Seventh : Everyday With You

5.1K 579 28
                                    

"Hei ... nanti mie-nya terlalu masak."

Teriakan Yoongi berhasil membuat Arin terbangun dari kantuknya kemudian berdecak sambil mematikan kompor. Arin mengambil lap, kemudian membawa panci berisi ramyun itu ke meja dengan dibantu lap agar tangannya tidak terbakar karena panasnya panci.

"Wow, sepertinya enak."

Yoongi sudah siap dengan sepasang sumpit logam yang ia genggam.

"Ini ... makanlah."

Arin duduk di hadapan Yoongi, kemudian menaruh wajahnya di antara lipatan kedua tangan, bermaksud tidur sembari menemani Yoongi makan.

"Ini enak," ujar Yoongi sambil mengunyah.

"Kau harus makan pelan-pelan. Itu masih panas, bodoh," ujar Arin pelan, berhasil membuat Yoongi makan dengan tidak tergesa-gesa.

Saat akan kembali menutup mata, tiba-tiba Arin teringat kejadian tadi sore di mana ia menunggu Yoongi sampai malam dan ketiduran dalam kondisi menggigil dingin. Dan anehnya, ia bangun dalam keadaan hangat dengan kepala yang bersandar nyaman di dada Yoongi setelah pria itu berbisik manis bahwa busnya sudah datang.

"Kau yakin tidak mau?" tanya Yoongi dan mendapat anggukan kecil dari Arin.

"Silahkan makan, aku tidak lapar," ujar Arin sambil mengibas-ngibaskan tangannya di udara.

Yoongi kembali melanjutkan aktivitas menyenangkannya untuk makan. Karena melihat Arin yang mengantuk dan lelah menunggu, Yoongi meminta Arin untuk memasak ramyun agar lebih cepat dan tidak terlalu merepotkan gadis itu.

"Kau itu bodoh, tahu tidak?"

Arin belum tidur, Arin masih senantiasa mendengarkan apa yang Yoongi katakan, termasuk pertanyaan yang entah mengapa terlalu menjurus pada umpatan itu. Arin ingin mendengar lebih banyak, jadi ia hanya diam.

"Kau menungguku sampai tubuhmu menggigil dan tanganmu dingin seperti es. Sudah kubilang, kau itu bodoh. Seharusnya kau pulang duluan dan jangan menungguku."

Dalam diam, Arin sedikit terkejut mendengarnya.

"Hm, tapi, itu sedikit membuatku terharu."

"Aku jadi bisa berpikir, 'Wah, ternyata masih ada orang yang peduli kepadaku' ... dan jujur, kau adalah orang pertama yang rela menunggu pria bajingan sepertiku."

Arin mendengar Yoongi tertawa hambar.

"Tentu aku bajingan, pengecut pula. Aku tidak bisa melakukan apapun untuk sesuatu yang menjadi ambisiku."

"Aku ... bahkan tidak dapat melindungi orang-orang yang aku cintai."

Arin tertegun mendengar curahan hati Yoongi tersebut. Mendadak, rasa kantuknya hilang begitu saja ketika mendengar Yoongi berbicara mengenai sesuatu yang menjadi bebannya.

"Aku menarik kata-kataku. Yang bodoh itu aku, bukan kau."

*×*

"Astaga, Baek Arin, kau cantik sekali," puji Yoongi sambil menunjukan sebuah foto dalam layar teleponnya tepat di hadapan wajah Arin yang sedang tertidur.

Yoongi menyeringai ketika melihat kedua mata Arin yang perlahan terbuka.

"YAK!"

Arin berusaha sekuat mungkin untuk meraih ponsel tersebut. Namun terlambat karena Yoongi sudah memasukannya ke dalam saku celana, membuat Arin meniup poninya dengan kesal sembari menatap Yoongi dengan tatapan tajam.

"Hapus," titah Arin, terdengar tegas.

Yoongi mengulum bibir.

"Tidak akan sebelum kau bangun, membersihkan diri dan menyiapkan sarapan untukku."

lol.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang