DELAPAN

86 45 7
                                    

Menjadi orang kaya itu tidak seenak yang lo kira. Waktu gue bersama lo menjadi sangat terbatas. Andai saja gue di hadapankan pada dua pilihan antara menjadi ahli waris jagad raya sekalipun atau lo, yakinlah, gue akan tetap memilih lo.

--Zuyanda--

***

Sesampainya di depan gerbang rumah Cilya, Zuya membukakan pintu mobil untuk gadis itu. Cilya mengajaknya masuk, tetapi ia meminta maaf karena harus segera kembali. Cilya hanya bisa membuat wajah cemberut.

"Yaudah deh, kalau gitu lo segera pulang ke rumah ya, jangan nyangkut dimana-mana tuh!"

"Sip bos" jawab Zuya terkekeh.

"Ah iya, thanks ya udah nganterin" lanjutnya.

Pria itu tersenyum manis
"Sama-sama"

Hati Cilya berdesir, cukup membuatnya kehilangan fokus sesaat sebelum akhirnya bunyi klakson mobil Zuya terdengar.

"Gue cabut ya" pamitnya.

"O-oke" Cilya tergagap.

Seiring berlalunya kendaraan tersebut, gadis ini menghela nafas berulang kali sambil mengetuk-ngetuk kepala. Memastikan dirinya masih waras dan hatinya masih stand by pada satu orang yang disukai yaitu Rhinex. Tapi saat melihat senyuman manis Zuya tadi sempat membuatnya sedikit deg-degan. Iya, sedikit.

"Assalamualaikum" Cilya memasuki ruangan rumah yang kelihatan sepi.

Aneh. Pintu rumah dibiarkan tidak terkunci, jendela terbuka, lampu tidak dinyalakan dan kendaraan pribadinya tidak terparkir dihalaman. Gadis ini mulai bertanya-tanya, kemana semua orang?

Ia berjalan menuju kamar Koko, memasuki ruangan yang gelap itu tanpa penerangan. Begitu saklar lampu dinyalakan, Cilya tersentak kaget.

"Ya ampun!!"

***

Sementara itu Zuyanda baru saja tiba di rumah megahnya. Ia disambut oleh tatapan tajam dari semua anggota keluarga yang sedang berkumpul di ruang tengah. Bertho Zuvaleo, papanya pria itu memanggilnya untuk menghadap. Zuya pun menurut walau  sebenarnya dia enggan.

"Dari mana saja kamu?!" tanya Bertho dengan intonasi tinggi.

"Nganterin temen" jawab Zuya santai.

"Aicilya?"

Pria itu mengangguk singkat.

BRAKK!

Bunyi hentakan meja menggema, Bertho emosi. Atmosfer diruangan ini perlahan melunjak, membuat siapapun pasti akan memilih untuk menghindari perdebatan ini daripada terperangkap didalamnya. Tetapi tidak dengan Zuyanda, ia merasa tidak melakukan kesalahan. Maka dari itu ia akan menghadapi situasi ini bagaimanapun dampak yang akan timbul setelahnya.

"Dia lagi dia lagi. Kamu tau betapa pentingnya meeting yang sedang kamu jalani tadi, ha? Dan hanya karena sebuah telepon dari gadis itu kamu langsung meninggalkan nya begitu saja!? Zuya,kamu tahu ekonomi keluarga kita sebenarnya saat ini tengah berada pada masa terburuknya, kan?"

"Saham perusahaan kita tinggal sedikit lagi di beberapa negara, dan meeting tadi membahas tentang kepemilikan saham Singapura yang akan mereka berikan untuk keluarga ini, tapi apa yang kamu perbuat? Kamu menghancurkan segalanya! Padahal itu salah satu aset terbaik yang kita punya!" bentak pria tua itu.

Adventure Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang