"Keping Kelima Belas"
Semesta berkonspirasi.
Tidak ada frasa yang lebih konyol selain dua kata di atas untuk menggambarkan betapa ajaibnya hal ini. Bagaimana tidak, meski tak direncanakan sama sekali sejak awal, tahu-tahu saja Rena, Dhira, Rathan, dan Aruna bisa dipertemukan begitu saja dalam sebuah seminar gratis yang diadakan sekolah untuk murid kelas 10 dan 11.
Masalahnya, sama sekali tidak aneh kalau yang mengikuti seminar ini hanyalah Aruna dan Rena, keduanya memang sama-sama tertarik dengan musik dan sinematografi yang merupakan topik utama dalam pembahasan di seminar ini. Hal ini menjadi sesuatu yang disebut keajaiban karena Dhira bahkan paling benci dengan yang namanya seminar dan Rathan tidak akan tahan mendengarkan si pemateri berbasa-basi lama-lama.
Itulah mengapa Aruna sampai berpikir bahwa ini adalah bentuk konspirasi semesta untuk mempertemukan keempatnya dalam acara ini.
"Dhir?" panggil Aruna saat itu, tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya begitu melihat Dhira memasuki ruang aula bersama Rathan yang berjalan di sampingnya. "Lah? Lah? Kok pada di sini? Ngapain?" Gadis itu bertanya dengan nada bicara yang sarat akan kecurigaan. Siapa juga yang tidak heran kalau sepasang saudara kembar penggila sains dan matematika itu mengikuti seminar seperti ini.
Mendengar apa yang ditanyakan Aruna, Rena yang duduk di sebelah gadis itu buru-buru menjawab sebelum si bintang tamu menjawab dengan alibi macam-macam. "Pasti Rathan cuma mau ngincer makanan gratis. Padahal, kan, tak ada makanan gratis di sini. Dasar Rathan si pencari kesempatan. Seperti tikus penyusup yang suka mencuri keju," ucap Rena secara berurutan. Tidak berjeda seperti kereta uap yang berjalan tanpa henti.
Diledek seperti itu, ekspresi wajah Rathan yang tadinya sudah masam jadi semakin tidak enak dilihat.
"Berisik lu, ya. Gue ciduk lu." Kali ini, Dhira yang menyahut lebih dulu sebelum saudaranya membalas perkataan Rena. Gadis itu pun duduk di bangku kosong yang tersisa di sebelah Aruna. Sedangkan Rathan, ia lebih memilih untuk berkumpul dengan anak lelaki lainnya yang duduk di barisan paling belakang. Omong-omong, Aruna, Rena, dan Dhira duduk di barisan kedua dari depan.
"Than, nggak mau di sini aja bareng?" tanya Aruna ketika melihat lelaki itu malah berjalan dengan langkah yang berubah arah. Sebelah alisnya menaik sepersekian inchi, menunggu Rathan berbalik badan dan kembali menghampiri dia dan kedua temannya.
"Nggak," lelaki itu menjawab singkat. Namun, tak terkesan dingin sama sekali. "Males gua di sebelah Rena. Berisik." Dan tanpa menunggu Aruna membalas perkataannya, Rathan sudah pergi begitu saja, bergabung dengan kumpulan anak lelaki yang sudah ribut sejak tadi. Kadang-kadang Aruna suka tidak mengerti, mengapa mereka begitu mudah akrab meski saling tidak sekelas, bahkan berbeda jurusan?
Maksudnya, kalau ia memerhatikan para anak perempuan, mereka notabenenya hanya akan berkumpul dengan kawan dekat saja saat ada acara seperti ini. Berbeda dengan anak laki-laki yang sering bergerombol dan berkumpul dengan siapa saja meskipun tampaknya tidak pernah dekat satu sama lain.
Setelah lima belas menit menunggu acara ini dimulai, seminar itu dibuka dengan sambutan MC yang tak lain adalah guru sosiologi di sekolah Aruna sendiri. Ia memang tak pernah diajar oleh guru itu, tapi Aruna cukup mengenalnya dengan baik karena sering memerhatikan saat guru itu berbicara di momen-momen tertentu. Aruna bahkan mengaguminya karena guru itu memiliki kemampuan public speaking yang amat baik, sehingga Aruna selalu berusaha untuk mencontohnya lewat pengamatan secara langsung.
KAMU SEDANG MEMBACA
[ON HOLD] Di Balik Kulminasi
Aktuelle LiteraturDi balik kulminasi, berarti di balik puncak tertinggi. Jejak Inspirator kembali mengundang seorang penulis, pencipta lagu, pemilik perusahaan penerbitan, dan pendiri sekolah penyandang disabilitas, bernama Aruna Vimala. Masalahnya tidak...