#17 : Closer : One Step Two Steps

4.2K 492 28
                                    

"Aku akan menunggu balasan suratnya, Arin. Jangan pernah lupakan namaku, ya. Cih."

Yoongi mencibir kata-kata yang sukses membuat gadis di sampingnya tersenyum bodoh itu dengan perasaan agak kesal. Mereka berdua kini sedang menunggu bus putaran kedua karena mereka datang ke halte saat pukul delapan malam. Beberapa menit yang lalu, mereka ikut bersama dengan tim basket SMA Seungri untuk merayakan kemenangan.

"Ada apa denganmu? Sepertinya kau sangat tidak menyukai Mingyu," ungkap Arin, heran.

"Tidak," jawab Yoongi, ketus.

Arin lantas menggelengkan kepalanya sembari menghela napas, mencoba untuk tetap bersabar menghadapi tingkah Yoongi yang lebih terlihat seperti remaja labil.

"Hei."

Yoongi tidak memberikan respon. Ia masih sibuk memalingkan wajah dengan kedua tangan yang ia lipat dengan angkuh.

"Apakah Confession Day masih berlanjut? Ah, tidak ... maksudku ...."

Arin menjilat bibir bawahnya dengan gelisah. Mendadak kegugupannya muncul dan ia meremas ponsel yang ia genggam.

Kepala Yoongi berputar hanya untuk menoleh menantikan perkataan selanjutnya yang dilontarkan oleh gadis itu. Keningnya berkerut samar begitu mendapatkan raut wajah Arin yang tidak sesenang tadi.

"Maksudku ... apakah sekarang masih termasuk Confession Day?"

"Ya. Kenapa? Mau memberikan surat cinta padaku?"

Yoongi bertanya jenaka sambil menampakkan raut wajah mengejek, entah apa yang sedang ia ejek. Namun, ternyata tidak sampai di situ. Yoongi tertegun begitu Arin mengeluarkan sebuah amplop dari dalam saku blazernya.

Dengan kepala yang tertunduk, Arin menyodorkan amplop berisi surat itu kepada Yoongi.

Gadis itu ... memberinya surat?

"Ini apa? Surat cinta untukku?" tanya Yoongi, mengambil amplop tersebut.

Yoongi mendadak gugup. Jantungnya berdetak dua kali lebih cepat dan ia ikut menunduk untuk menatap amplop itu. Yoongi menyunggingkan senyuman kecil setelah berhasil mengembuskan napas dengan betul melalui mulutnya. Ia lantas memutar amplop tersebut.

Pria itu tertegun, menatap sebuah nama yang ditulis dengan bentuk love.

"Itu surat dari Yukyung."

..

..

Yoongi berdeham kecil. Matanya menatap ke atas atap lift, mendadak gugup karena sedari tadi ia dan gadis di sampingnya hanya terdiam, bahkan tidak sanggup untuk sekedar saling menatap.

"Jadi ... apa akan kautulis balasannya?"

Yoongi otomatis menoleh mendengarnya. Ia mendapati Baek Arin sedang menunduk sembari memainkan jari-jarinya, pertanda gugup. Entah mengapa, tapi, ketika melihat Arin yang bersikap seperti ini, mendadak Yoongi jadi merasa kesal.

"Apa menurutmu aku harus membalasnya?" tanya Yoongi, memancing.

Arin mengangguk dengan mantap, masih menatap ke bawah, tepat kepada sepatunya yang berwarna hitam. Ia lantas menyembunyikan tangannya di balik saku blazer sambil menggigit bibir, menantikan reaksi.

"Dia ... sangat menyukaimu. Ah, ternyata pria yang selama ini dia bicarakan adalah dirimu."

Arin lantas mengangkat wajah sembari menyunggingkan senyuman, kemudian menoleh kepada Min Yoongi yang menatapnya dengan tatapan kosong

"Kau itu pria yang beruntung, Min Yoongi! Yukyung gadis yang cantik!" ujar Arin, terlihat senang sekali sembari memukul pelan lengan Yoongi.

Ada suatu perasaan aneh di mana Yoongi amat tidak suka ketika gadis itu berkata demikian. Jadi, hal yang dapat ia lakukan saat ini hanyalah mendengus sambil memalingkan wajah.

lol.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang