SEMBILAN BELAS

72 28 6
                                    

Misalkan dia jodoh gue, tolong dekatkanlah. Jika bukan, jangan jodohkan dia sama yang lain.

--Virdonanda Asanan--

***

"Selamat atas keberhasilannya" Riki menyalami Aicilya seraya memberikan sertifikat.

Gadis itu mengangguk dan tersenyum.
"Iya kak, terima kasih"

Suara tepukan tangan memeriahi suasana malam ini. Ada yang ikut berbahagia, dan ada pula regu lain yang tidak terima. Tapi ya mau bagaimana lagi, ini semua adalah hasil dari usaha mereka berlima.

Setelah menerima sertifikat itu, Cilya kembali pada barisan keempat sahabatnya.

Malam semakin larut, dua kegiatan telah terlaksana dengan baik. Para panitia pun memutuskan untuk melanjutkannya besok, mempersilakan semua anggota audisi untuk beristirahat selama beberapa jam kedepan.

"Baik, kegiatan malam ini kita akhiri. Kalian semua boleh kembali ke tenda masing-masing dan berkumpul besok pagi jam 4 disini" ujar Nadia.

"Siap kak!"mereka semua menyahut.

Setelah itu Cilya, Etsu, Rhinex, Pras dan Zuya melangkahkan kaki ke tenda dome mereka. Sedangkan Pak Hendri, beristirahat bersama para pimpinan sekolah lain di tenda yang sudah disiapkan panitia.

"Yakin nih langsung tiduran?" tanya Cilya sebelum ia memasuki tenda.

Dan ya, gadis tersebut harus beristirahat setenda sama sahabat-sahabatnya di acara camping ini karena mereka satu sekolah. Dan tenda yang dibawa juga hanya satu.

Semua pria itu menoleh ke arahnya bingung.

"Kita nggak ngapa-ngapain lagi gitu?" Cilya bergedik bahu sambil menaikkan alisnya.

"Hm.. em-emang kita mau ngapain?" Pras bertanya. Wajahnya blushing.

Gadis itu terpekik, ia pun menoleh ke arah sahabatnya yang lain. Ternyata mereka pun begitu, wajah keempat nya bersemu merah.

"Wait-wait..mereka nggak mikir macem-macem kan?" batin Cilya.

"Dasar omes!!"

Aicilya menjitak kepala mereka satu-persatu. Ia mengamuk.

"Duuh.. Cil, kata-kata lo sendiri tuh yang ambigu" rengek Etsu seraya mengelus-elus kepalanya.

"Tapi kenapa lo pada mikirnya kesitu? Jelas-jelas maksud gue lain!" ia melipat tangan di depan dada.

"Iya deh..maap" mereka berempat menunduk.

"Huh!"

Cilya memilih duduk di dekat api unggun yang hampir padam. Ia memeluk lutut dan memandang indahnya langit berhiaskan bintang-bintang malam yang berkelap-kelip.

"Padahal gue pingin sharing cerita hantu sama mereka, tapi tuh cecunguk-cecunguk kamfret malah berpikiran liar!" gumam Cilya kesal.

Gadis tersebut menggosok-gosokkan tangannya ke dekat api unggun, tapi tidak ada kehangatan sama sekali yang terasa. Cilya semakin menggigil kedinginan, suhu disini seakan mampu merasuk kedalam tulang-tulangnya.

Rhinex yang melihat itu segera berinisiatif menghampiri Cilya, melepaskan jaketnya untuk diberikan pada gadis yang termenung tersebut.

"Lo nggak berubah ya, Cil"

Deg!

Cilya menolehkan kepalanya kaget, melihat pria yang berada di belakangnya tiba-tiba memakaikan jaket pada dirinya.

Adventure Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang