Fourth : My Mother

5.2K 606 32
                                    

"YAK! APA YANG KAULAKUKAN?!"

Kedua mata Yoongi terbuka dan mengerjap pelan. Tubuhnya terbaring dan tertindih oleh tubuh seorang perempuan yang sangat ia kenali.

"APA KAU TIDAK LIHAT LAMPU LALU LINTAS, HUH?!"

Yoongi tidak bisa bicara. Ia hanya diam ketika perempuan yang berlinang air mata itu memukul dadanya dengan keras selama beberapa kali, meluapkan kekesalannya atas ide Yoongi untuk membunuh diri sendiri.

"BAYI SIPUT BODOH! BODOH!"

Yoongi sedikit meringis, bukan meringis karena dadanya sakit, tetapi karena bokong perempuan ini yang menindih selangkangannya. Dengan perlahan, Yoongi menegakkan punggung, membuat aksi perempuan itu menjadi lebih mudah.

"Hei," panggil Yoongi sambil terkekeh.

Perempuan itu seakan menulikan telinga. Ia terus memukul dada Yoongi dengan keras untuk membuat Yoongi jera, mungkin. Tidak peduli dengan embusan angin yang menyegarkan, tubuh perempuan itu terasa panas, memikirkan apa yang akan terjadi jika dirinya tidak ada untuk menyelamatkan Yoongi.

"Hei, sudah. Dadaku jadi sakit, tahu."

Akhirnya, perempuan itu menghentikan aksinya. Dia menatap Yoongi dengan wajah sembabnya yang basah, membuat Yoongi gemas sendiri karena melihat bibir perempuan itu yang mengerucut sebal.

"Kenapa kau-"

Yoongi tidak bisa melanjutkan perkataannya karena perempuan itu melakukan tindakan tak terduga. Dia melingkarkan kedua tangan di leher Yoongi, mendekatkan wajah dan tubuh, memeluk Yoongi dengan air mata yang terus mengalir.

Dada Yoongi mendadak bergetar. Dada perempuan itu dan dada Yoongi saling bersentuhan, membuat Yoongi gugup sendiri. Apalagi selangkangannya sedang ditindih. Adik kecilnya meringis tidak terima.

"Baek Arin," panggil Yoongi dengan suara berat karena menahan ringisan adik kecilnya.

"Maafkan aku, maafkan aku, maafkan aku."

Arin terus mengulangi perkataan yang sama sembari terisak. Ia sadar, penyebab Yoongi menjadi seperti ini adalah karena dirinya. Yoongi frustasi karena tidak bisa bermain basket lagi, Arin mengerti betul akan hal tersebut.

"Hei, apa kau tidak malu? Kita berpelukan di pinggir jalan," ujar Yoongi, coba membujuk walau ia juga tidak ingin melepaskan pelukan mendebarkan ini.

"Sekarang sepi, tidak ada kendaraan yang lewat."

Jawaban polos Arin berhasil membuat Yoongi terkekeh dan langsung melingkarkan kedua tangannya pada pinggang Arin, balas memeluk perempuan itu dengan erat.

"Baiklah."

Yoongi memejamkan kedua mata, menikmati aroma rambut Arin yang entah mengapa begitu memabukkan. Tanpa sadar, pelukan Yoongi semakin erat, seolah tidak ingin jika perempuan yang sedang nyaman dipelukannya ini pergi meninggalkannya begitu saja.

*×*

"Kau pulang cepat. Tidak biasanya kau pulang jam lima sore," ujar Yoongi setelah Arin membuka pintu apartemen.

Arin membulatkan kedua mata. Setelahnya, gadis itu berbalik dengan cepat dan merogoh saku blazernya dengan gelisah.

"I-itu! Aku pulang cepat karena I-ibumu akan datang!"

Kedua mata sipit Yoongi membulat sempurna mendengarnya. Segera Yoongi merebut ponselnya dari tangan Arin, membaca sebuah pesan yang tertera dengan jelas di layar ponsel.

"GAWAT!"

Setelah Yoongi berteriak, terdengarlah suara bel. Kedua insan itu bertatapan kaget.

"Cepat sembunyi!"

lol.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang