SATU

386 94 94
                                    

Kebohongan itu akan selalu ada konsekuensinya, baik kebohongan kecil maupun besar. Dia akan menyelamatkan mu sementara, tapi tidak selamanya.

--Adventure of Love--

***

"Cilya! Ayo, gabung sini!" seru seseorang bersuara bass yang entah dari mana datangnya begitu gadis berambut ekor kuda ini memasuki area sekolah.

Gadis itu memberhentikan langkah nya dan memutar kedua bola mata keseluruh penjuru sekolah mencari-cari sumber suara itu. Dan begitu melihat seorang pria melambai-lambai kan tangan dari arah sebuah gudang, gadis ini membelalakkan mata nya dan dengan tersenyum simpul menuju kesana.

Gudang berukuran sedang inilah yang menjadi tempat berkumpulnya Aicilya Ghimitri dan para sahabatnya. Dinding gudang ini telah banyak tercorat-coret dengan lukisan grafiti yang digambar langsung oleh salah seorang anggota geng overdose, yaitu Rhinex Vallinci.

Kedatangan Cilya disambut gembira sahabat-sahabatnya yang telah lama menunggu. Mereka saling berhigh five dan tertawa renyah.

"Kalian semua masih disini? Kenapa nggak masuk kelas? Mau bolos ya?" tanya Cilya menyipitkan kedua mata nya tajam kearah cowok-cowok yang sedang duduk bersila sambil bercanda gurau itu.

"Cilya.. kita ini sedang membahas tentang audisi camping yang akan diselenggarakan sekolah, jadi kita semua nggak berniat untuk bolos pelajaran" jawab Etsunike, cowok berwajah tulen tapi bersuara bass layaknya cowok normal.

"Ha? Bener!?" pekik gadis itu kaget.

Etsu hanya mengangguk dan menunjuk kearah selebaran yang tengah dibaca Rhinex. Dengan perasaan masih kaget atas berita membahagiakan ini, Cilya tanpa ampun langsung menarik selebaran itu dan membacanya lamat-lamat.

"Audisi camping Gunung Bromo" ucapnya sambil menaikkan sebelah alis.

"Gimana? Lo tertarik nggak?" tanya Pras Gilant tersenyum jahil dan tentu saja dia sudah tahu jawabannya.

"Wow! Iyalah! Gue pengen banget malahan!" jawab gadis yang telah menjatuhkan tas selempengannya itu ke lantai.

Dia kembali membaca selebaran itu dengan antusias. Audisi ini adalah khayalannya sejak dulu dan jika kesempatan itu datang, Cilya berjanji tidak akan pernah menyia-nyiakan nya.

"Ya sudah kalau semuanya telah setuju, nanti sepulang sekolah kita sama-sama mendaftarkan diri ke pak Hendri, ya!" sahut Zuyanda tiba-tiba dan disambut anggukan mantap dari sahabat-sahabatnya yang lain.

Tak lama kemudian, terdengar bel tanda masuk berbunyi, mereka pun kembali memungut tas yang terletak sembarangan dilantai itu dan secara bersama-sama berjalan menuju kelas XII IPA 1. Dan ya, mereka belajar di ruangan yang sama.

Begitu memasuki kelas, Cilya segera meminjam buku catatan teman sebangkunya, Afief Liandra. Dia adalah gadis yang baik dan rajin. Wajahnya lumayan cantik dengan bulu mata yang sangat lentik,  membuat Cilya terkadang merasa iri dan ingin sekali mencabut bulu mata itu untuk dipasangkan pada dirinya.

"Apa semalam lo belajar koreografi juga, Cil?" tanya Afief.

Gadis ini langsung tahu kebiasaan buruk temannya bila tiba-tiba meminjam catatan. Cilya pasti bergadang semalamam belajar koreografi untuk mengasah kemampuan nge-dancenya. Ya, gadis ini memiliki hobi lain selain berpetualang, yaitu dance. Tetapi, dia selalu menolak jika mama nya menyuruh untuk mengikuti kursus,  alasannya pasti "Lebih baik belajar sendiri biar lebih enjoy"

Cilya menyenggolkan bahunya kepada Afief dan sedikit terkekeh.
"Tau aja lo"

Afief ikut terkekeh dan menggeleng tak habis pikir. Tapi sedetik kemudian ia langsung terdiam begitu pak Joan -Guru Fisika- memasuki ruangan kelas.
Guru yang mempunyai tampang killer tetapi seru untuk diajak bercanda itu langsung melangkah menuju bangku Cilya yang sedang menulis tugas darinya lusa lalu. Guru itu mengetuk keras meja belajar Cilya dengan menggunakan penggaris kayu panjangnya. Membuat siswa-siswi di kelas terkepak kaget, begitu juga Cilya sendiri.

"Pa-pak Joan.." ucap Cilya terbata dan gugup.

Gadis itu langsung menyadari kesalahan nya karena telah mengerjakan tugas di sekolah. Dia pun segera menutup bukunya dan buku Afief, kemudian menyimpan kedua buku itu dilaci bawah meja. Sedangkan pak Joan masih menatap Cilya dengan tajam. Guru itu mengetuk-ngetuk penggaris kayu nya lagi.

"Cilya, segera berdiri sebelah kaki sambil menghormati bendera di lapangan sekolah sekarang!" ucap guru itu tanpa ampun.

Afief, Etsu, Rhinex, Pras, dan Zuya tersentak kaget mendengar hukuman yang diberikan pak Joan kepada sahabatnya. Mereka merasa kasihan sekaligus ngeri. Menurut mereka guru ini benar-benar killer dan sangat tak mereka sukai. Kalau saja Pras tidak gila, dia pasti akan mengajak pak Joan untuk minum kopi dan meracuninya dengan sianida.

Tetapi, tenang saja. Bukan Cilya namanya jika ia kehabisan akal untuk menuruti perintah guru itu begitu saja. Dia pun merayu pak Joan dengan berpura-pura sakit. Gadis itu memasang wajah pucat dan tubuh yang seakan lemah lesu.

"Pak, saya sih sebenarnya ingin sekali menuruti hukuman yang bapak berikan itu. Tapi apa-daya saya sekarang sedang pusing dan sakit perut.. tadi malam saya juga demam panas. Mama saya terpaksa membeli obat ditengah hujan lebat karena papa saya yang tak kunjung pulang dari kerjanya. Bapak emangnya mau ntar saya tiba-tiba jatuh pingsan di lapangan? Nantinya yang disalahkan pasti juga bapak karena telah memberikan hukuman yang terlalu berat bagi siswi yang sedang sakit parah dan buruknya lagi bisa-bisa bapak dipecat oleh kepala sekolah dan dituntut ke pengadilan umum karena telah melanggar hak asasi manusia... tentu saja bapak nggak mau kan hal serumit itu terjadi?" ucap Cilya panjang lebar dengan kebohongan luar biasanya. Sampai-sampai murid sekelas melongo tak percaya dengan semua perkataan gadis itu.

Wajah pak Joan tampak merengut memikirkan ucapan anak didiknya. Sedangkan Cilya menunggu tanggapan guru itu sambil tetap berakting sakit. Dalam hati ia memohon agar rencana nya berhasil, karena selama ini ketika ia berbohong hingga luar biasa seperti itu pasti akan selalu berjalan lancar.

Dan akhirnya setelah memikirkan nya sejenak, guru itu mengangguk.

"Baiklah Cilya, jika memang saat ini kamu sedang sakit, saya tidak akan memberikan mu hukuman yang berat seperti tadi.."

Yes!

Cilya bersorak gembira dalam hati, dia menoleh kearah Afief dan para sahabat cowoknya dengan mengedipkan sebelah mata dan berwajah jahil. Mereka semua tersenyum melihat kelakuan Cilya yang pandai merayu guru killer mereka.

"Tapi.."

Cilya kembali mengarahkan pandangannya ke guru itu.

What? Ada 'tapi' nya lagi??

"Kamu harus tetap mendapat hukuman. Dan hukuman lain yang pantas untuk kamu adalah menyelesaikan seluruh tugas yang terdapat didalam buku paket Fisika! Dan serahkan pada saya sepulang sekolah nanti" kata guru itu tegas dan sadis.

Deg!

Cilya melongo kaget dan tidak percaya. Dalam hatinya ia berkata kesal "buset dah guru ini.. niat mau bikin gue mati kali ya!"

Setelah itu pak Joan langsung membalikkan tubuhnya dan menuju kedepan kelas untuk memulai pelajaran. Ditempat duduk, Cilya meraih emosi buku latihan nya dari dalam ransel dan mulai mengerjakan tugas yang lebih berat itu.

"Strong ya, Cil.." ucap Afief prihatin sambil menepuk pelan bahu kanan Cilya. Gadis itu hanya mengangguk dan melanjutkan hukumannya.

💃

please,kalau emang kalian suka cerita ini,tolong tinggalkan votmen nya yaa! 😣

See you later 💋

Adventure Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang