"Keping Ketiga"
Upacara perayaan hari kesehatan nasional;
jelas-jelas bukanlah hal yang menarik perhatian seorang Aruna Vimala. Menurut Aruna, upacara ini adalah salah satu kegiatan yang paling tidak berguna sedunia. Begini, buat apa mengingatkan soal cuci tangan sebelum makan, padahal sejak umur empat tahun pun, mamanya sudah membiasakan ia untuk melakukan hal terebut? Ditambah dengan lagu aneh plus tariannya yang berlebihan, serta harus diperagakan pula di depan ratusan orang, apakah bukan konyol namanya?
Jujur, sebenarnya, satu-satunya alasan Aruna untuk ikut perayaan hari kesehatan nasional ini hanyalah satu; ia mau kecipratan berkah menjadi jajaran murid kelewat rajin yang dapat mukjizat untuk menghindari jam pelajaran pertama.
Siapa juga, sih, yang tidak muak bila baru masuk jam pelajaran pertama, tapi sudah diingatkan soal nama-nama pahlawan yang gugur ketika menghadapi tentara Belanda? Siapa juga yang tidak mual harus disuguhi rekaman tentang proklamasi yang sudah diputar berkali-kali sejak berada di Sekolah Dasar?
Nah, itulah poin utamanya. Aruna supermalas menghadapi pelajaran konyol itu—Sejarah Indonesia. Dan daripada mati kebosanan, memerhatikan slide powerpoint yang dipenuhi soal kronologis penyerangan di daerah tertentu, Aruna lebih memilih untuk ikut upacara, yang notabenenya masih tetap bisa mengobrol dan bahkan dapat uang saku tambahan meski jumlahnya tidak seberapa.
Ya, Aruna yang kalian kenal saat ini adalah remaja berotak tengik, yang lebih mengutamakan keuntungan pribadi daripada propaganda basi soal cinta tanah air. Munafik banget orang yang mikir begitu, kalau Aruna disinggung soal "Cinta Tanah Air". Masuk ekstrakurikuler Pramuka saja, itu karena dipaksa teman, sekaligus kasihan pula karena kakak-kakak pengurus ekskul ini terus mengejar-ngejar temannya untuk membujuk menjadi anggota inti. Bayangkan saja, di antara hampir 400 siswa kelas 10 di SMA ini, hanya tiga orang yang berminat untuk menjadi bagian dari anggota inti.
Siapa yang tidak hiba? Lagi pula, ekskul ini juga tidak terlalu gila urusan. Dan jelas-jelas, malah menjadi bagian dari ekskul gabut seperti yang diminati Aruna. Apa ada alasan rasional untuk memilih ekskul lain?
Sepertinya, tidak.
"Run, oper." Suara Rena mengembalikan kesadaran Aruna ke dunia nyata. Gadis itu mengerjapkan mata sejenak. Sebuah goodie bag bertuliskan 'Selamat Hari Kesehatan Nasional' dan gambar bendera merah putih menghiasi tampilan depan benda tersebut. Aruna mengambil goodie bag itu dan mengopernya ke samping. Matanya mengerjap cepat lantas mengambil goodie bag lain di tangan Rena.
"Dapet berapa, Ren?" Aruna bertanya. Wajahnya tampak sedikit serius meski Rena yakin bahwa Aruna tengah tertawa setan di dalam hati.
"Nggak tau. Palingan lima puluh rebu. Tapi mayanlah buat beli ayam Bundo."
Kepala Aruna mengangguk-angguk setuju. Benar juga. Pulang dari acara ini, Aruna pasti akan menjadi juragan ayam krispi Bundo di antara segelintir murid di kelasnya. Mungkin ia akan membeli dua atau tiga potong saja. Satu buat di sekolah, sisanya di rumah. Dan sisa uangnya yang lain, akan Aruna pakai untuk memborong lagi keesokan harinya.
"Run, ada energennya dalemnya." Rena berbisik antusias. Itu karena gadis tersebut suka memakan bubuk energen tanpa menyeduhnya dengan air panas. Sebenarnya Aruna juga suka memakannya meski tidak seadiktif Rena. Itulah mengapa Rena memberikan informasi tersebut kepada Aruna.
KAMU SEDANG MEMBACA
[ON HOLD] Di Balik Kulminasi
Ficción GeneralDi balik kulminasi, berarti di balik puncak tertinggi. Jejak Inspirator kembali mengundang seorang penulis, pencipta lagu, pemilik perusahaan penerbitan, dan pendiri sekolah penyandang disabilitas, bernama Aruna Vimala. Masalahnya tidak...