24.perjuangan Tera

4.9K 134 0
                                    

Adrian menatapku marah saat melihatku berlari menyambutnya pulang dari kantor sambil membawa bungkusan berisi makanan kesukaanku

"Tera Adinda, jaga kelakuan!"seru mama aku tak menggubrisnya lalu duduk di sofa membuka bungkusan yang Adrian bawa.

"Hati-hati sayang,  jangan lari-larian seperti tadi." Adrian memperingatkanku. Aku mengangguk.

Memang usia kehamilanku sudah masuk ke 40 minggu, sebenarnya bulan ini sudah masuk hpl atau hari perkiraan kelahiran tapi entah kenapa belum ada tanda-tanda seperti kontraksi atau pecah ketuban.

Padahal teman-temanku yang usia kehamilan sama denganku sudah banyak yang melahirkan.
Tapi aku belum merasakan tanda-tanda apapun.

Berbagai cara sudah aku coba setiap pagi jalan-jalan keliling komplek, mengepel lantai dengan cara manual bahkan senam hamil. Tapi si jabang bayi gak mau keluar-keluar. Pengennya melahirkan normal kata orang sakitnya sebentar, kalau sudah keluar plong.

Terakhir kali periksa, semua dalam keadaan normal. Dari berat sampai posisi bayi yang kepalanya sudah masuk panggul. Tapi mungkin memang belum waktunya. Karena kata orang setiap bayi punya waktunya sendiri.

"Gimana Ra, udah mulas-mulas belum?"tanya mama yang sedang asik menata meja makan.

Aku cemberut lalu menggeleng karena setiap hari selalu saja ada pertanyaan itu.
Sampai bosan aku mendengarnya bunda juga selalu menanyakan hal yang sama. Tak jarang membandingkan dengan Andara yang waktu melahirkan tepat waktu dan tanpa halangan. Kalau sudah begitu, aku cuma bisa menahan tangis. Tapi untunglah Adrian selalu menguatkanku dan menghiburku.

"Besok kalian periksa. Sepertinya sudah lewat hpl,"kata mama sedikit panik diletakkanya piring di meja.

"Mama , aku baik-baik saja," babilku masih asik dengan breadtalk.

Adrian mengelus perutku. "Benar kata mama Ra, kita besok periksa aja ya ke rumah sakit."

Aku mengalihkan pandangan kearah Adrian yang kelihatan panik itu. Sebenarnya aku juga panik dan takut melebihi dia. Aku juga takut terjadi apa-apa padaku. Takut persalinanku mengalami hambatan tapi smoga saja tidak.

"iyaa.. Terserah kakak "

Keesokan paginya aku dan Adrian memutuskan untuk memeriksakan kandunganku ke rumah sakit.

Aku menatap dokter wanita yang sedang mengoleskan cairan ke atas perutku. Lalu memutar - mutar suatu alat sambil mengamati layar usg.
Adrian sejak tadi mengenggam tanganku erat.

"Bagaimana dok? "tanyaku tak sabar.

" Posisi bagus, tapi plasenta sudah tua dan air ketuban tinggal sedikit mbak Tera." dokter Hana sedikit terkejut.

"Maksudnya apa ya dok? "tanya Adrian. Dokter Hana menyelesaikan Usg -nya. Lalu memintaku dan Adrian untuk duduk di meja kerjanya.

"Jadi begini mbak dan pak Adrian. Kehamilan mbak Tera memang sudah lewat dari hpl. Bisa dilihat dari plasentanya. Selain itu air ketubannya sudah menipis. Apa mbak Tera sering merasa ada air yang merembes?"dokter Hana menatapku, aku menggeleng pelan.

Aku tidak ingat tapi seingatku saat aku batuk seperti ada cairan yang keluar. Apa mungkin itu air ketuban yang merembes?

"Jadi gimana dokter? "

Dokter Hana tersenyum lembut. " Harus segera diambil tindakan? Jika mbak Tera ingin melahirkan normal harus diinduksi untuk membantu persalinan. Karena setelah kehamilan berusia 41 minggu (atau 7 hari melebihi waktu seharusnya), akan meningkatkan resiko komplikasi pada bayi. Maka dari itu, induksi dibutuhkan. "

My Hubby And My Ex-boyfriend Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang