Menyelami Kisah Bocah
Berkaus Kaki Warna Kulit
***
Usai iklan ke sekian selesai menggerahkan para penontonnya, acara itu kembali diputar. Seperti segmen yang sebelum-sebelumnya, segmen kali ini kembali disambut dengan alunan musik piano dan tepukan tangan dari para penonton di studio. Senyum si pembawa acara dan narasumber utama, masih terulas dengan amat lebar saat kamera menyorot keduanya pertama kali.
"Dari beberapa cerita yang baru saja Aruna bagikan kepada kami, Jejak mendadak jadi benar-benar tertarik dengan cerita yang paling akhir." Si pembawa acara menyipitkan kedua matanya, seakan baru menemukan kilauan berlian dalam sebuah peti harta karun di dasar laut.
"Sejak awal—ah, maksud Jejak, dari pengamatan yang kita dapatkan akan sosok Aruna yang sekarang ini, pada cerita paling akhir, Aruna benar-benar tidak seperti Aruna yang selalu masyarakat kenal. Aruna yang itu tampak sedikit ... ciut, bahkan tak hanya satu-dua kali, Aruna mudah sekali jatuh dan rapuh dalam keterpurukan. Jejak pikir, setelah beberapa kali terjatuh selama dua-tahun di waktu SMP dan awal SMA, Aruna sudah benar-benar mantap dan tidak lagi jatuh seperti sebelumnya.
"Apa alasan inti sesungguhnya ... dan kasus apa yang sebenarnya sudah Aruna alami di masa lalu, hingga akhirnya benar-benar memantapkan Aruna menjadi wanita yang kuat, tanpa lagi kumat-kumat seperti yang sebelumnya Aruna ceritakan?"
Lampu menyorot sebentar pada si pembawa acara. Kamera dialihkan untuk berkeliling pandang menelusuri penonton di studio yang semakin serius menyimak pertanyaan barusan. Sapuan blush on di wajah Aruna tampak semakin jelas begitu lampu dan kamera, berbondong menyerobot untuk menyorot wanita itu secara bersamaan. Lengkungan senyum di bibirnya tampak mengilap karena saat segmen ini dijeda tadi, make up Aruna yang luntur, dipoles lagi agar tampil kembali sempurna.
"Jawabannya tidak jauh-jauh dengan pertanyaan soal Aruna yang bisa berubah secara drastis." Ada nada bosan dalam balasan pertanyaan itu, tapi tak begitu banyak yang mampu menyadarinya karena tersamarkan oleh senyum Aruna yang memancar. "Jejak, saya yakin kamu memahami isi dari peribahasa yang sebelumnya saya sebutkan sekaligus jelaskan dengan maknanya."
Lengang sejenak, sosok Aruna kembali diekspos secara dekat oleh kamera yang menyorot. "Tidak hanya satu-dua kasus yang terjadi untuk mengubah kepribadian seseorang secara permanen dan nyata. Setiap perubahan baik, pasti diawali dengan banyak peristiwa dan alasan, yang membuat orang itu semakin memahami kalau langkahnya sudah benar atau langkahnya masih salah. Itu yang namanya berkembang, Jejak. Dan kita tidak bisa hanya menghakimi satu kasus spesial sehingga bisa mengubah tabiat orang secara sempurna."
Tak ada takjub, hanya penasaran; mendengarkan; menyimak. Itu yang saat ini dapat Aruna baca dari ekspresi yang dipasang si pembawa acara saat ia menjawab pertanyaan itu.
"Tentu, sudah pasti runutan kisah yang telah dan akan Aruna sampaikan adalah penyebab dari semua perubahan drastis Aruna. Tapi, bisakah Aruna menceritakan, karena jujur secara pribadi, Jejak mencium sesuatu yang mencurigakan dari Aruna masa SMA, yang begitu terpukul mendengar cacian temannya itu saat di toilet. Padahal kalau dibandingkan dengan cara bagaimana anak itu mempertahankan prinsipnya, seharusnya Aruna tidak akan mungkin serapuh itu. Yah, maksud Jejak, dari kita melihat, bagaimana Aruna bersikukuh kalau menyontek sama sekali tidak diperkenankan."
KAMU SEDANG MEMBACA
[ON HOLD] Di Balik Kulminasi
Ficción GeneralDi balik kulminasi, berarti di balik puncak tertinggi. Jejak Inspirator kembali mengundang seorang penulis, pencipta lagu, pemilik perusahaan penerbitan, dan pendiri sekolah penyandang disabilitas, bernama Aruna Vimala. Masalahnya tidak...