Fifteenth : I am You, You are Me

4.9K 527 32
                                    

Arin mengetuk-ngetuk dagunya dengan menggunakan pensil, enggan memperhatikan Hwang-ssaem yang masih berceloteh mengenai pelajaran sejarah. Gadis itu menghela napas panjang, memikirkan ajakan Yoongi untuk menyanyikan lirik Windy Day bersama-sama.

"Kyung-ah, apa yang akan terjadi bila aku menyanyikan lirik lagu yang kubuat bersama dengan seorang pria?"

Yukyung yang masih sibuk berkutat dengan catatannya itu lantas menoleh dan mendapati sahabatnya tengah menopang dagu sembari melihat keadaan di luar jendela.

"Kau akan jatuh cinta padanya," jawab Yukyung asal.

Tubuh Arin menegang mendengarnya. Jatuh cinta? Ia akan jatuh cinta kepada seseorang yang nantinya akan menyanyikan lirik lagu itu bersamanya? Maksudnya, ia akan jatuh cinta kepada Min Yoongi?

"Tidak mungkin!"

Arin menampar pipinya sendiri ketika mengingat hal tersebut.

*×*

Yoongi mengerutkan kening, menyadari perubahan sikap Baek Arin yang menjadi lebih pendiam. Pria itu lantas sedikit mencondongkan tubuh, lalu memukul kening Arin dengan sendok logamnya.

"YAK!"

Arin berteriak kesal sembari mengusap keningnya yang memerah.

"Kalau terus kau pukul seperti ini, keningku akan memar!" tukas Arin, cemberut.

Yoongi lantas kembali ke posisi semula. Pria itu melipat kedua tangan di dada dan menatap aneh kepada Baek Arin yang kembali berkutat dengan makan siangnya. Ia lantas menghela napas panjang, meletakkan sendok logam di atas meja, lalu kembali melipat kedua tangan di dada.

"Ada apa denganmu, huh? Kau aneh."

Arin mendengus, sama sekali tidak memiliki niat untuk membalas perkataan Yoongi. Sampai akhirnya, pria itu jengah, lantas kembali mencondongkan badan dan hendak mendorong kening Arin dengan jari telunjuknya.

Namun Arin tentu tahu apa yang akan Yoongi lakukan. Dengan raut wajah cemberut dan tatapan setajam silet, Arin menahan tangan Yoongi.

"Kau hanya harus berhenti melakukan hal itu atau aku kan membunuhmu," ancam Arin sarkastis.

Yoongi lantas mendengus dan melepaskan genggaman tangan Arin dari tangannya.

"Kau hanya harus mengatakan apa yang terjadi kepadamu."

Yoongi kembali ke mode angkuhnya dengan melipat kedua tangan di dada setelah bokongnya kembali menyentuh permukaan kursi kantin.

"Mengapa kau begitu peduli?!"

Yoongi tertegun dan Arin menutup mulutnya sendiri begitu sadar bahwa ia telah membentak Yoongi dengan pertanyaan yang jawabannya akan lebih menjurus ke pengakuan perasaan. Diam-diam, gadis itu mencuri pandang kepada Yoongi yang masih menatapnya tanpa berkedip.

"Aish, sialan sekali. Lupakan saja. Kau membuat mood-ku tambah buruk," ujar Arin, gugup.

Gadis itu lantas berdeham kecil dan mengalihkan pandangannya ke sembarang arah, sesekali melirik kepada Yoongi yang masih menatap kosong kepadanya. Jujur saja, Arin benci keadaan canggung ini. Untuk itu, Arin segera menyentuh kedua sisi nampan makan siangnya, lantas berdiri dan hendak berbalik untuk pergi.

"Aku peduli ... karena aku adalah kau dan kau adalah aku."

Arin diam mematung mendengarnya.

*×*

Yoongi menghela napas panjang. Pria itu memilih untuk menghabiskan sepuluh menit terakhir jam istirahatnya untuk duduk sendirian di dalam kelas, memikirkan jalan keluar dari berbagai macam permasalahan berbelit yang kerap kali membuat kepalanya sakit.

lol.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang