"Keping Keempat"
"Siji!"
"Duo!"
"Hah?"
"Padang itu."
"Oooh."
"Salasatun!"
"Opat!"
"Ini apaan lagi?"
"Sundaaa. Udah, lanjut!"
"Vijf!"
"Roku!"
"Chil!"
"Eight!"
"Sembilan!"
"HAAAA. Apa hayo!"
Setiap mata mengarah kepada Dhira, tak terkecuali pula Aruna yang berada di sebelahnya. Gadis itu membelalakkan mata waspada. Dadanya bergemuruh bahkan tanpa disuruh. Aruna yang melihat itu hanya tersenyum sambil menahan diri untuk tidak tertawa. Jahat namanya kalau ikut-ikut tertawa padahal nyawa temannya ada di ambang hidup dan juga mati.
"IDIH MAMPUS LU SURUH MANDI KEMBANG DI TENGAH LAUT!" Rathan menyela sambil menertawakan Dhira dengan penuh kemenangan. Selain Aruna sendiri, pasti lelaki itu jauh lebih tahu kalau Dhira tidak pernah suka segala hal yang berkaitan dengan bahasa dan pemainan konyol.
Apalagi kalau permainannya tentang menghitung dengan menggunakan bahasa yang berbeda-beda.
Tambahan. Tidak boleh ada peserta yang menggunakan bahasa yang sama.
"Kak, ayolah, Kak. Saya masih mau nyari Mas Fahri versi saya sendiri."
"Apaan lu! Mas Fahri punya gue."
Dhira mendengus kesal. Nggak bisa apa sekali aja berkorban demi teman sendiri? Dhira ingin berkata begitu, tapi gelegak tawa dari orang-orang dalam lingkaran itu membuat Dhira lupa untuk menyerang balik Aruna. Ucapan salah seorang kakak alumni dengan suara ala cowok-macho-yang-pita-suaranya-ketebelan juga menahan Dhira untuk kembali bersuara. Gadis itu meringis meratapi nasib.
"Nggak bakal ada bunga-bungaan kok. Tapi nanti Dhira yang urus bakar ikan buat makan malam, ya? Tuh ada KaFan. Kamu bantu-bantu aja."
Sebelum Dhira menjawab perintah itu, tiba-tiba saja Rena ikut-ikut menyela. "JANGAN! YA AMPUN, KAK SUMPAH JANGAN! Kita semua bisa mati bersama ikan-ikan yang keracunan kalau urusan dapur dipegang sama Dhira!"
"Nah, baru mau nyaut." Kali ini Rathan dan Tegar saling bersahutan.
Tanpa berdebat lebih panjang, Aruna, Rathan, Tegar, dan anggota Pramuka angkatan 27 lain mengikuti salah satu alumni yang tadi membimbing mereka untuk bermain 'Hitung-Cerdas-Tangkas'. Semua bersiap untuk materi 'Jelajah Semesta' menghadap langit bertabur bintang. Semua bersiap, kecuali tentu saja Dhira.
"Hari ini, kita akan ngobrol-ngobrol soal rasi bintang."
Tanpa sadar, Aruna bertepuk tangan antusias. Ia selalu suka membicarakan soal bintang, meski ia sendiri tidak begitu tahu banyak secara mendalam mengenai ilmu perbintangan.
"Rasi bintang yang selama ini kita tau, dalam astronomi, itu disebut konstelasi," KaFir, singkatan dari nama panggil 'Kak Firman', mulai mendongengkan materi untuk malam ini. Dalam Pramuka, ekstrakurikuler yang diikuti Aruna, masing-masing anggota memiliki nama unik masing-masing untuk digunakan sebagai panggilan saat tengah berkumpul bersama-sama. Aruna sendiri memiliki nama panggilan KaRun, dan Rathan dengan nama KaRat-nya. Kalau sial, mungkin namanya bisa seperti Kak Firman yang akan dipanggil KaFir sepanjang dunia per-pramuka-an di sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
[ON HOLD] Di Balik Kulminasi
Ficción GeneralDi balik kulminasi, berarti di balik puncak tertinggi. Jejak Inspirator kembali mengundang seorang penulis, pencipta lagu, pemilik perusahaan penerbitan, dan pendiri sekolah penyandang disabilitas, bernama Aruna Vimala. Masalahnya tidak...