Tenth : Slowly, Little by Little

5K 542 32
                                    

Arin menghela napas panjang setelah meletakkan kain basah yang sudah diperas pada dahi Yoongi yang panas sekali. Padahal, tadi siang Yoongi terlihat baik-baik saja karena masih sempat berdebat dengan Arin. Namun ... sore harinya, Yoongi kembali sakit.

"Kau bodoh sekali. Kenapa keluar saat kau sakit."

"Aku hanya pergi menemui seseorang."

Arin mendengus.

"Jadi, penyebabnya adalah si gadis mini market?" tanya Arin, sinis.

Yoongi hanya bisa menghela napas sambil memejamkan kedua mata, seolah menghindari pertanyaan yang diberikan oleh Arin. Dan hal tersebut membuat Arin benar-benar kesal.

"Sepertinya gadis itu sangat penting bagimu sampai kau rela menemuinya saat sakit."

Yoongi tidak memberikan respon. Kedua matanya tertutup damai dan ia mencengkeram ujung selimut dengan kuat. Melihat hal itu tentunya hanya bisa membuat Arin mendengus tidak suka. Entah mengapa, tapi seolah ada sesuatu yang mengganggunya ketika tahu bahwa Yoongi kembali sakit hanya karena menemui seorang perempuan.

Arin menatap Yoongi dengan tatapan iba.

"Hei, coba bayangkan kalau aku tidak ada di sini. Apa yang akan terjadi padamu?" gumam Arin.

Tangan kiri Arin terulur untuk mengusap pipi putih Yoongi dengan lembut. Bahkan, wajahnya pun terasa hangat, terlalu hangat malah.

*×*

Arin menggigit kuku-kuku jarinya sambil menatap fokus pada layar ponsel. Gadis itu berjalan ke sana-ke mari di samping ranjang Yoongi, menunggu seseorang membalas pesannya.

Ting!

'Ada apa, Arin-ah?'

Itu balasan pesan dari Park Jimin.

'Sepupuku sakit dan suhu tubuhnya panas sekali. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan karena tidak ada siapapun di rumah kecuali aku dan sepupuku.'

Setelah mengirim pesan tersebut, Arin melirik sekilas pada Yoongi yang tengah tertidur lelap. Sambil menghela napas panjang, Arin berjalan ke sisi ranjang. Ia mengambil kain basah yang ada di atas dahi Yoongi, kemudian menaruhnya di atas meja. Setelah itu, Arin menempatkan punggung tangannya di dahi Yoongi.

Ting!

Arin menatap layar ponselnya.

'Beri dia obat penurun panas. Mungkin sepupumu demam? Ah, jangan biarkan jendela terbuka. Dia harus berkeringat agar demamnya turun.'

Arin menjauhkan punggung tangannya dari dahi Yoongi, berniat mengetik jawaban pesan dari Jimin.

'Aku sudah memberinya obat. Bagaimana cara membuatnya berkeringat?'

Arin mengirim pesan tersebut. Setelahnya, kedua iris mata gadis itu kembali tertuju kepada wajah Yoongi.

Ting!

'Buat dia merasa hangat.'

Arin mengerutkan kening ketika membaca pesan tersebut.

'Caranya?'

Arin menghela napas. Membuat Yoongi berkeringat dan membuatnya merasa hangat? Itu sulit, Arin bahkan tidak tahu caranya. Apa yang harus ia lakukan? Apakah ia harus memandikan Yoongi di bathub dengan air hangat? Ataukah ia harus merebus air kemudian mengelap tubuh Yoongi dengan air panas tersebut?

Ting!

'Peluk dia. Kudengar, saling berbagi suhu tubuh itu cukup bagus untuk menurunkan demam.'

lol.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang