Adrian membelai pipiku, sikapnya sudah kembali seperti semula, walaupun sesekali aku mendapatinya melamun sambil memandangi perutku.Dia masih merasa sedih atas kehilangan salah satu calon anak kami. Dokter mengatakan aku harus berhati-hati sekarang dan menjaga dengan baik. Karena melihat riwayat keguguran yang aku alami kemarin.
"Makan ya..."bujuk Adrian, aku menggeleng pelan. Rasanya aku tak berselera. Apalagi masakan rumah sakit yang hambar.
"Aku pengen pulang kak.." rajukku pada Adrian.
"Kalau kamu mau pulang kamu harus memulihkan tenaga kamu dulu biar fit. Jadi habiskan makananmu sekarang"
Aku pasang wajah memelas berharap dia merasa kasihan padaku "Aku mau makan bakso kak "
Adrian terdiam sejenak"oke, aku akan pesan kan"
Aku tersenyum saat mendengar kata-kata Adrian. Benarkah dia selalu luluh dengan wajah melasku.
"Asal kamu habiskan, makanan ini dulu"senyumku seketika pudar. Aku kira Adrian akan menuruti apa pintaku, tapi ternyata tidak.
"Ayo, nanti aku pesankan lewat grab, bakso urat kesukaan kamu dekat cafe kan?" Bujuk Adrian dengan senyum manisnya. Aku menarik nafas lalu mengangguk. Tak kuasa melihat senyum malaikatnya.
"Kak, aku mau baksonya nanti yang banyak ya... " Pintaku lalu menerima suapannya. Adrian mengangguk lalu tangan kirinya yang bebas mengusap perutku.
"Anything, for our baby" ucapnya sendu. Seketika hatiku mencelos melihat wajah Adrian yang berubah sendu. Mendadak perasaan bersalah menyelinap ke dasar hatiku.
"Maafkan, aku kak" lirihku, Adrian menatapku lalu tersenyum.
"Sudah jangan sedih begitu, ingat kata dokter jangan banyak pikiran" Adrian mengusap lenganku meraih jemariku dan menciumnya.
"Maafkan aku kak, sekarang aku akan lebih berhati-hati untuk jaga anak kita"
"Kita Ra. Kita akan jaga dia baik-baik" Adrian menunduk kearah perutku dan menciumnya berulang kali. Membuat hatiku menghangat.
"Morning...!!"sebuah suara menghilangkan suasana romantis ini. Sania dengan riang masuk kedalam kamar, meletakkan sekotak tiramisu kesukaanku di atas nakas.
"San.. sama siapa?"tanyaku, Sania tak menjawab dia hanya melirik kearah pintu dan tak lama Seorang pria yang aku tak sangka-sangka muncul.
"Kalian datang berdua?"tanyaku tanpa sadar. Andre dan Sania saling berpandangan jelas sekali mereka terlihat canggung.
"Mertua loe yang nyuruh "bisik Sania, "katanya Andre tangannya sakit jadi gak bisa nyetir" lanjut nya.
aku hanya tersenyum mendengarnya sepertinya bunda memang menyukai Sania. Bunda pasti berharap sekali pada Sania untuk jadi mantunya. Padahal mereka berdua hanya pura-pura.
Dalam hati pasti Sania dongkol setengah mati. Dia paling alergi sama cowok playboy macam Andre. Tapi sekarang malah harus pura-pura jadi pacarnya.
"Kreeekkk"
Suara kursi berdecit mengagetkanku. Kulihat Adrian sudah berdiri dari duduknya. Wajahnya terlihat tegang saat melihat Andre. Sepertinya dia masih marah dan menyalahkan Andre.
"Kalian ngobrol dulu, aku mau ke bawah sebentar ya.. sayang"pamit Adrian tersenyum sekilas pada Sania.
"bang...! loe masih marah sama gue?"hadang Andre saat Adrian hendak melintasinya. Adrian tak bergeming dia hanya menatap Andre tajam.
"bang.. gue minta maaf. Semua emang salah gue. Walaupun loe udah bikin gue babak belur tapi gue tahu loe masih marah karena loe masih ndiemin gue"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Hubby And My Ex-boyfriend
RomanceTera Adinda begitu beruntung menikah dengan Adrian Hanafi Rusman. Walaupun ternyata dia kakak dari mantan pacar pertamanya, Andre Hanafi Rusman. ,"hay Kakak ipar sekaligus mantan terindah... "