Second : Spoiled Snail

6.4K 688 58
                                    

Arin mengerjapkan kedua mata ketika suara alarm yang membuat mimpi indahnya berakhir begitu saja terdengar nyaring sampai kedua telinganya terasa sakit. Gadis itu berguling ke sana-ke mari sambil memeluk bantal.

"Astaga! Alarm sialan!"

Arin menegakkan punggung, kemudian mengucek kedua matanya yang masih terasa berat. Dengan kedipan pelan, gadis itu merenggangkan tubuhnya yang terasa lemas.

"Pelayan! Bantu aku bangun!"

"Argh! Suara memuakkan itu lagi!"

Arin mengacak rambutnya dengan kesal sembari mengerang frustasi. Dengan napas terengah, gadis itu turun dari ranjang dan terkejut ketika melihat langit dari gorden yang sedikit terbuka. Langit masih gelap. Dan yang lebih membuatnya terkejut, ketika kedua mata sipit itu melihat jam dinding yang ada di atas pintu.

Pukul tiga dini hari.

"Yak! Dasar sialan!"

Arin menghentak-hentakkan kedua kaki dengan kesal sembari membuka knop pintu dengan perasaan jengkel. Di dalam hatinya, gadis itu terus mengumpat, merutuki kebodohan Min Yoongi yang menyetel alarm pada pukul tiga dini hari dengan dering suara yang nyaring sekali.

"Apa?! Apa?! Kau mau apa?!" teriak Arin setelah keluar dari kamarnya dan membuka pintu kamar Yoongi.

"Aish, tidak usah berteriak. Setelah mematahkan kakiku, kau ingin mematahkan telingaku juga?"

Yoongi mengusap-usap kedua telinganya, menatap gadis yang masih berdiri di ambang pintu itu dengan tatapan kesal. Pria itu sudah menegakkan punggung, kesulitan turun dari ranjang karena ia tidur di bagian tengah ranjang.

"Bantu aku turun."

Arin berjongkok, menutup wajahnya yang merah padam dengan kedua telapak tangan untuk meredam sesaat emosinya. Setelah tiga menit mencoba menenangkan diri, akhirnya gadis itu kembali berdiri dan berjalan menghampiri Yoongi.

"Naik ke ranjang, tarik tubuhku dengan perlahan ke sisi kanan," ujar Yoongi, seperti memberi komando.

"Dasar pria gila, mengapa kau menyalakan alarm pukul tiga dini hari dengan suara nyaring?" gerutu Arin sebelum akhirnya naik ke atas ranjang.

Yoongi tidak merespon, pria itu masih bergeming bahkan saat Arin sudah berada di sisi tubuhnya, membuat Arin keheranan karena Yoongi hanya menatapnya, tidak berbicara dan melakukan apa pun.

"Apa yang harus kulakukan?"

"Bantu tarik tubuhku ke sisi ranjang. Mendekatlah."

Karena tidak tahu apa yang sebenarnya harus ia lakukan, Arin kembali mendekat. Kedua mata sipit gadis itu terbuka dengan lebar ketika Yoongi mengalungkan kedua tangannya pada leher Arin.

"Yak! Apa yang kaulakukan?!" teriak gadis itu, terkejut dan berdebar dalam waktu yang bersamaan.

"Diamlah. Sekarang, kau pegang pinggangku."

"Tidak mau!"

"Kalau begitu aku akan mencekik lehermu!"

Arin menghela napas, masih dengan dada yang bergemuruh panas. Gadis itu melingkarkan kedua tangannya pada pinggang Yoongi. Posisi yang cukup mendebarkan karena mereka benar-benar berpelukan tanpa sengaja.

"Sekarang, tarik tubuhku ke sisi kanan."

Arin menurut, dia menarik pinggang Yoongi ke sisi kanan dengan perlahan.

"Yak! Pelan-pelan! Kakiku sakit!"

"Iya, bodoh."

Arin mendengus, namun kembali menarik tubuh kecil pria itu ke sisi kanan.

lol.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang