Twenty Six : Between Mind and Heart

3.7K 340 71
                                    

Chaewon menaruh secangkir moccha latte di atas meja, kemudian mengalihkan pandangan tepat kepada sosok Baek Arin yang tengah menunduk sembari memainkan jari-jemari-terlihat begitu gugup sekali, bahkan strawberry milkshake nya ia abaikan begitu saja. Keadaan di kafe dekat mini market ini begitu sepi tanpa percakapan di antara mereka berdua, mungkin karena masih terlalu pagi. Namun Chaewon sebenarnya cukup terkejut kala mendapati sosok Arin yang berada di ambang pintu mini market dan mengajaknya untuk berbicara berdua saja. Mungkin, bisa disebut sebagai pembicaraan rahasia.

"Apa yang ingin kaubicarakan kepadaku, Baek Arin? Apakah itu mengenai Min Yoongi?" tanya Chaewon terlihat begitu antusias.

Arin tersenyum gugup-terlihat hambar, kemudian meneguk dan mengalihkan pandangan dengan tangan yang sudah mengeluarkan keringat dingin. Oh, ayolah. Dengan berbekal keberanian sebesar biji jagung, ia menemui Chaewon tanpa sepengetahuan Min Yoongi. Ia hanya ingin memastikan bahwa tidak terjadi sesuatu dengan Chaewon, selain itu, ia juga ingin memberikan sebuah peringatan mengenai Lee Hyorin.

"Mmm-sebenarnya, aku hanya ingin memberitahumu sesuatu," Arin berkata gugup seraya mengulum bibir, kemudian mengedarkan pandangan-memastikan tidak ada seorangpun yang dapat mendengarkan pembicaraan serius mereka berdua. "Apapun yang terjadi, jangan mudah percaya kepada orang lain, Im Chaewon. Sebentar lagi, kau akan diawasi dan kehadiranmu adalah ancaman bagi orang lain. Mungkin kau tidak peduli, tapi ada seseorang yang ingin mencelakai kita berdua."

Chaewon terdiam-merasa heran. Dia menunduk, menatap moccha latte nya seraya tersenyum hambar. "Kenapa? Kenapa ada orang yang ingin mencelakaiku? Apakah aku pernah berbuat sebuah kesalahan kepadanya?"

Arin baru saja membuka mulutnya-hendak menjawab, namun tertahan ketika mendengar hela napas Chaewon yang terdengar begitu berat; sarat akan beban. Gadis itu mengamati perubahan ekspresi Chaewon yang mendadak terlihat begitu murung dengan kedua mata yang mulai memerah-dia bahkan menggigit bibir bawahnya untuk menahan tangis. "Apa ada orang yang iri padaku? Tapi apa yang pantas orang lain irikan dari kehidupanku yang tidak berguna ini?"

Arin kembali terdiam. Kedua tangannya perlahan bergerak untuk menggenggam kepalan tangan Chaewon yang seukuran dengan tangannya. Arin mengerti dengan masalah yang Chaewon hadapi selama ini, namun ia mengatakan hal ini demi melindungi Chaewon dan adiknya dari segala ancaman Lee Hyorin-si wanita gila.

"Tenanglah, kau akan aman. Min Yoongi akan selalu melindungimu," ujar Arin, menahan perih. Fakta bahwa Min Yoongi akan melakukan apapun untuk melindungi Chaewon sempat membuatnya merasa sesak bukan main. Meskipun Yoongi membutuhkan Baek Arin, tetapi pada faktanya Yoongi harus memilih Im Chaewon yang sangat membutuhkannya.

Chaewon tertegun, kemudian mengangkat wajah, menatap penuh harap kepada sosok Arin yang tengah menatap teduh kepadanya. "B-benarkah? Yoongi akan melindungiku? Kau bersungguh-sungguh, 'kan, Baek Arin?"

Arin menghela napas, kemudian tersenyum, menekan perasaannya lebih dalam, mengesampingkan ego yang terus menuntut haknya sebagai seorang perempuan, namun Arin terlalu lemah manakala menatap raut penuh harap dari gadis yang berada di hadapannya. Arin percaya, bahwa Im Chaewon adalah seseorang yang tepat untuk Min Yoongi, seseorang yang dapat menjaga pemuda itu lebih baik dari dirinya.

"Ya, dia akan melakukan apapun untuk melindungimu, Chaewon-ah."

•••

Yoongi terdiam di hadapan sebuah cermin besar. Pandangannya tertuju kepada kakinya yang masih terbalut perban dan sebuah kruk yang beberapa bulan terakhir selalu menemani kemanapun ia pergi. Pemuda itu tampak menghela napas kasar sebelum akhirnya menjatuhkan kruk-berusaha berdiri dengan kedua kakinya sendiri. Setelah terdiam beberapa saat, Yoongi melangkah perlahan, tersenyum sedikit ketika kedua kakinya sudah bisa berjalan normal meskipun secara perlahan.

lol.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang