Aku hampir menangis lagi saat bangun tidur tak kulihat Adrian. Biasanya kami masih sempat sarapan bersama dan mengantarkan Adrian sampai ke teras rumah.
Tapi sekarang bahkan Adrian tidak memberikan ucapan selamat pagi dan morning kiss seperti biasanya.
Dua hari ini bahkan dia tidur membelakangiku tidak bicara bila aku tidak bertanya.
"Adrian tadi berangkat pagi-pagi sekali Ra..dia ada meeting?"tanya Ayah aku menyuapkan makanan ke dalam mulutku dan mengangguk.
"Kamu sakit? Wajahmu pucat sekali Ra?"kali ini bunda yang bertanya.
"Mungkin kecapekan saja bun, cafe sedang rame-ramenya
."jawabku berbohong. Untunglah mereka tidak menyadari mataku yang bengkak karena semalaman menangis."Ajak Adrian liburan,"kata bunda aku hanya mengangguk.
Gimana mau liburan kalau yang mau diajak liburan saja ditanya malas jawabnya.
"Tera ambil minum dulu bun, "kataku beranjak dari dudukku lalu bergegas ke dapur. Alasan saja sebenarnya aku hanya tidak mau mereka tahu aku dan Adrian sedang tidak baik.
"kalian bertengkar? " Sebuah pertanyaan mengagetkanku. Kulihat Andre sudah ada di dapur lebih dulu. Asik minum jus sayurnya. Sepertinya dia baru pulang dari acara joggingnya. Karena dia masih memakai celana training dan kaos olahraga, juga haduk kecil yang sudah dia ikat di kepalanya.
"Bukan urusanmu,"kataku lalu menuangkan air putih ke dalam gelas.
"Kamu menangis semalaman?"tanyanya lagi. Kenapa Andre bisa tahu?Padhal tadi sempat aku kompres dengan es. Aku menghela nafas jengah.
"Adrian sudah tahu semuanya tentang kita dulu , dia marah. Puas!!!" kataku bergegas meninggalkannya. Tapi sebuah tangan mencekal tanganku.
Aku menatap ke arah Andre kesal
"Lebih baikkan tahu sekarang daripada nanti. Kalau bang Adri tidak terima dengan masa lalu kita, ya sudah tinggalkan dia dan kembali padaku."
Plakkk
Tanpa sadar aku sudah mendaratkan tanganku di pipi Andre.
"Jaga bicaramu! Kamu pikir aku seperti wanita-wanitamu itu? Kamu salah menilaiku. Dan asal kamu tahu sampai kapanpun aku tidak akan meninggalkan Adrian begitu pula sebaliknya." Selesai bicara aku meninggalkan Andre begitu saja. tak peduli dengan tatapan mertuaku yang menatapku heran karena keluar dari dapur dengan wajah muram.
*
Sania memelukku erat saat melihatku acak-acakan ketika muncul di di rumahnya ."Adrian semalam gak pulang San, hp-nya gak aktif,"kataku di sela isak tangis.
"Mungkin, dia lembur jadi gak bisa pulang."
"Gak San, dia gak pernah gini sebelumnya. Jika pulang terlambat pun dia selalu ngabarin."
Sania melepas pelukannya lalu mengusap air mataku
"Mungkin Adrian sedang ingin sendiri Ra, loe harus ngasih dia kesempatan buat mendinginkan pikiran dia dulu."
"Tapi ini terlalu lama San. Seminggu tau gak dia ndiemin aku, semalam dia juga gak pulang. Masa, karena hal ini dia marah sampai sebesar ini. Padahal aku udah njelasin semuanya. Bahkan aku sekarang juga tidak punya perasaan apapun ke Andre tapi dia tetap marah. Aku harus gimana San??" seruku frustrasi. Sania memeluk bahuku.
"Coba lo temui dia di kantornya mungkin dia mau diajak bicara," usul Sania, aku menatapnya. Benar, kenapa aku tidak datangi saja ke kantornya mungkin dia mau bicara?
KAMU SEDANG MEMBACA
My Hubby And My Ex-boyfriend
RomanceTera Adinda begitu beruntung menikah dengan Adrian Hanafi Rusman. Walaupun ternyata dia kakak dari mantan pacar pertamanya, Andre Hanafi Rusman. ,"hay Kakak ipar sekaligus mantan terindah... "