hari ini.
"Ma, bingkisannya nanti Idan yang bagi ya," ucap Wildan.
"Iya sayang," jawab Hana mengelus rambut Wildan sayang.
"Papa pulang....." tiba tiba Reyhan muncul mengejutkan Hana dan Wildan.
"Papa....Idan kangen," Wildan menubruk Reyhan dan minta dipeluk.
Reyhan memeluk sayang Wildan.
"Papa juga kangen sayang," Reyhan mengeratkan pelukannya dan sepertinya masalah tadi malam sudah bukan masalah lagi.

"Kalau gitu kita berangkat sekarang ya," ajak Reyhan yang diikuti anggukan Wildan.
"Han, ayo....Syifa udah ciap cayang," goda Reyhan pada putrinya. Syifa kecil terkekeh kekeh melihat papanya berbicara.

Hari ini Reyhan menjanjikan  Wildan untuk mengunjungi panti asuhan. Agar Wildan tahu betapa banyak yang menginginkan kehidupan lebih baik.
Betapa banyak yang tidak hanya tidak punya ayah ibu, tetapi juga tidak punya saudara atau punya tapi tidak mampu menanggung hidupnya.

"Assalamu"alaikum," Reyhan Hana dan Wildan serentak mengucap salam.
" Wa'alaikumussalam. Eh pak dokter dan bu dokter. Mari masuk. Ini si ganteng siapa namanya?" Tanya bu Tina beramah tamah.

"Wildan bu. Pingin kenal teman teman di sini katanya," Reyhan menjelaskan. Bu Tina sudah tampak dekat dengan Reyhan maupun Hana dikarenakan Reyhan adalah donatur tetap panti asuhan ini.

"Kak Wildan, ayo ini bagikan ke teman temannya," titah Reyhan yang membawa kardus besar.
"Iya pah," Wildan mengambil satu persatu untuk dibagikan ke penghuni panti asuhan ini.

Sementara Hana mengobrol dengan bu Tina dengan Syifa di gendongannya. Sesekali Syifa terkekeh karena di goda bu Tina.

Acara beramah tamah akhirnya selesai siang hari. Ditutup dengan sholat dzuhur berjama'ah dengan Reyhan sebagai imam.

Reyhan, Hana dan Wildan berpamitan, lalu meninggalkan panti. Wildan tampak senang. Raut wajahnya berbinar, tidak seperti kemarin malam.

Di mobil Wildan tak henti hentinya bertanya ini itu.
"Pah, kenapa kita bagi bagi hadiah," Tanya Wildan penasaran.
"Ya Alloh suka orang dermawan Wildan. Lagipula rezeki yang papa terima itu sebagian kecil ada hak orang lain. Jadi harus kita keluarkan,"jelas Reyhan.
Wildan manggut manggut.

"Pah, mereka semua nggak punya papa sama mama ya," Wildan kembalu bersuara.
Hana tersenyum melihat Wildan.
"Ada yang nggak punya kedua orangtua, ada yang hanya punya ibu, ada juga yang memang nggak mampu Wildan," jelas Reyhan. Wildan mengerutkan keningnya.

"Pah, orangtua mereka nggak ada karena apa ya?" Tuh kan Wildan lagi.
"Wildan wildan, papa nggak tahu pastinya. Mungkin ada yang sakit keras, kena musibah dan lain lain," jawab Reyhan.

"Nadia katanya papanya kecelakaan. Tapi nggak meninggal " kata Wildan seolah protes dari penjelasan Reyhan barusan.
Nah lo.

"Umur itu sudah ditentukan oleh Alloh Wildan. Nah kita nggak bisa milih umur panjang kalau sudah takdirnya segitu. Makanya kita harus selalu beribadah dan berbuat baik kapanpun dan dimanapun, lalu juga sama siapapun," Hana kembali tersenyum melihat kesabaran Reyhan menjawab semua pertanyaan Wildan.

"Kenapa harus ibadah dan berbuat baik terus pah?" Pertanyaan Wildan selanjutnya.

"Ya karena kita tidak tahu kapan kita meninggal. Coba kalau kita matinya pas lagi melakukan kejahatan? Kita jadi banyak dosa deh," ujar Reyhan.

"Kalau dosa emang kenapa pah," nah, kapan dia berhenti nanya. Dasar anak pinter.

"Dosa itu kalau kita banyak melanggar perintah Alloh. Makanya Alloh menghukum orang yang berdosa dengan cara memasukkan ke neraka," Reyhan mengacak rambut Wildan gemas.

"Kak Wildan, coba lihat itu bacaan apa?" Hana mengalihkan perhatian Wildan agar Reyhan fokus menyetirnya.
Sekarang Wildan disibukkan membaca tulisan tulisan di pinggir jalan.

____________

"Han, sini duduk sini," Reyhan menepuk sofa yang kosong di sebelahnya.
"Inget nggak waktu kita menghadiri pertemuan di kantor sebulan yang lalu? Yang kamu nanya siapa orang baru itu?" Reyhan berusaha mengingatkan suatu kejadian yang dimaksud.

Hana mengeryit berusaha mengingat sesuatu.
"Oh iya, yang kata mas Rey itu dokter baru namanya Fadhil," seru Hana.
"Tau nggak, gara gara dia lihat kamu waktu itu, dia jadi berpikir ingin menikah," ucap Reyhan.
"Loh," Hana menatap mata Reyhan.
"Hei, tentu saja aku akan meninjunya kalau dia menginginkanmu," ujar Reyhan bernada kesal.
"Jangan gitu mas. Cemburu?" Ledek Hana tersenyum jahil.
"Tapi dia baik, sholeh kok. Kalau punya adik ipar seperti dia boleh juga," ucap Reyhan menerawang.
"Maksud mas Reyhan, Fara?" Tanya Hana.
Reyhan mengangguk.
"Kalau gitu ayo kita kerjakan," seru Hana bersemangat.
Tuh kan ngurusin orang lagi mereka. Huft...


Tbc

Aku Ingin Mama Seperti Bu GuruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang