ADA sedikit konten dewasa, plisssss yang bawah umur lompatin yakkk. Part ini super pendek dan typo
*************
Jam menunjukkan pukul enam pagi saat aku membuka mata pertama kali. Kutolehkan kepala kesamping dan kosong! Tidak ada Adrian.
Kulempar selimut yang tadinya menutup sebagian badanku, lalu berlari ke kamar mandi dan membukanya, tapi ternyata kosong. Lantas dengan pikiran yang berkecamuk aku keluar kamar menuju ruang tamu lagi-lagi sepi.
Aku berlari kearah dapur saat mendengar suara berisik disana. Dan betapa leganya saat melihat seorang pria sedang asik mengaduk-aduk penggorengan.
"Kak..." kupeluk dia dari belakang. Adrian sedikit kaget tapi kembali rileks.
"sudah bangun? Nyenyak tidurnya hem?aku bikin sup aparagus kesukaan kamu."tanyanya masih asik dengan masakannya.
"enggak nyenyak, gak ada kamu."aku menelusupkan wajahku ke punggungnya mencium aroma tubuhnya yang selalu menenangkanku.
"masih takut aku ninggalin kamu?"
"iya..." "ini udah seminggu lho Ra, kamu masih takut aja tiap pagi." benar ini sudah seminggu dari ke pulangannya dan entah kenapa aku masih takut tiap bangun tidur Adrian tidak ada disampingku. Untunglah Adrian mengambil cuti seminggu ini.
"maaf.."
Adrian terdengar menghela nafas lalu membalikan badan menghadapku."Dengar sayang, tidak ada satu manusiapun yang bisa terhindar dari kematian. Aku, kamu dan semua yang hidup kapan saja bisa meninggal semua sudah diatur. Jadi please..berhenti ketakutan. Seberapa besar pun kamu mengkhawatirkanku kalau sudah takdirku maka kita tak bisa menghindarinya." Adrian mengusap pipiku dengan punggung tangannya. Matanya teduh membuat jantungku berdebar lebih kencang. Rasanya seperti baru bertemu saja.
Aku mengenggam jemarinya dan mengangguk"maafin aku kak. Aku cuma merasa takut kehilangan kamu saja"
"aku tidak akan pergi ketempat yang tidak ada kamu , Ra. Selama takdirku belum tiba untuk itu,"ucap Adrian lirih, membuat jantungku berdebar makin kencang.
Adrian tersenyum manis lalu mengangkat daguku menariknya mendekat kearah wajahnya.
Cup...
Sebuah kecupan mendarat dibibirku.
Aku mendongak menatap Adrian bola matanya berkabut dan aku tahu apa yang diinginkanya."sebulan lebih Ra, boleh?"bisiknya serak. Aku tersenyum memang benar sudah sebulan lebih dan sejak dia pulang aku belum memberikan haknya sebagai suami.
Aku merangkul lehernya lalu mengangguk. Adrian tersenyum lalu memagut bibirku. Melumatnya seakan-seakan ingin memakannya. Aku tak kalah diam membalas ciumannya dengan menghisap bibir bawah dan atasnya secara bergantian membuat Adrian mengeram lalu mengigit bibir bawahku sehingga lidahnya bisa menelisik masuk kedalam rongga mulutku bermain-main dengan lincahnya disana. Aku mengeratkan pelukanku. Tangan Adrian berpindah mengelus punggungku dari balik piyama yang aku pakai lalu dengan lincah melepas kaitan braku.
"kak su..p..nya,"aku melepas ciumannya dan menjauhkan kepalaku sedikit. Adrian tak bergeming.
"mereka bisa menunggu" bisiknya parau. Lalu mengangkat tubuhku dan mendudukkanya di table top.
"Apa kita akan melakukannya disini?"tanyaku menahan tubuhnya yang akan menerjangku.
Adrian tersenyum dengan bola mata yang benar-benar sudah mengelap. Sepertinya dia sudah tidak sanggup lagi menahannya.
"kita butuh sesuatu yang berbeda sayang.." Adrian mencium leherku menjilatnya dan meninggalkan tanda disana, Tangannya dengn lincah membuka kancing bajuku dan melepasnya serta melemparnya kesembarang tempat.
Dia terhenti sejenak menatap tubuh atasku yang polos.
"so sexy .." bisiknya lalu menangkup kedua dadaku. Aku mengigit bibir bawahku kuat-kuat saat Adrian dengan lembut menyecap,mengigit dan meninggalkan bekas disana.
"kak.."desahku rasanya sungguh tidak bisa digambarkan dengan kata-kata.
Tangan bebas Adrian turun ke bawah menurunkan celana piyamaku beserta celana dalamnya. Jarinya bermain di inti tubuhku.
"kamu sudah sangat basah sayang, kita buat cepat disini."
Aku hanya mengangguk menanti kenikmatan yang akan segera menghujaniku.
*
Langit sudah berwarna jingga menandakan hari menjelang malam saat aku dan Adrian keluar dari kamar dan berencana makan malam diluar karna kami berdua hanya sempat makan siang dengan sup aparagus buatan Adrian yang over cook.
Sedangkan badan rasanya terlalu capek setelah marathon-you know- lah kalau harus menyiapkan makan malam.
Adrian dan aku saling bertukar pandang dan tersenyum sepanjang perjalanan menuju teras. Benar-benar efek yang dasyat dari perbuatan kami mulai dari pagi hari di dapur berlanjut di tempat tidur. Mengingatnya saja sudah bikin wajahku panas.
"makan apa ya kita kak?"tanyaku saat Adrian asik membuka pintu .
"makan kamu,"bisik Adrian yang langsung aku hadiahi pukulan di dadanya
"mesumm."
Dan Kami tertawa cekikikan. Tapi tawa kami terhenti seketika saat melihat pemandangan di teras.Seorang pria menatap kami tajam dengan pizza di hadapannya dan beberapa bungkus snack serta botol berserakan di lantai.
"elo?!!" desisku tak percaya.
"Kalian!!terlalu aku sudah menunggu dari jam 7 pagi sampai jam 7 malam kalian tidak membuka pintu juga??" Andre berkacak pinggang dengan muka marah membuat aku dan Adrian saling lirik.
"kenapa gak mbunyiin bel?"aku tidak terima disalahkan.
"Heloooooo, udah ribuan kali keleussss.hp juga pada gak aktif Keterlaluan banget sih," tukas Andre.
"Sory Ndre. "Adrian tersenyum tipis.
"bodohlah bang, gue mo numpang tidur dimari, lagi bete sama orang rumah,"seru Andre lalu meringsek masuk.
"oh ya sudah. SekaliAn jagain rumah, kita berdua mau dinner dulu."kataku lalu menarik Adrian sebelum Andre berkata-kata yang membuat Adrian membatalkan rencana.
"gue gimna nih????kok ditinggal."
**********
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
My Hubby And My Ex-boyfriend
RomanceTera Adinda begitu beruntung menikah dengan Adrian Hanafi Rusman. Walaupun ternyata dia kakak dari mantan pacar pertamanya, Andre Hanafi Rusman. ,"hay Kakak ipar sekaligus mantan terindah... "