(6) Malam Minggu Pertama

376 23 0
                                    

Maafkan soal penulisan 'ryan' yg ke-capslock. Gue cuma pake sarana find and replace jadi langsung aja ngeganti BD jadi Ryan. Tapi karena BD tulisannya huruf kapital semua, jadi Ryan jadinya juga kapital-_-
Gue males banget kalau mau ngedit satu satu, saoloh._.

Berita tentang jadiannya Ryan dan Arhen langsung tersebar cepat keesokan harinya. Bagaimana tidak? Si ketua OSIS, cowok nomor 1 di Arvendhas akhirnya memiliki pujaan hati?? Patah hati lah semua fans Ryan. Arhen sampai malu sendiri karena banyaknya orang yang memberi selamat ke dirinya, dari pagi hingga jam istirahat sekarang ini.

"Gue berasa kaya udah jadi Presiden ya dari tadi..hehe.."

"Pd gila lo ! Gak ada presiden yg nyalamin rakyatnya langsung. Ada paspampres yang ngawal." timpal Bryant. Sahabat Ryan yang sekaligus merupakan wakil ketua Osis di sekolah ini. Ryan, Arhen dan Bagas sekarang sedang duduk bertiga di kantin.

"Lah, gua kan presiden yang merakyat." Komentar Ryan gak mau kalah.

"Haha, kamu ada-ada aja deh"

"Emang bener Arhen, daritadi orang pada ngebet salaman sama kita, oh... Atau bukan presiden, tapi kayak penganten hehe."

"Kayanya gue salah tempat nih", celetuk Bryant merasa bagaikan obat nyamuk._.

"Baru nyadar lo ? sana gih, ganggu nih..", Ryan mendorong-dorong bahu Bryant pelan.

"Wow, gue di usir, ckckck, mentang-mentang baru"

"Haha, enggaklah bro, gue sama Arhen enggak setega itu, makanya cari cewek gih cepetan"

"Enggak ada yang menarik ah di mata gue.", Ucap Bagas dengan gaya lebay. Ryan menjitak kepala Bagas pelan pelan. "Bilang aja gak ada yang mau sama lo! ", ucap Ryan enteng.

Dan kini kedua orang itu mulai ngobrol ngelantur sana-sini, sementara Arhen? cuma masang senyum doang. Pikirannya sedang tidak disini, pikirannya menjelajah jauh, jauh meninggalkan raganya.

~o0o~

"Van", Devan segera melepas earphonenya ketika merasakan seseorang menepuk pundaknya.

"Gimana nih soal surat izin ? udah di tanyain sama temen-temen gue tuh ?", Jessi, gadis dengan rambut curly nya itu segera meluncurkan pertanyaan. Devan bisa merasakan nafas gadis itu yang terengah. Pasti gara-gara mengejarnya.

"Oh iya-iya, gue udah bikin surat izinnya kok, yang dari sekolah sama yang bakal di bagiin ke tiap anggota. Yok kita ke ruang osis, terus kepsek", Jessi hanya mengangguk dan mengikuti langkah Devan. "Eh tunggu!", Devan memutar badannya lagi. "Map yang isinya surat izin itu gak ada disini! Ke kelas gue dulu yah?!",

Jessi memutar bola matanya kesal. Namun akhirnya mengangguk menyetujui, "Huh dasar! Mikirin apaan sih sampe linglung kayak gini?!", oceh Jessi. Tapi Devan tidak menggubris. sekarang cowok itu memilih untuk mulai berjalan ke arah kelasnya

~o0o~

Dari kejauhan Arhen bisa melihat Devan dan Jessi yang berbicara di koridor. Mereka nampak sibuk dan..akrab. Dan entah kenapa, Arhen selalu tidak suka melihat pemandangan seperti ini. Apa ini yang namanya cemburu? Wajar kan? Arhen cemburu karena sahabatnya memilik sahabat perempuan lain selain dirinya. Hanya sebatas itu. Arhen harap hanya sebatas itu.

"Terkadang gue pengen banget Jessi sama Devan jadian!"

Telinga Arhen menangkap kalimat Ryan. Dengan segera, ia menyeret pandangannya ke arah Ryan dan Bagas. "Kenapa?", pertanyaan itu spontan keluar dari bibir gadis ini

"Yah karena, cuma Jessi satu-satunya cewek yang mau deket2 sama Devan di sekolah ini. Mereka udah akrab banget. Apalagi jabatan mereka sekarang, bikin mereka makin sering sama2. Kayaknya mereka cocok deh. Gue mau mereka jadian, karena gue berharap Devan bisa berubah karena Jessi", jelas Ryan

Love Is Never Wrong [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang