First : Stupid Decision

9.1K 755 58
                                    

Arin menggigit kuku-kuku jarinya dengan gelisah. Hari ini adalah hari keenam setelah kejadian mengerikan di tangga darurat. Pria yang ternyata bernama Min Yoongi itu langsung dilarikan ke rumah sakit dan diperkirakan tidak bisa berjalan dengan normal karena kakinya mengalami patah tulang.

Oh, God! Arin bahkan mengetahui kabar itu dari teman-temannya. Dia tidak pernah menjenguk Min Yoongi.

Tidak pernah dan tidak akan.

"Katanya, untuk sementara waktu, dia tidak bisa berjalan. Sayang sekali, padahal dia adalah anggota inti tim basket. Mungkin dia tidak bisa bermain basket lagi, ya?"

Arin tersentak ketika pundaknya disentuh dan jantungnya seakan melompat-lompat ketika Joo Yukyung menatapnya dengan tatapan curiga.

"Oh ... oh. Ada apa?" tanya Arin, cukup gugup.

"Sedari tadi ... kau terlihat gelisah saat aku menceritakan keadaan Min Yoongi. Apa ... kau tahu sesuatu?"

Arin sontak menelan ludah dengan tangan gemetar. Tubuh gadis itu kembali menegang dan otaknya seakan tidak dapat berfungsi dengan baik untuk sekedar mencari alasan yang bagus. Kedua iris mata gadis itu terus bergerak ke sana dan ke mari, menghindari tatapan sahabatnya yang begitu memojokkan.

"Katakan apa yang kau tahu tentang kejadian itu," ujar Yukyung, sedikit memaksa.

Arin memalingkan wajah untuk sekedar membuang napas yang seakan begitu menyesakkan. Dadanya bergemuruh.

"Uh, oh, um. A-aku ... aku ...."

"Selamat pagi, murid-murid!"

Sapaan ceria dari seorang guru riang yang sering disebut dengan panggilan 'badut-ssaem' itu membuat para siswa menjawab dengan semangat. Arin menghela napas lega, akhirnya ia dapat terbebas dari pertanyaan Yukyung yang benar-benar membuat lehernya serasa dicekik.

*×*

"APA?! KAU MENDORONGNYA?!"

Di sini, di depan wastafel toilet, Arin mengungkapkan segalanya kepada Yukyung. Dengan kepala tertunduk, gadis berponi pagar itu mengangguk pasrah sembari menggigit bibir karena takut. Hidung Arin terasa gatal, dan setelah itu genangan air matanya mulai keluar.

"Aku tidak sengaja, aku terlalu takut karena melihat wajahnya yang seperti hantu," ujar Arin, memberikan penjelasan.

Yukyung menghela napas, menatap iba kepada sahabatnya yang tengah ketakutan. Yukyung menyalakan kran, kemudian mengangkat dagu Arin. Setelahnya, Yukyung membasahi wajah gadis itu dengan air jernih yang berasal dari kran.

"Jangan dipikirkan. Kejadiannya 'kan sudah enam hari yang lalu. Apa kau sudah menjenguknya?"

Nah, itu dia hal yang membuat Arin benar-benar merasa takut dan gelisah. Ia belum menjenguk pria itu, ia tidak mengetahui kondisi pria itu, dan ia tidak memiliki keberanian untuk melakukan hal tersebut. Arin hanya mampu memanjatkan doa setiap malam agar pria itu masih tetap bertahan hidup walaupun dengan salah satu kaki yang tidak dapat berfungsi dengan baik lagi.

Sungguh, Arin benar-benar merasa menyesal.

"Cobalah untuk menjenguknya, hm? Dia pasti akan memaafkanmu. Min Yoongi itu pria baik-baik."

Arin mengangguk pelan sembari mengusap wajahnya yang basar karena air.

"Baiklah, akan kucoba."

*×*

Arin menatap gedung rumah sakit yang benar-benar luas itu dengan tatapan ragu. Setelah pulang sekolah, ia memberanikan diri untuk melangkahkan kaki di tempatnya para orang-orang yang sakit tersebut. Arin masih terus berusaha mengumpulkan keberanian, menampik segala kemungkinan terburuk seperti dipermalukan di depan para pegawai rumah sakit.

lol.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang