Dilema

343 11 0
                                    

Selalu ada akibat dari perbuatan salah yang kita lakukan.
Jika hari ini kamu tidak mendapati akibat itu, maka mungkin akibat itu akan kita dapati suatu hari nanti.

:

:

:

"Mas Vino harus ceraikan aku, dan nikahi dia," ucap Susi dengan airmata tertahan.
Bagai disambar halilintar Vino terduduk di lantai kamar mereka. Ia termenung beberapa saat. Tenaganya seolah terkuras habis. Tubuhnya lemas tak semangat.
Tapi kemudian Vino bangkit dan mendekat ke arah Susi yang lagi lagi sesegukan sambil memeluk lututnya.

"Wahai istriku, bisakah kita berbicara baik baik. Tidak ada kata cerai. Kesalahan itu memang aku yang membuatnya. Tapi, bisakah kita menyelesaikan bersama? Aku ingin tetap berada di sampingmu. Aku ingin menjadi lebih sholeh dengan berdampingan denganmu. Bukankah kita sepakat memulai dari awal, apa kau tidak mencintaiku istriku sayang? Apa kau tidak ingin menua bersamaku?" Ucap Vano dengan berurai airmata.
Susi menatap Vano, lalu memeluk menumpahkan kesedihan hatinya. Kegundahan hatinya.
"Kamu boleh menghukumku, tapi jangan pernah meminta aku menceraikanmu. Aku akan menyesal seumur hidupku jika kita berpisah. Kita akan cari jalan keluar bersama. Kamu mau kan?" Ucap Vano.
Susi mengangguk dan kembali memeluk Vano.

"Kalau begitu kita temui keluarga dokter Reyhan nanti malam," ujar Vano lagi.
Lagi lagi Susi mengangguk.
Vano mengusap kepala Susi dengan sayang.

________________

"Mas, minggu besok sibuk nggak," tanya Hana sambil menuangkan nasi di piring suaminya.
"Kebetulan nggak, tapi belum tahu Han. Kadang tiba tiba ada pasien butuh penanganan cepat. Tapi kalau kita memang kau membutuhkan suamimu ini, ya aku bisa janjian dengan dokter Rio untuk menggantikanku," sahut Reyhan.
"Tadi pagi setelah mas Reyhan berangkat, mbak Susi dan suaminya ke sini," kata Hana yang masih sibuk mengambilkan lauk dan menuang air putih untuk suaminya.
"Oh ya! Lalu?" Reyhan mengeryit menatap Hana.
"Mereka ingin bertemu dengan Tia. Dan mereka ingin kita bisa mengantarnya. Gimana menurut mas?" Ucap Hana menjelaskan.
"Nggak papa, oke minggu depan ya. Biar sekalian aku kosongkan hari itu," ucap Reyhan yang sudah mulai memakan makan malamnya.

"Mas....

"Hmmm....

"Kira kira apa yang akan mereka putuskan untuk masalah Tia ya. Jujur saja, kalau aku mengalami seperti yang mbak Susi hadapi, mungkin aku tidak sekuat dia " ucap Hana.
"Hei, sayang, aku tidak akan melakukan itu," Reyhan menatap tajam Hana.
Hana menatap Reyhan, lalu tersenyum," Memangnya aku bilang gitu. Dan aku percaya kalau mas tidak akan melakukan itu."
"Tapi kita bisa mengambil hikmah dari masalah ini, bahwa kita berteman dengan yang baik. Coba kalau aku berteman akrab dengan yang suka ke club remang remang, pasti istriku bukan kau Han. Intinya kita berteman dengan siapapun tapi jangan mau mengikuti yang tidak baik. Kita harus lebih dekat kepada teman yang membuat kita baik," ucap Reyhan.
Hana mengangguk berulang ulang tanda dia mengerti maksud suaminya.

"Mas....

"Hmmm....

Lama tidak terdengar Hana berkata lagi, Reyhanpun menoleh kepada istrinya itu.
"I love U," bisik Hana dengan senyum manisnya.
Senyum Reyhan merekah.
"Nanti akan ku jawab," kata Rehan dengan senyum penuh arti kepada istrinya.

______________

Dua mobil tampak memasuki halaman sebuah rumah sederhana. Sebelumnya Reyhan dan Hana telah pernah ke sini.
Kali ini Susi dan Vano yang meminta diantar menemui Tia.

Susi dengan mantap melangkah mendekati pintu, tapi tidak dengan Vano. Vano melangkah ragu dengan jantung berdetak lebih cepat. Sungguh, jika tidak takut dosa Vano mungkin membiarkan Tia dan anaknya.
Tetapi Susi justru menguatkan Vano agar menghadapi semua.

Tok...

Tok....

Tok...

Tidak terdengar seseorang berjalan membuka pintu. Tapi jelas terdengar bayi menangis.
Suara bayi itu sampai agak serak. Mungkin agak lama menangis.
Hana sedikit panik.
"Mas Reyhan, kita buka paksa saja pintu ini, kasihan bayi itu. Kemana Tia," ucap Hana sambil menekan pintu dengan keras.
"Biar saya dan pak dokter saja bu dokter," sahut Vano cepat.
Vano dan Reyhan segera berusaha mendobrak pintu.
Braakk...
Akhirnya pintu terbuka.
Mereka semua terkejut. Tia menggelepar gelepar di lantai, sementara anaknya di dalam ayunan menggeliat geliat menangis......




Part ini cukup sekian...

Aku Ingin Mama Seperti Bu GuruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang