Fifth : Wet and Night

5.7K 608 46
                                    

Arin mengembungkan kedua pipi dengan tangan kanan yang sibuk menulis berbagai macam angka yang ada di dalam pikirannya untuk mengisi ulangan matematika detik ini. Arin suka matematika, suka sekali. Menurutnya, matematika itu menantang, menguji sekaligus mengguncang otaknya. Itu menyenangkan.

"Ah, selesai."

Arin mengembuskan napas lega sembari melirik jam dinding. Masih tersisa tiga puluh menit lagi agar ulangan matematika selesai. Dalam diam, Arin merutuki jam yang berjalan normal tersebut. Mengapa jam itu tak kunjung menunjukan pukul enam sore? Malah terus bertahan di jam dua belas siang.

Arin jadi kesal sendiri dibuatnya. Ia ingin segera pulang.

Menemui seseorang.

*×*

Yoongi keluar dari gedung apartemen dengan helaan napas yang senantiasa mengiringinya bahkan semenjak tiga puluh menit lalu, saat ia pikir ia harus menghirup udara segar lagi.

"Aku ingin makan ramyun," gumam Yoongi sambil mengeluarkan beberapa lembar uang dari dalam saku.

Pria yang berjalan dengan kruk itu membuka pintu mini market dengan tangan kirinya dan langsung disambut hangat oleh sang kasir perempuan yang sudah biasa ia temui.

"Selamat datang. Wah, Min Yoongi, aku senang melihatmu kembali. Tapi, mengapa kau pakai kruk? Apa yang terjadi padamu?" tanya perempuan itu, terlihat begitu cemas.

Yoongi tersenyum kecil, kemudian berjalan perlahan menuju ke meja kasir, membuat tubuhnya dan tubuh perempuan itu berhadapan dengan meja kasir sebagai penghalang.

"Ini hanya karena kecelakaan."

"Astaga, kau begitu ceroboh sampai melukai kakimu sendiri."

"Aku sedang sakit, Im Chaewon, seharusnya kau mendoakan kesembuhanku, bukannya memarahiku."

Perempuan cantik dengan tahi lalat manis di hidung itu lantas terkekeh pelan. Im Chaewon, satu-satunya orang yang selalu bersama dengan Yoongi dahulu, orang yang selalu menemani Yoongi makan ramyun di meja yang disediakan oleh pihak mini market.

Orang yang membuat Yoongi tersenyum.

"Kau pasti akan membeli ramyun dan nori, 'kan? Hari ini aku membawa bekal, kau bisa makan nasinya dari bekalku."

Yoongi mengangguk dengan semangat.

"Ini."

Chaewon meletakkan empat cup ramyun di atas meja kasir beserta empat bungkus nori, membuat Yoongi mengerutkan dahi karena heran.

"Aku menyimpan ini di bawah meja saat kau tak lagi datang. Kupikir aku akan memberikannya kepadamu saat kau datang, dan sekarang aku memberikannya padamu. Jadi, kau tak perlu repot berjalan jauh mencari ramyun dan nori."

Chaewon tersenyum merekah.

"Ini gratis, aku yang akan bayar."

Yoongi memasang wajah mencibir, berusaha menyembunyikan senyumannya, kemudian meletakkan beberapa lembar uang di atas meja, membuat Chaewon menghela napas dengan raut wajah kesal yang dibuat-buat.

"Kubilang ini gratis," ulang Chaewon.

"Aku sudah banyak menerima hal gratis belakangan ini, makanya aku ingin bayar."

Yoongi menggeser lembaran uang itu lebih dekat, membuat Chaewon mau tak mau mengambilnya dan memasukkan uang itu ke dalam laci tempat menyimpan uang. Yoongi tersenyum dan mulai membawa cup ramyunnya satu persatu. Tetapi, nampaknya satu tangan saja tidak cukup untuk membawa makanan tersebut.

"Astaga, kau benar-benar tidak bisa hidup tanpa bantuanku," ujar Chaewon lantas mengambil alih empat cup ramyun dan empat bungkus nori.

"Kau tunggu saja di luar, aku akan menyeduh ramyunnya dulu."

lol.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang