dubidud
Asa yang Terabaikan***
Aku duduk di kasurku, sembari menatap layar ponsel yang sedang kupegang. Tertulis nama kontak nya pada aplikasi 'line'milikku. Friza, itulah nama nya.
Iya? Tidak? Iya? Tidak? Kata-kata itu terus berputar di otakku, aku bingung memilih apakah aku harus mengechat Friza duluan atau tidak. Apa yang ku lakukan saat ini, masih sama seperti tahun-tahun sebelum nya.
Friza Defrian, dia adalah cowok sekaligus teman sekelas yang kusuka dari kelas satu SMA. sudah hampir tiga tahun berlalu, dan kini aku sudah duduk di kelas tiga SMA, namun rasa suka itu tak memudar sedikit pun dari hati ini.
Dua tahun lalu, tepatnya saat malam tahun baru 2015. Aku duduk di kamarku, setia menatap layar ponselku yang tertulis kontak line Friza. Sembari menggigiti kuku, aku bingung menentukan pilihan apakah aku harus mengechat Friza duluan dan mengucapkan "Selamat Tahun Baru, Friza!! " , atau tidak?.
Setelah 15 menit berjuang memutuskan pilihan, siapkah aku menerima setiap konsekuensi atas pilihan yang kuambil. Kuputuskan untuk mengechat Friza duluan dan mengucapkan selamat tahun baru pada Friza, meski waktu masih menunjukkan pukul 8 malam. Kuharap ia akan membalas pesanku.
Efiska : Selamat tahun baru 2015 Friza!!. 🎉🎊. Hehe.. Maaf aku ganggu, maaf juga ngucapin nya kecepetan. Seharusnya kan aku ngucapin nya waktu pas pergantian tahun, atau sekitar jam 12 malam lewat. Tapi gpp ya?.
Wish aku buat kmu, kedepannya semoga lebih baik, target hidup dan impiannya semoga bisa diwujudkan, ibadah nya lebih bisa ditingkatkan, dan juga rajin-rajin belajar nya, jangan keasikan main dota ya. .😊😊.Akhirnya pesan itu telah terkirim ke Friza. 15 menit, 30 menit, 2 jam telah berlalu, namun pesanku tak kunjung dibalas. Padahal Friza on, dan aktif di grup line kelas kami.
Aku sudah mulai putus asa, namun tiba-tiba saja, notifikasi line milikku berbunyi. Oh senangnya, Friza membalas pesanku.Friza: Selamat tahun baru juga! Iya gpp. Okay, mkasih wish nya!.
Kubaca pesan dari Friza, ada terbesit rasa kecewa setelah membacanya. Dia hanya membalasnya sungguh singkat, disaat aku mengirimkan pesan yang begitu panjang. Bahkan ia tak kembali memberikan wish untukku. Aku pun menghibur diriku, setidaknya ia membalas pesanku. Tidak apa-apa Fiska, semua cowok itu emang cuek! Lo harus semangat!!. Kalimat itu seolah mantra mujarab yang terus kusebut berulang-ulang untuk meyakinkan hatiku.
Efiska: Okay, Friza. Btw, kamu tahun baruan dimana sekarang?. Ngadain acara bakar-bakar ikan atau ayam nggak?.
Kembali kukirimkan pesan pada Friza, sebagai balasan dari pesan yang dikirimnya tadi. Kupandang lekat layar ponsel ku, sambil berdoa semoga Friza kembali membalas pesanku.
Namun, setelah 20 menit, ia tak kunjung membaca apalagi membalas. Tapi, Friza sangat aktif berkomentar dan muncul di obrolan grup kelas kami.
Apakah pesanku begitu tak pentingnya, sampai membaca nya pun kamu tak mau? .
Menit ke tiga puluh, pesanku akhirnya dibaca. Namun, hingga pergantian tahun 2015, saat jam sudah menujukkan pukul 00.03 , saat ribuan kembang api sudah meluncur indah menghiasi angkasa, saat riuhnya sirine dan terompet yang dibunyikan, seorang friza Defrian, tak kunjung membalas pesanku.
Satu tahun lalu, tepatnya saat malam pergantian tahun baru 2016. Saat itu aku duduk di kelas dua SMA. Aku kembali melakukan hal yang sama, duduk merenung di kamar, menggigiti kuku karena bingung menentukan apakah aku harus mengechat Friza duluan dan mengucapkan selamat tahun baru atau tidak.
YOU ARE READING
Graphicnesia Contest
Acak[CLOSED] Kamu merasa punya bakat menulis? Atau punya bakat graphic? Daripada bakatmu terbuang sia-sia dan cuma disimpan di galeri atau work kamu, mendingan ikutan kontes ini aja! Memang sih hadiahnya gak bisa ngobatin kegalauan kamu tapi se...