Hana sudah bisa pulang setelah mendapat persetujuan dokter Tiwi. Bukan main senangnya Hana. Sementara Wildan senyum senyum memandangi adik cantiknya yang mengeliat geliat lucu." Ma, lucu ya dedek Syifa. Ma, Idan mau punya adik lagi. Tapi yang cowok ya ma," celoteh Wildan sambil lompat lompat di sebelah box adiknya.
Hana tersenyum.
" Kalau dedek Syifa udah agak besar ya sayang, " ucap Hana mengelus rambut Wildan sayang.
"Ma, kapan pulangnya," celetuk Wildan. " Tunggu papa sayang. Tu dia, papa datang," seru Hana.
" Yeiy...kita pulang," teriak Wildan.
Setelah memastikan tidak ada yang tertinggal, mereka segera meninggalkan rumah sakit.Di dalam mobil.
"Han, aku ingin mengajakmu menemui seseorang. Tapi nanti kalau sudah pulih kamunya. Mau kan?" Kata Reyhan. Hana menoleh memandang Reyhan yang berada di belakang setir.
" Iya," sahutnya pendek.
Pikiran Hana melayang pada lembaran kertas kecil yang ia temukan beberapa hari yang lalu. Hana semakin berhati hati sekarang. Tidak ingin mencurigai suaminya sebelum suaminya benar benar menjelaskan. Yang ia yakini suaminya itu orang baik. Tidak neko neko.
" Pah, Idan nggak nginep tempat eyang lagi kan? Idan pingin bantuim mama jagain dek Syifa pah," celoteh Wildan.
" Nggak sayang, kan kemarin mama mau melahirkan. Jadi Wildan sama eyang dulu,"
Celotehan Wildan menghentikan lintasan pikiran Hana.
" Ah, betapa beruntungnya aku memiliki keluara seperti ini. Sungguh, tidak bisa digambarkan dengan kata kata," batin Hana dengan senyum kecilnya._________________
"Assalamu'alaykum," sebuah suara terdengar dari balik pintu ruang tamu. Hari ini memang hari minggu. Reyhan ingin seharian bersama keluarga kecilnya.
"Wa'alaykumussalam," sahut Reyhan dengan langkahnya menuju ruang tamu.
Ketika Reyhan membuka pintu, betapa terkejutnya ia.
Berdiri di depan pintu seorang wanita anggun dengan kerudung menutup kepala dan dadanya. Di samping wanita itu ada seorang pria yang mungkin seusianya.
" Bu Susi, dan....." ucap Reyhan menggantung seolah butuh penjelasan dari wanita itu.
" Iya pak dokter, ini suami saya mas Vino," ucap Susi.
Reyhan mengulurkan tangan dengan menyebut namanya, lalu disambut oleh Vino dengan juga menyebut namanya.
"Silakan masuk pak Vino dan bu Susi. Silakan duduk. Sebentar saya panggil istri saya. Reyhan segera menuju kamar dimana Hana berada.
"Siapa mas?" tanya Hana. " Bu Susi dan suaminya," jawab Reyhan."Oh, mbak Susi. Apa khabarnya," ucap Hana sambil cipika cipiki.
" Kapan pak Vino kembali?" Tanya Hana. " Baru dua hari yang lalu. Mana si kecil?" Kata Susi. Reyhan muncul dengan menggendong bayi ke ruang tamu dan memberikan kepada Hana. " Lucunya, cantik seperti mamanya," ucap Susi. Hana tersipu. Susi menggendong baby Syifa dengan gemasnya.
"Semoga mbak Susi segera punya momongan lagi," kata Hana.
"Aamiin," serentak Susi dan Vino mengamini ucapan Hana.Reyhan dan Vino berbincang bincang seputar bisnis Vino. Sementara Hana juga asyik ngobrol tentang tumbuh kembang anak dengan Susi.
Sekitar jam sembilan Susi dan Vino berpamitan.Reyhan dan Hana turut senang tetangga mereka akhirnya bahagia. Manusia memang tempat salah. Tapi bukan berarti kita membiarkan kesalahan yang kita perbuat itu merusak diri kita sendiri.
Dan memaafkan jauh lebih sulit dari meminta maaf.______________
Hari ini Reyhan ingin mengajak Hana menemui seseorang.
" Kamu siap? Tapi aku mau kamu janji," ucap Reyhan.
"Janji apa?" kata Hana seraya melingkarkan tangannya di leher suaminya.
Reyhan menyambut dengan memeluk pinggang istrinya.
" Jangan tanya apapun sebelum aku menjelaskan padamu. Gimana? Aku nggak mau kita salah faham," ucap Reyhan.
" Oke!" Kata Hana mengangguk.
Reyhan tersenyum meletakkan kepala istrinya di dada bidangnya sambil mengecup puncak kepala istrinya.
Selama menikah dengan Hana, Reyhan merasa nyaman nyaman saja. Tidak pernah ada perselisihan yang panjang. Kalau tidak Hana yang mengalah, Reyhan yang akan mengalah. Mereka bisa saling melengkapi.
Ibarat minum teh, pas. Tidak kemanisan. Manisnya pas. Dan semoga tidak pernah pahit."Yuk, kita berangkat. Mumpung mama disini. Jadi Syifa bisa dijagain sama mama," ajak Reyhan menarik lembut tangan istrinya. Hana mengambil tas slempang lalu mengalungkan tas itu ke leher menyamping di pinggang. "Yuk," ujar Hana.
"Ma, kami berangkat dulu," ucap Hana mencium punggung tangan mertuanya. Reyhan juga melakukan hal yang sama.
"Assalamu'alaikum," serentak Reyhan dan Hana.
"Hati hati kalian ya," ucap mama.______________
Mobil Reyhan memasuki halaman rumah dengan pagar tanaman beluntas. Dua jam mereka melalui perjalanan. Rumah yang mereka tuju memang berada di pinggiran kota. Masuk ke jalan tanah melewati persawahan luas.
Di teras depan rumah sederhana itu berdiri seorang wanita dengan menggendong seorang bayi. Reyhan turun dari mobil, disusul kemudian Hana.
Melihat pemandangan itu, Hana hampir bertanya kepada Reyhan.
Tapi ia sudah berjanji tidak akan bertanya apapun sebelum Reyhan menjelaskan.Namun tak bisa dipungkiri. Dadanya cukup berdetak lebih cepat. Akankah suaminya itu menjelaskan hubungannya dengan wanita itu. Ingin rasanya Hana pergi dari tempat ini. Rasanya belum siap kalau harus mendengar Reyhan mengakui bayi itu adalah anaknya. Ingatannya melayang pada selembar kertas putih yang berisi transferan suaminya. Yah...walaupun jumlahnya tidak banyak.
"Han, kenalin ini Tia," ucap Reyhan.
Huft....akhirnya...
Voment dong...
Biar semangat nih...
Atau ada yang mau usul...
Hubungan apa kira kira Reyhan dengan Tia....
Oke...
Semoga suka...
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Ingin Mama Seperti Bu Guru
Любовные романыWildan....balita ganteng ini berusia 4 tahun. Orangtuanya meninggal dalam kecelakaan pesawat ketika dia berusia 1 tahun. Rayhan adalah adik ayah Wildan yang juga seorang dokter merawatj Wildan sejak orangtua Wildan meninggal. Wildan belum bisa meng...