#23 : Closer : Big Liar

4K 484 82
                                    

"Kau mengadakan pertemuan diam-diam tanpaku? Astaga. Kau sungguh berani, Min Yoongi. Kau sedang mencoba mengumpulkan bala bantuan, huh?"

Yoongi tersenyum miring mendengarnya.

"Ya. Aku memang sangat berani. Aku tidak membicarakan hal yang penting, kau tenang saja. Aku hanya berbincang sebentar bersama teman-temanku," ujar Yoongi, tersenyum sinis.

Rahang Jimin mengeras mendengarnya. Pria itu mengepalkan kedua tangan. Perasaannya jadi dongkol ketika Yoongi menganggap seolah Jimin bukanlah teman yang baik bagi anggota tim basket Seungri.

"Apa kau sedang mencoba menyingkirkanku?"

Yoongi kembali tersenyum sinis mendengarnya.

"Tidak, tapi, ya, sepertinya begitu," ujar Yoongi, mengangkat bahu.

BRUK!

Tubuh Yoongi jatuh dengan begitu keras di atas permukaan lapangan basket begitu Jimin memukul pipinya dengan kasar, terlalu kasar malah.

"Jangan harap, Min Yoongi. Aku tidak akan pernah menyerah. Kau boleh saja memanfaatkan gadis itu untuk kesembuhanmu dengan coba menyingkirkan semua orang dariku. Tapi tidak, aku tidak akan pernah tersingkirkan oleh pria bajingan sepertimu!"

Jimin berteriak kencang dengan napas yang tidak teratur. Urat-urat di leher serta kepalan tangannya mulai terlihat, membuktikan bahwa seorang Park Jimin yang baik hati kini sudah berubah menjadi Park Jimin yang sedang dilanda kemarahan besar.

"Aku bisa bertahan walaupun kau mempengaruhi semua orang agar membenciku!" teriak Jimin. Setelahnya, pria dengan balutan sweater abu-abu itu tertawa sinis.

"Mempengaruhi semua orang agar membencimu? Apakah kau sedang membicarakan dirimu sendiri, Park Jimin?"

Yoongi tersenyum miring sambil mengusap darah yang mengalir dari sudut bibirnya yang sedikit robek akibat pukulan kasar Jimin.

"Karena kakiku yang cacat, kau mengeluarkanku dari tim dan menjelek-jelekkanku di belakangku. Kaupikur aku tidak tahu, huh? Kau menentang keras setiap anggota yang pesimis dan memintaku kembali. Kau hanya iri padaku, Park Jimin."

BRUK!

Kepala Yoongi membentur permukaan lapangan setelah Yoongi kembali memberikan pukulan mentahnya. Dengan emosi yang sudah sampai di ubun-ubun, Jimin menarik kerah kemeja biru tua yang sedang Yoongi gunakan.

"Dasar tidak berguna! Sudah cacat, kau masih senang menipu, huh?! Seharusnya Arin mendorongmu sampai mati!"

Detik itu juga, Yoongi tertegun. Rahangnya tiba-tiba mengeras dan ia balas mencengkeram erat sweater yang Jimin pakai. Keduanya saling berperang tatapan tajam, layaknya sepasang musuh bebuyutan yang tidak pernah akur karena selalu saja terlibat masalah yang sama.

"Park Jimin ...."

"... jangan katakan kalau kau yang menyuruh Arin untuk mendorongku."

.
.
.
.
.

Fall. Everything.

I need you, girl.

Please, stay with me.

Can I trust you?

My heart is telling you.

My eyes are telling you.

But once again, I lie.

.
.
.

Arin menunduk untuk melihat sepatunya sendiri. Cuaca di pagi hari ini sungguh dingin, sedingin hatinya yang sekarang beku. Air matanya tiba-tiba saja menetes dan dada gadis itu mendadak sesak. Mengingat semua hal yang terjadi beberapa menit yang lalu membuat pikiran Arin menjadi tidak tenang. Ia hanya tidak tahu mengapa masalahnya menjadi semakin rumit.

lol.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang